Sabtu, 15 Agustus 2015

The Red Zone Part-5

  Entri Diary Sebelumnya

________________________________________________________

12 April, 2200

  Dear Diary,

Hari ini adalah hari keduaku dalam Zona Kuning. Kehidupan di sini benar-benar berbeda jauh dari Zona Hijau. Masyarakat hidup dalam kondisi yang kekurangan. Makanan sangat sulit untuk didapatkan. Pendidikan apalagi.

Hari ini aku dan Rattler pergi membeli makanan untuk kamp dan secara tidak sengaja melihat sebuah tank. Aku terkejut karena aku baru pertama kali melihat tank. Luar biasa sekali. Tank yang kulihat cukup kuat untuk merobohkan tembok yang sedang berdiri. Sekaligus mengusir siapapun yang sempat tinggal di situ. Sebelum aku bisa berbuat apapun, orang-orang yang tinggal di situ sudah hilang entah kemana.

Menurut Rattler, Zoners sudah pernah mencoba membantu masyarakat di sini dengan cara membagikan makanan, pakaian dan membantu gedung-gedung yang rusak. Namun mereka selalu saja terhambat oleh alien dan militer yang sedang berperang.

Kemudian, aku juga baru pertama kali mendengar bunyi tembakan. Walaupun jika dinilai dari suaranya, lokasi pertempuran masih sangat jauh tapi aku sangat takut. Menurut Rattler, ada kemungkinan jika alien mencoba menyerang lagi. Bisa jadi Rattler tidak salah karena militer bersenjata lengkap mulai memenuhi jalanan.

Aku benar-benar kebingungan dan sangat takut harus berbuat apa. Walaupun Rattler mengatakan bahwa aku tidak perlu takut, tetap saja aku takut sebuah peluru melesat menembus kepalaku. Aku ingin pergi ke Zona Merah... Tetapi di sisi lain aku tidak mau mati. Ah, tidak! Aku tidak akan mati di sini maupun di Zona Merah nanti. Aku harus tetap kuat. Besok, apapun yang terjadi, aku harus tetap kuat dan tenang.

Jika aku ketakutan hanya karena baku tembak di sini... Bagaimana nanti dengan Zona Merah? Aku harus berani. Aku harus tetap hidup dan menemukan aztifak yang dijanjikan. Apapun yang terjadi!

Untuk sekarang... Kurasa aku akan tidur dulu. Selamat beristirahat dunia, aku akan kembali lagi menyambut esok hari.
  ~ Yumeka ~

________________________________________________________



*******************
The Red Zone
Part-5
Pertempuran Pertama

  "Yumeka. Yumeka. Bangunlah sahabatku"
  
  "Erhmn?" Yumeka membuka matanya yang masih terasa sangat berat. Rattler sedang duduk tepat di depan tempat tidurnya. Dengan kesadaran diri yang 90% masih mengambang di alam mimpi, Yumeka bangun dari tempat tidurnya.

Yumeka memperhatikan sahabatnya itu dari ujung kepala hingga ujung kaki. Rattler mengenakan pakaian khusus untuk memasuki Zona Merah. Topeng gas S-20 sedang terpasang di wajahnya dan Rattler sedang merangkul sebuah senapan serbu.

  "Selamat pagi..." sapa Yumeka yang masih sangat mengantuk. "Ada apa Rattler?"
  "Ada sesuatu terjadi di kota dan tidak ada Zoners yang berani keluar untuk mengeceknya karena militer yang memenuhi jalanan. Ayo, kita harus pergi mengeceknya"
  "Hmn?" Yumeka merapikan rambutnya dengan tangan. "Apa itu berarti aku harus memakai pakaian tempur juga?"
  "Tidak. Ayo Yumeka. Kita perlu memastikan jika yang terjadi di dalam kota tidak akan menghadang jalanmu untuk memasuki Zona Merah"

Rattler berjalan keluar ruangan. Yumeka mengikutinya dengan wajah yang masih sangat mengantuk. Yumeka merapikan jaket hitam yang dipakainya dari hari pertama sejak tiba di sini. Tiba-tiba Yumeka teringat sesuatu.

