Stranger in War adalah project Web Comic yang sedang digarap oleh Green
Leaper. Mengingat Green Leaper masih belum pintar menggambar, dia
memutuskan untuk mengupload naskahnya terlebih dahulu dalam bentuk
cerita.
Part sebelumnya, Setelah mengenali Violet dan membantunya menyelamatkan para pengungsi, kini Lightshot hanya memiliki sedikit titik terang tentang dimana dirinya berada dan apa yang terjadi. Tetapi dia masih tidak bisa menemukan petunjuk apapun tentang dirinya!
Selamat membaca!
Part sebelumnya, Setelah mengenali Violet dan membantunya menyelamatkan para pengungsi, kini Lightshot hanya memiliki sedikit titik terang tentang dimana dirinya berada dan apa yang terjadi. Tetapi dia masih tidak bisa menemukan petunjuk apapun tentang dirinya!
Selamat membaca!
*************
Stranger in War
Part-3
Seseorang....
3 minggu telah berlalu semenjak kejadian di
Whiterun. Selama itu juga… Aku telah mencari petunjuk tentang jati diriku. Beruntung
karena aku tinggal bersama Alice di penginapan, aku bisa mendengarkan banyak
sekali curhatan dan rumor yang berasal dari orang-orang yang mampir.
Kini aku
tau jika di luar sana ada perang yang sedang terjadi dan perperangan bisa
mengubah semua orang menjadi pembohong yang luar biasa, tetapi setidaknya
rumor-rumor ini adalah sumber informasi terbaik yang bisa kudapatkan untuk
sementara.
Terkadang
aku meninggalkan penginapan dan mengunjungi perpustakaan di Whiterun. Dunia ini
bukanlah dunia yang kukenal. Ini seperti dunia lain. Cara hidup dunia ini jauh
berbeda dari yang kuingat dari ingatan samar-samarku tentang dunia yang kuketahui.
Semenjak
kejadian di Whiterun 3 minggu yang lalu, pasukan Empire tampaknya semakin
agresif. Koran-koran yang dijual mengabarkan tentang pertempuran sengit yang
terjadi pada sejumlah lokasi.
Saat ini
juga, aku hanya bisa berpikir tentang penyebab kenapa Empire bisa begitu sangat
kuat dan sangat terang-terangan mengakui kekuatan mereka di media? Apa mereka
ingin “menunjukan” jika mereka bisa meruntuhkan Resistance? Kalau memang
demikian, kenapa Resistance masih ada?
Aku
menggelengkan kepalaku dan duduk di kursi belakang meja bar.
Jika kuingat-ingat
lagi… Empire sepertinya memiliki teknologi yang jauh lebih canggih.
Perlengkapan mereka jauh lebih baik daripada pasukan Resistance sehingga itu
terkadang membuatku khawatir tentang diriku..
Masalahnya,
aku memiliki senapan Karbin-95 yang sudah termasuk sangat futuristik untuk
orang-orang di sini. Terkadang aku curiga apakah jangan-jangan aku adalah anggota Empire. Aku masih belum bisa menarik kesimpulan yang sangat pasti karena masih terlalu banyak hal yang ingin kupastikan terlebih dahulu.
"Sayaangggg!!!!" teriak Alice dari belakangku
"Alice, berapa kali harus kukatakan untuk jangan berteriak tepat di belakangku?"
"Hihi... Hei, kau mau tau sesuatu?" bisiknya sambil mendekatkan mulutnya ke telinga kananku
"Aku tidak yakin apa aku mau mendengarnya jika kau sedekat ini" jawabku sambil memiringkan kepalaku ke kiri
Alice melepaskan pelukannya sambil tertawa layaknya seperti orang gila. Aku menyadari dia tidak memakai sepatu sama sekali saat ini juga. Dia menjinjit dan berlari di dalam bar karena memang tidak ada pelanggan sama sekali malam ini. Aku heran kenapa aku tidak tertular kegilaanya. Yah.. Kuharap aku tidak gila sepertinya.
"Tadi kau ingin mengatakan sesuatu kan Alice?" tanyaku
"Hihihi... Alice sedang terbang~" ucap Alice mengabaikanku
"Alice!" panggilku
"Oh? Maaf? Kau memanggilku?"