  "Aaaah! Aku belum mandi dari hari pertama aku tiba di sini!" Yumeka menepuk kepalanya
  "Hahaha! Aku tidak terkejut. Semua orang di sini jarang mandi"
  "Ah, Rattler. Boleh aku mandi dulu? Sebentar? Sebeeeeentar saja? Ya? Ya? Kumohon ya?"
  "Percuma. Air yang ada tidak cukup untuk mandi. Kalau kau mau, kau bisa tunggu sampai Trax dan Gizmo kembali dengan persediaan air dari Zona Hijau"
  "Yang benar saja?!" Yumeka sedikit frustasi mendengarnya. "Nouuh... Aku benar-benar bau" keluh Yumeka sambil mencium aroma tubuhnya sendiri
  "Sudahlah, tidak ada waktu lagi! Lagipula, percayalah padaku... Bau badanmu akan jadi penyelamatmu dari militer"

Yumeka berjalan mengikuti Rattler dengan setengah hati. Jika kemarin dia mendengar bunyi tembakan, hari ini dia tidak mendengar bunyi tembakan sama sekali. Seisi kamp terlihat bersiaga dengan jari masing-masing Zoners siap menarik pelatuk senjata masing-masing.

Yumeka melihat Zoners yang ada di sekitarnya. Bersenjata lengkap dari ujung kepala hingga ujung kaki dan terlihat seperti gembong teroris bersenjata. Yumeka melihat dirinya, satu-satunya wanita di dalam kamp dan tanpa make-up, tidak bersenjata sama sekali, tidak memiliki persiapan apapun untuk pergi ke suatu pertempuran. Lantas, kenapa Rattler memintanya untuk pergi bersamanya?

  "Rattler, kenapa kau memintaku untuk pergi bersamamu? Aku tidak bersenjata"
  "Karena kau belum pernah dilihat oleh militer dan terlihat seperti seorang jurnalis yang datang untuk mengumpulkan data di Zona Kuning. Kau bisa menembus blokade militer tanpa banyak masalah. Kau akan berjalan mengumpulkan informasi tentang apa yang terjadi sebanyak mungkin" jelas Rattler
  "Itu tidak menjelaskan kenapa kau tidak berpakaian biasa saja di hadapan militer"
  "Pertama, aku tidak suka militer. Kedua, jika aku berpakaian biasa, ketika ada masalah, aku tidak akan bisa membantumu. Ketiga, kita punya laporan jika alien sedang berkeliaran di tepi Zona Merah Jakarta dan sedang mencoba menembus masuk ke Zona Kuning ini"

Yumeka hanya menanggukan kepalanya. Jika semua orang di kamp melakukan tugas mereka masing-masing, maka Yumeka juga harus melakukan tugasnya sebaik mungkin. Seorang Zoners yang bersenjata lengkap membuka pintu gerbang.

  "Ingat Yumeka. Kau hanya perlu mengumpulkan informasi sebanyak mungkin tentang apa yang terjadi di kota. Aku mengikutimu dari bayangan" ucap Rattler

Yumeka menganggukan kepalanya lagi. Yumeka berjalan keluar dari kamp duluan, kemudian Rattler berlari mengikuti Yumeka dari reruntuhan gedung sebelum menghilang tanpa jejak entah kemana. Yumeka sempat kebingungan harus mulai dari mana.

Yumeka terus berjalan lebih dalam lagi ke dalam Zona Kuning. Militer terlihat dimana-mana memenuhi jalanan, memasang blokade di setiap sudut jalan. Warga masih menjalankan aktivitas mereka seperti biasa walaupun dibayangi rasa takut.

Yumeka berjalan mendekati salah satu blokade militer. Dia melihat personil militer dengan teliti. Pakaian tempur loreng dari ujung kepala hingga kaki, mengenakan rompi anti peluru, helm yang kokoh, persenjataan yang terlihat mengintimidasi, dan topeng gas. Mereka semua terlihat sama dan akan sangat sulit untuk membedakan satu personil dari personil yang lain. Apalagi senjata mereka semua rata-rata sama. Yumeka menelan ludah, mengumpulkan keberaniannya dan berjalan mendekati pos militer tersebut dengan was-was.

  "Ehm.. Permisi" Yumeka mencoba menarik perhatian personil militer di blokade tersebut
  "Ya? Ada apa? Apakah kau melihat alien?" tanya salah satu personil militer
  "Ehm... Tidak. Aku hanya ingin bertanya sesuatu"
  "Tentang apa? Kami akan jawab jika bisa"
  "Sebenarnya, apa yang terjadi di kota ini? Aku mendengar isu-isu yang tidak menyenangkan. Kemudian, jumlah kalian juga bertambah banyak"
  "Ya, kau tau. Ada beberapa alien yang menyusup ke dalam Zona Kuning. Saat ini mereka sedang bersembunyi di suatu tempat. Jika kau melihat sesuatu yang bukan manusia dan berbicara bahasa planet lain, laporkan kami. Sekaligus, jika kau melihat Zoners, laporkan pada kami juga"
  "Ahm... Iya, terimakasih"

Yumeka membalikan badannya dan berjalan menjauhi blokade militer. Ternyata lebih gampang dari yang dipikirkannya.

  "Hei, kau! Jaket hitam! Tunggu!" teriak personil militer yang tadi

Jantung Yumeka mulai berdetak tidak beraturan. Dia memang memakai jaket hitam dari hari pertama di Zona Kuning. Dia tetap berusaha tenang dan berbalik menghadap militer yang tadi memanggilnya. Ada 3 personil berjalan menghampirinya.

  "Pakaian itu.... Kau dari Zona Hijau kan?"
  "Ehm.. Iya" jawab Yumeka
  "Jadi, apa alasanmu untuk datang ke sini?" tanya salah satu personil yang sedikit curiga

Yumeka berpikir dengan sangat cepat. Wajar jika militer curiga. Orang-orang dari Zona Hijau jarang sekali pergi ke Zona Kuning. Untuk apa mereka harus pergi ke Zona Kuning jika mereka bisa mendapatkan segalanya di Zona Hijau?

  "Ehm, itu... Aku, hanya mendengar cerita-cerita dan mitos-mitos dari Zona Hijau tentang Zona Kuning. Lalu kupikir, aku harus datang ke sini untuk membuktikan keberana mitos-mitos tersebut" jawab Yumeka
  "Oooh. Kami paham. Kami bukannya curiga dengamu, tetapi apa kau menginap di suatu tempat di sini? Kami harus memeriksanya. Jangan tersinggung, tetapi Zoners biasanya menyembunyikan senjata-senjata mereka di rumah sipil tanpa sepengetahuan sipil"

Yumeka menundukan kepalanya. Militer benar-benar membenci Zoners dan Zoners juga membenci militer. Yumeka jadi sangat gelisah tetapi tetap berusaha tenang. Militer juga tampaknya tahu jika tidak ada Zoners wanita dan militer mengenali Yumeka sebagai seorang perempuan. Memikirkan hal itu saja membuat Yumeka merasa tenang.

  "Aku tidak punya tempat untuk tinggal di sini. Jadi aku tidur dimanapun aku bisa" jawab Yumeka dengan harapan militer percaya dengannya
  "Masuk akal. Dia sedikit bau" bisik salah satu personil militer ke kawannya. "Baiklah. Kau boleh pergi. Maaf jika kami membuatmu takut. Kami semua sangat khawatir di sini"
  "Tidak apa-apa. Aku paham. Alien berkeliaran, jauh dari keluarga dan dibayangi oleh Zoners. Kehidupan ini... Rumit ya?" balas Yumeka mencoba berbasa-basi

BLEDAR!!