"Kau tadi ingin mengatakan sesuatu kan?" ucapku mengulang pertanyaanku
"Oh? Kau tau? Aku mendengar kabar jika ada kapal milik Empire baru saja berlabuh 3 hari yang lalu di kota Seaside dan katanya mereka membawa beberapa barang aneh"
Barang aneh? Hmn... Menarik! Aku akan mulai menyelidiki rumor itu. Aku kan tidak tergabung dengan Resistance maupun Empire. Kurasa aku bisa bergerak di area kekuasaan kedua belah pihak tanpa banyak masalah.
"Kau mendengar dari mana kabar seperti itu Alice?"
"Hihi! Rumor, gosip, dan orang mabuk adalah hidangan utama dari bisnis penginapan" jawab Alice dengan senyuman gila. "Kau tertarik untuk menyelidiknya?"
"Hmn... Ya... Barang aneh yang kau bicarakan membuatku penasaran. Bagaimana caranya aku bisa ke sana?"
"Aku bisa mengantarkanmu ke sana"
Aku dan Alice menoleh pada pintu masuk. Tanpa kami sadari, Garet; salah satu anggota Resistance sudah berdiri di sana. Pakaiannya sedikit basah, mungkin karena hujan yang sangat deras. Alice langsung berlari menghampirinya dan melompat untuk memeluknya tetapi Garet justru menghindar ke samping hingga Alice jatuh memeluk tanah.
"Oh, Garet ya? Selamat datang!" sambutku. "Apakah ada yang bisa kubantu?"
"Secangkir teh hangat dan 1 kamar untuk 1 orang. Aku ingin menginap di sini 1 malam" jawab Garet sambil duduk pada salah satu kursi
"Cuaca di luar pasti benar-benar ganas" ucapku
"Begitulah..." jawab Garet
"Begitulah..." jawab Garet
*********
Perjalananku menuju kota Seaside memakan waktu 2 hari. Kuda yang dimiliki oleh Garet benar-benar cepat! Ya... Aku terpaksa menumpang lagi. Selain itu, Garet juga tampaknya sangat tergesa-gesa sehingga perjalananku menjadi sangat singkat dari yang seharusnya.
Karena dia adalah buronan Empire, dia menurunkanku tak jauh dari kota Seaside. Lagipula dia punya urusan tersendiri yang harus diselesaikannya.
Kesan pertamaku tentang kota Seaside? Kota di tepian laut yang terlihat seperti benteng dan dipenuhi dengan pasukan Empire dimana-mana.
Pintu gerbang menuju kota ini saja dijaga oleh banyak pasukan Empire. Pintu gerbang kota Seaside terbuat dari kayu dan ukurannya benar-benar besar dan tinggi! Bahkan sebenarnya jauh lebih besar dan tinggi dari sebuah bangunan berlantai 2 yang tak jauh dari gerbang.
Aku tau jika aku akan memasuki area kekuasaan Empire sehingga aku memutuskan untuk meninggalkan senapanku di penginapan milik Alice. Dia memang gila tetapi aku sangat mempercayainya. Akan lebih mudah bagiku untuk menyusup masuk ke dalam kota tanpa senjata.
Meskipun di sekitar gerbang ada banyak pasukan Empire yang berbaris keluar-masuk dari kota Seaside, aku sama sekali tidak mengalami masalah masuk ke dalam kota karena tidak ada satupun pemeriksaan.
Dari luar, kota Seaside terlihat seperti sebuah benteng tetapi dari dalam... Kota ini benar-benar hidup. Hidup yang kumaksudkan di sini adalah ramai dan dipenuhi aktivitas orang-orang biasa tetapi memiliki atmosfir suram.
Kemanapun aku melihat, kota ini dipenuhi dengan kandang dan berbagai macam borgol. Kandang-kandang yang ada di setiap sudut kota tampaknya digunakan untuk membawa hewan jadi aku tidak begitu pusing tetapi borgol... Apakah pasukan Empire mencoba memindahkan tahanan perang mereka keluar dari pulau melalui kota ini?
Entahlah. Aku perlu mencari tau tentang "barang aneh" yang dibawa masuk oleh Empire. Kurasa tempat yang paling bagus untuk memulai pencarian adalah di penginapan. Berkeliling bertanya-tanya di sana-sini sudah pasti akan membuatku menjadi pusat perhatian.