  Semuanya terjadi dengan sangat cepat. Tank militer yang menjaga blokade meledak berkeping-keping, membunuh beberapa personil yang berdiri di dekatnya. Ledakan tersebut melepas semacam gelombang ledakan yang lumayan kuat. Yumeka beserta militer yang lainnya terlempar dan jatuh ke tanah.

Tanah mulai terasa bergetar, dan langkah-langkah kaki yang terdengar seperti besi dan sangat kuat mulai terdengar. Yumeka mengangkat kepalanya dan melihat ke ujung jalan yang berhadapan dengan blokade militer. Dia tidak percaya apa yang dilihatnya.

Sesosok makhluk aneh berkaki 2 dan ukurannya bahkan sedikit lebih besar daripada tank sedang berdiri. Kepalanya berbentuk seperti sebuah peluit tetapi diselimuti semacam topeng besi. Dari sela-sela besi tersebut terdapat 2 sinar kuning, kemungkinan itu adalah matanya. Keempat tangan makhluk ini sangat besar, satunya berbentuk seperi peluncur roket, satunya memegang semacam perisai besar, satunya berbentuk gergaji, satunya lagi berbentuk seperti senapan mesin. Seluruh tubuh makhluk aneh ini diselimuti dengan besi... Ataukah baja? Entahlah. Tapi yang jelas, makhluk itu terlihat sangat kuat.

Ketika makhluk itu melangkah maju, tanah terasa bergetar. Yumeka tidak tahu itu alien ataukah mutan tapi yang jelas, telinganya terasa sedikit sakit. Yumeka berdiri dan melihat-lihat sekitarnya, orang-orang mulai berlarian dan personil militer yang selamat tanpa ragu-ragu langsung mencari perlindungan - entah dibalik tembok, rongsokan kendaraan, atau tanah yang berlubang.

  "Razer! Habisi dia!" perintah salah satu personil

Militer mulai melepas tembakan ke makhluk yang dipanggil Razer. Bunyi tembakan membuat Yumeka menutup kedua telinganya dengan tangan dan jongkok sambil berharap tidak ada peluru yang mengenainya. Yumeka melihat sendiri dengan mata kepalanya bagaimana pertempuran tersebut terjadi.

Razer mulai melepaskan tembakan bertubi-tubi ke arah militer dengan tangan besarnya yang menyerupai senapan mesin seukuran meriam tank. Tetapi tidak seperti senjata militer yang mengeluarkan sebuah peluru balistik yang biasa dilihat Yumeka di film perang, senjata makhluk Razer menembaki semacam laser hijau kecil. Tidak terlihat begitu menyakitkan pada awalnya.

Tetapi pada saat Yumeka melihat salah satu anggota militer terkena laser tersebut, Yumeka mengubah pikirannya yang tadi. Laser tersebut menembus kaki personil militer tersebut meninggalkan darah dan sebuah lubang seukuran dengan laser yang tadi.

  "Letnan! Amankan sipil itu! SEKARANG!" teriak salah satu personil. Entah yang mana. Yumeka sangat kebingungan

Salah satu personil militer menarik tangan kiri Yumeka. Yumeka mengikuti personil militer tersebut walaupun masih sedikit merasa kebingungan. Mereka berlindung di balik sebuah reruntuhan gedung yang membentuk semacam lubang besar di tanah.

  "Kau tidak apa-apa?" tanya militer yang tadi menariknya
  "Telingaku sedikit sakit, tapi aku tidak apa-apa" jawab Yumeka yang masih bingung. "Itu apa?"
  "Alien itu? Razer.... Itu bagaimana Zoners memanggilnya"

Militer tersebut mengeluarkan sebuah radio dan mengintip sedikit keluar. Yumeka penasaran bagaimana caranya makhluk sebesar Razer bisa menyusup ke Zona Kuning.

  "Eagle Eye 2, Eagle Eye 2. Di sini Copperhead 3. Kita diserang oleh Razer di sini. Kita kehilangan sebuah tank dan memiliki lebih banyak orang terluka daripada orang bersenjata di dalam unit. Kami perlu kau untuk menghabisinya. Dan berhati-hatilah, kami berada sangat dekat dengan target" ucap militer tersebut
  "Dimengerti. Bombs away"

BLEDAR!!!

Yumeka menutup kedua telinganya yang terasa sakit. Bunyi tembakan masih terdengar. Tak lama kemudian, sebuah pesawat tempur militer melaju dengan sangat cepat kemudian terdengar sebuah bunyi ledakan yang sangat kuat. Yumeka merasa mungkin dia akan terkena serangan jantung jika terlalu lama di sini.

  "Copperhead 3, target dimusnahkan. Kami akan kembali ke markas untuk mengisi ulang bahan bakar"
  "Dimengerti, kami bisa menangani masalah kami dari sini"

Yumeka mengintip juga dari balik reruntuhan. Beberapa makhluk aneh yang seukuran manusia berlari melompat dari atap gedung. Mereka berkaki dua, bertangan dua dan berkepala satu. Memegang senapan yang bahkan bentuknya sangat aneh dan mulai menyerang militer. Bentuk kepala mereka sama seperti Razer dan mereka disleimuti sejensi baja.

  "Aaw.... Setelah Razer, datang Stormies" keluh militer yang disamping Yumeka
  "Anu.. Apa aku bisa melakukan sesuatu?"
  "Demi nama atasanku! Jangan menunjukan kepalamu!"

Militer tersebut mendorong kepala Yumeka kembali ke balik perlindungan sebuah tembok.

  "Dengar, kau tetaplah sini. Aku akan pergi membantu yang lain"

Militer tersebut menggengam senjata miliknya dan berlari di tengah-tengah hujan peluru, meninggalkan Yumeka sendirian. Yumeka jadi berpikir, jika Zona Kuning saja bisa sebrutal ini, bagaimana nanti dengan Zona Merah?

Klak, klak, klak.

Yumeka mendengar bunyi langkah kaki yang ringan. Yumeka tidak yakin kalau itu Rattler. Dia tetap diam. Tubuh sesosok alien yang dijuluki Stormies tadi dapat terlihat tepat berdiri di samping kanan tempat Yumeka bersembunyi. Yumeka perlahan-lahan merangkak menjauhi makhluk tersebut. Tiba-tiba saja Yumeka merasa kakinya seperti digelitik. Yumeka melihat ke kakinya. Ada seekor kecoak sedang merayap.

  "KYAAAAA!!!"

Yumeka spontan berdiri dan menghentak-hentakan kakinya supaya kecoak tersebut terlepas dari kakinya. Dia mengalihkan perhatiannya ke Stormies yang tadi. Alien tersebut baru saja menoleh ke arahnya dan langsung mengacungkan senapannya ke Yumeka. Tanpa menunggu, Yumeka berlari ke arah militer yang tadi pergi meninggalkannya.

  "Dra shtik smgk rkah!!!!" teriak Stormie tersebut sambil menghujani Yumeka dengan laser hijau dari senjatanya
  "Aaaah, kok bisa jadi seperti ini?!?!?! Rattler! Dimana kau?!?!?!" gerutu Yumeka dalam hati

Yumeka melihat segerombolan militer berlari ke arah sebuah bundaran di jalan dan membuat pertahanan terakhir di sana. Yumeka mengikuti mereka dan melompat ke dalam bundaran yang kering tersebut. Yumeka terkejut di dalam lingkaran tersebut dipenuhi dengan mayat personil militer serta sipil dan lubang.

  "Astaga, kukira kau masih di sana! Kenapa kau ke sini?!" tegur salah satu militer melihat Yumeka
  "Aku diserang dan tidak tahu harus bagaimana lagi!" balas Yumeka sedikit panik

BLEDAR!!