Aku memasuki penginapan di kota ini yang terletak di tengah-tengah kota. Sangat mudah untuk membedakan penginapan dari gedung-gedung lain di sekitarnya. Tidak peduli dimanapun, semua penginapan selalu sangat besar dan memiliki papan bertuliskan "Penginapan" yang sangat lebar tergantung diantara lantai 1 dan 2.
Bagian dalam penginapan di kota ini dipenuhi dengan banyak orang mabuk. Rata-rata adalah pasukan Empire. Huh, meskipun sering mendengar kabar buruk tentang mereka, pasukan tetaplah manusia juga kan?
Aku duduk di salah satu tempat kosong yang ada. Di sebelah kananku ada seorang ksatria Empire yang tepar. Wajahnya sangat merah dan mulai mengatakan hal-hal aneh tentang kehidupannya.
Seorang laki-laki paruh baya datang menghampiriku sambil membersihkan gelas yang ada di tangannya. Bisa kupastikan dia adalah bartender.
"Selamat datang nak. Apakah ada makanan atau minuman yang ingin kau pesan?" sambutnya dengan ramah
"Ehm.. Ya... Air putih saja sudah cukup" jawabku
Bartender ini memasang tampang heran dan terkejut mendengar jawabanku. Aku tidak bisa menyalahkannya, sejauh ini tidak ada orang yang datang ke bar hanya untuk segelas air putih. Aku juga ingin memesan sesuatu tetapi aku tidak punya banyak uang.
"Anu... Apakah ada masalah?" tanyaku
"Tidak.. Hanya terkejut saja. Jarang ada orang yang datang kemari hanya untuk segelas air putih"
"Ahahahahah... Benar juga" balasku sambil menggaruk kepalaku
Tanpa terlalu lama menunggu, segelas air putih sudah ada di hadapanku. Aku memperhatikan pasukan Empire yang sedang mabuk di sebelahku. Baru pertama kali seumur hidupku aku bisa melihat seorang pasukan bisa mabuk separah ini.
Selama aku bekerja pada Alice, aku jarang sekali melihat orang mabuk. Mungkin itu karena penginapan milik Alice terletak dekat dengan hutan kematian yang dipenuhi oleh makhluk-makhluk buas mengerikan. Aku yakin tidak ada yang mau bertarung dengan makhluk-makhluk itu dalam kondisi mabuk.
"Mereka pasti lelah" gumam bartender padaku
"Ya... Pasukan tetaplah manusia, tidak peduli seberapa suramnya kabar tentang mereka" sambungku
"Hooohooo, kau berbicara seperti komandan mereka saja nak"
"Hah?" aku menaikan alis mataku
"Ah iya, aku lupa kalau kau adalah orang baru di sini"
Aku hanya diam menatap bartender itu. Komandan mereka ya? Anehnya aku sama sekali tidak mengingat jika aku pernah di promosi menjadi seorang pemimpin. Aku bukan tipe orang yang bisa memimpin. Jangankan memimpin orang, memimpin seekor kucing keluar dari dalam karung saja aku tidak bisa.
"Empire baru saja mengangkat komandan baru mereka, Clivia Fulgida. Tidak banyak yang diketahui tentangnya tetapi dia adalah orang yang bertanggung jawab atas pasukan Empire yang baru tiba di sini" ucap bartender
Clivia? Kepalaku tiba-tiba menjadi sangat sakit mendengar nama itu. Clivia... Ya? Jika apa yang dikatakan oleh bartender ini benar, maka aku harus bisa menemui Clivia. Tetapi untuk menemui seorang perwira tidak akan mudah.
Pertama aku harus bergabung dengan Empire, membuat sebuah prestasi lalu itu pasti akan menarik perhatiannya ATAU... Aku bisa bergabung dengan Resistance, membuat banyak masalah untuknya sampai dia harus turun tangan mencariku.
"Paman ternyata tau banyak juga ya tentang Empire" pujiku
"Hahaha! Kota ini adalah salah satu tempat dimana Empire memasukan bala bantuan mereka dari luar pulau nak! Tentu saja aku tau!" balasnya dengan sedikit bangga
"Kukira semua orang di pulau ini anti Empire" ucapku
"Memang benar, tetapi orang-orang di kota yang dibawah kendali Empire mayoritas adalah orang-orang yang datang dari luar pulau yang dikendalikan oleh Empire"
Huh... Ternyata Empire kuat juga ya. Pasukan Empire yang sedang mabuk tampaknya tidak begitu pusing dengan apa yang kami bicarakan kecuali untuk satu yang duduk di sebelahku. Dia menatapku dengan wajahnya yang merah karena terlalu mabuk.
"Hoi bocah! Katakan... Hik... Katakan apakah kau ini mendukung Empire atauka tidak?" tanya dia padaku dengan mata teler
"Yah... Aku ini petualang, aku hanya tertarik untuk menjelajah dan mempelajari sejarah. Aku tidak punya begitu banyak waktu untuk memikirkan hal lain" jawabku untuk mencoba mengalihkan topik
"Hahahaha!"
Pasukan Empire ini merangkulku dan menepuk-nepuk kepalaku seolah-olah aku dan dia adalah ayah dan anak yang sangat akrab. Dia terlihat sangat bahagia mendengar jawabanku. Jujur saja, aku tidak tau apakah ini pertanda buruk ataukah baik.
"Hahahahahaaa!! Hik... Aku suka itu bocah! Hik..."
Dia langsung memberiku sebuah lambang Empire yang terbuat dari baja. Logo naga ini tampaknya dibuat oleh ahli. Baja ini sangat halus permukaanya dan sepertinya sangat terawat. Aku ingin bertanya kenapa aku diberikan benda ini tetapi aku akan menyimpan pertanyaan itu untuk nanti jika dia sudah tidak teler.
BRAK! Suara pintu yang didobrak menarik perhatianku. Seorang perempuan berambut pendek, mengenakan seragam ksatria Empire melangkah masuk dengan ekspresi wajah yang sangat marah. Seragam yang dikenakannya sedikit berbeda dari prajurit Empire yang ada.
Seragamnya tetap berwarna merah dan memiliki logo Empire pada dada bagian kanan. Namun jika para ksatria mengenakan pelindung baja dimana-mana, perempuan ini sama sekali tidak mengenakan pelindung baja sama sekali. Di pinggangnya ada sebuah pedang.
Begitu dia melangkah masuk, sepatu bot yang dikenakannya adalah hal pertama yang menarik perhatianku. Sejauh ini, aku belum menemukan siapapun yang mengenakan sepatu bot selain diriku.
"BANGUNLAH KALIAN PEMALAS! KITA PUNYA PEKERJAAN!" teriaknya dengan lantang
Teriakannya memang sangat tegas dan lantang tetapi pasukan Empire di sini terlalu mabuk untuk bisa merespon. Dia terlihat sangat jengkel lalu mulai memikul seorang pasukan yang tergeletak teler di meja.
"Cih, ada apa dengan orang-orang ini?" gerutunya
Aku meletakan uangku di atas meja untuk membayar air putih yang tadi sambil masih memperhatikan perempuan itu. Di paha kiri dan kanannya ada sarung pistol dari kulit. Siapapun perempuan ini... Dia berhasil membuat kepalaku terasa sakit.
Aku merasa seperti mengenal perempuan itu tetapi sama sekali tidak bisa mengingat siapa dia. Aku harus bisa melihat pistol miliknya... Jika dugaanku benar, dia mungkin saja memiliki hubungan dengan ingatanku... Aku membalikan badanku dan mendekatkan kepalaku pada bartender.
"Paman, dia siapa?" bisikku pada bartender
"Clivia Fulgida. Orang yang baru saja kita bicarakan" jawabnya
"Serius? Kupikir Clivia adalah om-om bertampang sangar.... Kenapa malah perempuan seusiaku?" keluhku
Aku merasakan seperti ada yang berdiri di belakangku. Aku menoleh ke belakang. Perempuan yang tadi sudah ada di belakangku sambil memasang tampang sangar.
"Apa kau menyebutku om-om bertampang sangar?" tanya dia
"Ahh.... T-tidak!" jawabku. "Yang kami bicarakan bukanlah anda komandan! Kami sedang membicarakan pemabuk yang bernama Ciliva! Bukan seorang komandan seperti anda" jawabku
Dia mendekatkan wajahnya padaku. Tatapannya akan benar-benar membunuhku... Matanya terlihat sangat tajam tetapi entah kenapa terasa sangat familiar. Dia mengerutkan dahinya untuk sesaat.
"Kau terlihat sangat familiar... Apa... Aku pernah mengancammu di suatu tempat?" tanya Clivia padaku sambil memperhatikan wajahku baik-baik
Sebelum aku bisa menjawab, dia melihat logo Empire yang ada pada tanganku. Dia menarik napas sesaat lalu kembali memikul pasukan Empire yang lain.