  Sebuah ledakan besar membuat semua personil terlempar. Baru kali ini Yumeka melihat seorang personil militer kehilangan anggota badannya. Kaki kanan salah satu personil putus, darah segar mengalir keluar dari luka tersebut. Yumeka meletakan mulut di tangannya dan menahan rasa ingin mual.

Yumeka mengintip dari lubang di dekatnya. 5 sosok Stormies mendekat dan semua militer terluka berat. Masing-masing kehilangan anggota tubuhnya. Kebingungan tentang apa yang harus dilakukannya, Yumeka merangkak ke antara mayat sipil dan mengotori tangannya dengan darah segar yang mengaril dari luka militer.

  "Maaf ya. Tapi aku minta darahnya sedikit" ucap Yumeka
  "Jangan pegang kakiku!" tegur militer tersebut

Yumeka kemudian menyebarkan darah segar yang ada di tanah ke seluruh tubuhnya. Baju, wajah, celana, sepatu, dan bahkan rambutnya lalu berpura-pura mati.

Alien-alien yang tadi masuk ke dalam bundaran lalu membunuh semua personil militer yang ada. Yumeka masih terus berpura-pura mati, walaupun jantungnya berdetak sangat cepat. Beruntung, alien tersebut mengira Yumeka sudah tewas dan berjalan keluar dengan santai.

Setelah beberapa menit, suasana menjadi hening. Yumeka membuka matanya sedikit. Dia melihat ada seorang personil militer yang tangannya terluka dan kehilangan kaki kirinya menyeret dirinya sendiri dan mengambil sebuah senapan yang ada di samping Yumeka.

Personil tersebut mencoba mengkokang senapan tersebut. Yumeka langsung mencolek pundak militer tersebut.

  "Bukankah kau akan membuat kita ketahuan?" tanya Yumeka
  "Hahah... Kau... Kau benar orang yang beruntung. Tenang saja, begitu aku membunuh pimpinan mereka, aku akan menahan mereka supaya kau bisa lari" jawab militer tersebut terengah-engah

Dia mencoba mengkokang senapannya, tetapi sulit dengan tangannya yang berlumuran darah dan kehilangan 4 jari. Yumeka melihat senapan tersebut, cara kerjanya tidak teralu berbeda dengan senapan miliknya yang sampai sekarang masih dimodifikasi oleh Stayn di kamp. Dia menghela napas, mengumpulkan segenap keberanian, dan menenangkan dirinya lalu mengulurkan tangannya seperti pengemis.

  "Jika kau menginjinkan..." bisik Yumeka
  "Kau tau cara memakai senjata?"
  "Sedikit... Aku pernah belajar menembak bersama ayahku"

Militer tersebut memberi Yumeka senapannya. Yumeka mengkokang senapan tersebut kemudian merayap ke arah sebuah lubang kecil tetapi cukup luas untuknya mendapatkan kelima alien tadi di dalam jangkauan senjata. Yumeka mengambil posisi senyaman mungkin dan menenangkan dirinya lalu mulai membidik kelima alien tersebut melalui teleskop senapan.

Kelima alien tersebut berada di lapangan terbuka dan jauh dari segala jenis perlindungan. Yumeka memanfaatkan kesempatan ini.

  "Kau lihat Stormies yang memiliki ukiran bintang di kepalanya?" bisik militer tersebut
  "Ya. Aku melihatnya"
  "Bajingan tengik itu adalah komandannya. Dia harus menjadi prioritas utamamu"

Tiba-tiba saja terdengar bunyi tembakan. Kelima Stormies berbalik badan mereka dan mulai menembak ke gedung yang berada di samping posisi kelima alien tersebut. Mereka tidak mencari semacam perlindungan dan Yumeka tidak tahu siapa yang menembak alien-alien tersebut.