"Lupakan.. Kau pasti rekrut baru kan? Aku Clivia Fulgida dan akulah yang bertanggung jawab atas bala bantuan Empire untuk pulau ini" ucapnya. "Kau masih tidak mabuk kan?"
"Erm..." aku menggaruk kepalaku
"Simpan penjelasannya nanti. Sekarang bantu aku membawa para pemalas tak berguna ini kembali ke kereta pasukan. Ini adalah perintah"
Aku hanya diam untuk sesaat hingga dia kembali menatapku lagi. Aku langsung berdiri dan membantu membawa para pasukan Empire yang mabuk kembali ke sebuah kereta pasukan yang ternyata hanya merupakan kereta berkuda yang besar. Mungkin di desain untuk membawa pasukan dalam jumlah banyak.
Setelah sempat bingung sendiri untuk sesaat, aku merasa ini adalah kesempatan bagus untuk menyelidiki "barang aneh" yang dibicarakan oleh Alice dan juga untuk menyelidiki Clivia Fulgida.
Kemanapun aku melihat, kota ini dipenuhi dengan kandang dan berbagai macam borgol. Kandang-kandang yang ada di setiap sudut kota tampaknya digunakan untuk membawa hewan jadi aku tidak begitu pusing tetapi borgol... Apakah pasukan Empire mencoba memindahkan tahanan perang mereka keluar dari pulau melalui kota ini?
Entahlah. Aku perlu mencari tau tentang "barang aneh" yang dibawa masuk oleh Empire. Kurasa tempat yang paling bagus untuk memulai pencarian adalah di penginapan. Berkeliling bertanya-tanya di sana-sini sudah pasti akan membuatku menjadi pusat perhatian.
Aku memasuki penginapan di kota ini yang terletak di tengah-tengah kota. Sangat mudah untuk membedakan penginapan dari gedung-gedung lain di sekitarnya. Tidak peduli dimanapun, semua penginapan selalu sangat besar dan memiliki papan bertuliskan "Penginapan" yang sangat lebar tergantung diantara lantai 1 dan 2.
Bagian dalam penginapan di kota ini dipenuhi dengan banyak orang mabuk. Rata-rata adalah pasukan Empire. Huh, meskipun sering mendengar kabar buruk tentang mereka, pasukan tetaplah manusia juga kan?
Aku duduk di salah satu tempat kosong yang ada. Di sebelah kananku ada seorang ksatria Empire yang tepar. Wajahnya sangat merah dan mulai mengatakan hal-hal aneh tentang kehidupannya.
Seorang laki-laki paruh baya datang menghampiriku sambil membersihkan gelas yang ada di tangannya. Bisa kupastikan dia adalah bartender.
"Selamat datang nak. Apakah ada makanan atau minuman yang ingin kau pesan?" sambutnya dengan ramah
"Ehm.. Ya... Air putih saja sudah cukup" jawabku
Bartender ini memasang tampang heran dan terkejut mendengar jawabanku. Aku tidak bisa menyalahkannya, sejauh ini tidak ada orang yang datang ke bar hanya untuk segelas air putih. Aku juga ingin memesan sesuatu tetapi aku tidak punya banyak uang.
"Anu... Apakah ada masalah?" tanyaku
"Tidak.. Hanya terkejut saja. Jarang ada orang yang datang kemari hanya untuk segelas air putih"
"Ahahahahah... Benar juga" balasku sambil menggaruk kepalaku
Tanpa terlalu lama menunggu, segelas air putih sudah ada di hadapanku. Aku memperhatikan pasukan Empire yang sedang mabuk di sebelahku. Baru pertama kali seumur hidupku aku bisa melihat seorang pasukan bisa mabuk separah ini.
Selama aku bekerja pada Alice, aku jarang sekali melihat orang mabuk. Mungkin itu karena penginapan milik Alice terletak dekat dengan hutan kematian yang dipenuhi oleh makhluk-makhluk buas mengerikan. Aku yakin tidak ada yang mau bertarung dengan makhluk-makhluk itu dalam kondisi mabuk.