Yumeka menggunakan apa yang pernah diajarkan ayahnya. Dia memperkirakan jarak, kecepatan angin dan gravitasi. Begitu Yumeka merasa siap, Yumeka menarik pelatuk dan

DOR!

Tembakan Yumeka mengenai kepala komandan alien. Targetnya jatuh ke tanah dan tampaknya tak bernyawa. Melihat sisa alien masih sibuk menembaki seseorang dari gedung, Yumeka tidak berhenti sampai di situ, dia segera membidik target lainnya dan memanfaatkan situasi.

Satu per satu alien. Alien terakhir berbalik ke arah Yumeka dan sepertinya dia tahu posisi Yumeka. Namun sebelum alien tersebut menembaki Yumeka, Yumeka menembaki alien tersebut tepat di kepala. Tembakan Yumeka menjadi penutup pertempuran hari ini. Suara rentetan tembakan tiba-tiba berhenti. Suasana menjadi sunyi.

Yumeka berbaring di tanah sambil menutup kedua matanya. Dia merasa senang. Dia baru saja menjalani pengalaman tempur pertamanya... dan dia berhasil membunuh 5 Stormies. Yumeka membuka matanya dan melihat militer yang tadi bersamanya dengan gembira.

  "Aku berhasil... Pak tentara!" lapor Yumeka dengan sedikit bangga. "Pak tentara?"

Militer yang tadi bersamanya, kini tidak bergerak lagi. Yumeka membuka topeng gas yang dipakai militer tersebut. Ternyata militer yang dari tadi bersamanya sudah tewas, mungkin karena luka-luka yang dideritanya. Keceriaaan Yumeka langsung menghilang dan dia merasa lesu.

  "Yumeka!"

Yumeka melihat ke arah datangnya suara. Segerombolan Zoners bersenjata lengkap berlari menghampirinya, diantara mereka ada Rattler. Rupanya yang tadi menembaki kelima alien yang dibunuh oleh Yumeka adalah Rattler beserta Zoners lainnya.

  "Astaga saudaraku! Kau tidak apa-apa?" tanya Zoners berbadan kecil
  "Bung, kau berantakan dan dilumuri darah" sambung Zoners yang lain

Rattler langsung memeluk Yumeka. Yumeka merasa sedikit malu dipeluk di depan Zoners yang lainnya. Rattler melepas pelukannya dan melihat Yumeka dari ujung kepala hingga ujung kaki.

  "Yumeka, kau terluka di sekujur tubuh! Biar aku mencarikan medis untukmu!"
  "Rattler..."
  "Hei, mana medis?! Medis?!" teriak Rattler
  "Rattler, aku baik-baik saja..."
  "Serius? Maaf aku tidak bisa menolongmu lebih cepat tadi. Alien-alien sialan tadi juga menyerangku"

Yumeka menganggukan kepalanya. Suasana menjadi hening. Tiba-tiba saja Yumeka mendegar suara seperti orang menangis. Suaranya sangat familiar.

  "Rattler, kau tidak menangis kan?"
  "B-Bodoh! Mana mungkin aku menangis?"

Rattler membuka topeng gasnya lalu mengucak-ngucak matanya. Yumeka hanya tersenyum. Tidak lama kemudian, Yumeka merasa mual dan akhirnya muntah karena melihat potongan kaki militer.

  "Aku rasa... Aku belum terbiasa dengan semua ini...." ucap Yumeka
  "Aaah... Jika Yumeka adalah perempuan mungkin aku akan memeluknya sekarang sama seperti yang kau lakukan tadi Rattler" komplain salah satu Zoners. "Hei saudara-saudaraku, lebih kita berhati-hati dengan Rattler. Aku curiga dia homo"
  "Diamlah Frost! Aku sangat takut kehilangan Yumeka!" tegur Rattler. "Ayo kita kembali ke kamp"

*********************

  Malam harinya. Yumeka sudah mengganti pakaiannya dan sudah mandi berkat bantuan salah satu Zoners bersandi Gizmo yang datang dengan sebuah truk tangki air. Yumeka merasa sedikit segar walaupun bayangan dari orang-orang yang tewas masih membuatnya merasa kotor.

Yumeka memutuskan untuk duduk di salah satu gudang yang dialihfungsikan menjadi sejenis bar. Dia berpikir, mungkin jika dia mendengar lebih banyak cerita dari Zoners yang lain akan meningkatkan kemungkinannya untuk bertahan hidup nanti.

  "Aku bersumpah, aku melihat Yumeka menembak kelima Stormies tersebut dengan senapan yang diambilnya dari militer. 5 kali berturut-turut dia mencetak tembakan mulus di kepala alien tersebut. Bang! Hah! Walaupun dia adalah pria yang terlahir dengan tubuh seorang wanita, tapi kau harus menghargai kemampuan menembaknya" cerita salah satu Zoners kepada yang lain
  "Hahah. Kau menjadi trending topic malam ini kawanku" bisik Rattler sambil menyenggol pundak Yumeka dengan sikunya. "Dengan kemampuan menembak seperti itu, kau sudah bisa memasuki Zona Merah sebagai seorang pemula"

Yumeka hanya tersenyum sambil menundukan kepalanya.

  "Rattler! Kutantang kau untuk bermain catur denganku!" teriak Trax
  "Ooh, kau sudah bosan hidup rupanya!" balas Rattler sedikit membanggakan diri sambil berjalan meninggalkan Yumeka sendirian di meja

Yumeka mengeluarkan diarnya dan mulai menulis

________________________________________________________

13 April, 2200

  Dear Diary,

  Hari ini aku menjalani hari terkasar dalam hidupku. Aku tidak menyangka aku akan berhadapan dengan alien dan merasakan sendiri pertempuran di Zona Kuning itu seperti apa. Aku berhadapan dengan dua jenis alien : Razers dan Stormies. Begitulah militer dan Zoners memanggil mereka.

Razers, makhluk mengerikan yang lebih besar dari tank. Tampaknya makhluk ini adalah tank berjalan untuk pasukan alien. Stormies, sepertinya mereka adalah tulang punggung dari pasukan alien. Aku tidak menghabisi Razers. Tetapi hari ini aku membunuh 5 Stormies.

Hanya berbekal sebuah senapan yang cara kerjanya terlihat familiar dengan senapanku yang sedang dimodifikasi dan pengalaman menembak yang kudapat dari ayah, aku menembak 5 Stormies tepat di kepala. Walaupun aku merasa senang karena aku memenangkan pertempuran ini, aku merasa sedih juga.

Aku merasa bersalah telah membunuh para alien ini dan juga atas militer dan sipil yang tidak selamat. Aku jadi gelisah dan khawatir akan nasib keluarga militer dan sipil yang tewas hari ini. Aku tidak begitu tahu tentang alien, jadi aku tidak bisa memikirkan apapun tentang mereka.

Malam ini, aku menjadi trending topic diantara para Zoners yang masih menanggapku sebagai seorang laki-laki. Mereka tampaknya terkesan. Rattler mengatakan jika aku sudah siap untuk pergi ke dalam Zona Merah dengan kemampuan menembak seperti tadi. Menurutku yang tadi hanya keberuntungan saja.

Ah iya... Hari ini aku juga untuk pertama kalinya mandi dan sekarang aku sedang mendengarkan cerita dari Zoners lain. Siapa tahu, aku bisa memetik pelajaran dari pengalaman-pengalaman Zoners yang lain.

Catatan pada diri sendiri : Aku masih belum terbiasa melihat jasad yang termutilasi. Ugh... Aku merasa kurang begitu enak mengingatnya...

Mungkin setelah mendengar sedikit cerita, aku akan beristirahat. Selamat beristirahat dunia, aku akan kembali menyambut esok hari.
  ~ Yumeka ~

________________________________________________________

*******************
Bersambung

Tidak ada komentar:

Posting Komentar