"Mereka pasti lelah" gumam bartender padaku
"Ya... Pasukan tetaplah manusia, tidak peduli seberapa suramnya kabar tentang mereka" sambungku
"Hooohooo, kau berbicara seperti komandan mereka saja nak"
"Hah?" aku menaikan alis mataku
"Ah iya, aku lupa kalau kau adalah orang baru di sini"
Aku hanya diam menatap bartender itu. Komandan mereka ya? Anehnya aku sama sekali tidak mengingat jika aku pernah di promosi menjadi seorang pemimpin. Aku bukan tipe orang yang bisa memimpin. Jangankan memimpin orang, memimpin seekor kucing keluar dari dalam karung saja aku tidak bisa.
"Empire baru saja mengangkat komandan baru mereka, Clivia Fulgida. Tidak banyak yang diketahui tentangnya tetapi dia adalah orang yang bertanggung jawab atas pasukan Empire yang baru tiba di sini" ucap bartender
Clivia? Kepalaku tiba-tiba menjadi sangat sakit mendengar nama itu. Clivia... Ya? Jika apa yang dikatakan oleh bartender ini benar, maka aku harus bisa menemui Clivia. Tetapi untuk menemui seorang perwira tidak akan mudah.
Pertama aku harus bergabung dengan Empire, membuat sebuah prestasi lalu itu pasti akan menarik perhatiannya ATAU... Aku bisa bergabung dengan Resistance, membuat banyak masalah untuknya sampai dia harus turun tangan mencariku.
"Paman ternyata tau banyak juga ya tentang Empire" pujiku
"Hahaha! Kota ini adalah salah satu tempat dimana Empire memasukan bala bantuan mereka dari luar pulau nak! Tentu saja aku tau!" balasnya dengan sedikit bangga
"Kukira semua orang di pulau ini anti Empire" ucapku
"Memang benar, tetapi orang-orang di kota yang dibawah kendali Empire mayoritas adalah orang-orang yang datang dari luar pulau yang dikendalikan oleh Empire"
Huh... Ternyata Empire kuat juga ya. Pasukan Empire yang sedang mabuk tampaknya tidak begitu pusing dengan apa yang kami bicarakan kecuali untuk satu yang duduk di sebelahku. Dia menatapku dengan wajahnya yang merah karena terlalu mabuk.
"Hoi bocah! Katakan... Hik... Katakan apakah kau ini mendukung Empire atauka tidak?" tanya dia padaku dengan mata teler
"Yah... Aku ini petualang, aku hanya tertarik untuk menjelajah dan mempelajari sejarah. Aku tidak punya begitu banyak waktu untuk memikirkan hal lain" jawabku untuk mencoba mengalihkan topik
"Hahahaha!"
Pasukan Empire ini merangkulku dan menepuk-nepuk kepalaku seolah-olah aku dan dia adalah ayah dan anak yang sangat akrab. Dia terlihat sangat bahagia mendengar jawabanku. Jujur saja, aku tidak tau apakah ini pertanda buruk ataukah baik.
"Hahahahahaaa!! Hik... Aku suka itu bocah! Hik..."
Dia langsung memberiku sebuah lambang Empire yang terbuat dari baja. Logo naga ini tampaknya dibuat oleh ahli. Baja ini sangat halus permukaanya dan sepertinya sangat terawat. Aku ingin bertanya kenapa aku diberikan benda ini tetapi aku akan menyimpan pertanyaan itu untuk nanti jika dia sudah tidak teler.
BRAK! Suara pintu yang didobrak menarik perhatianku. Seorang perempuan berambut pendek, mengenakan seragam ksatria Empire melangkah masuk dengan ekspresi wajah yang sangat marah. Seragam yang dikenakannya sedikit berbeda dari prajurit Empire yang ada.
Seragamnya tetap berwarna merah dan memiliki logo Empire pada dada bagian kanan. Namun jika para ksatria mengenakan pelindung baja dimana-mana, perempuan ini sama sekali tidak mengenakan pelindung baja sama sekali. Di pinggangnya ada sebuah pedang.
Begitu dia melangkah masuk, sepatu bot yang dikenakannya adalah hal pertama yang menarik perhatianku. Sejauh ini, aku belum menemukan siapapun yang mengenakan sepatu bot selain diriku.
"BANGUNLAH KALIAN PEMALAS! KITA PUNYA PEKERJAAN!" teriaknya dengan lantang
Teriakannya memang sangat tegas dan lantang tetapi pasukan Empire di sini terlalu mabuk untuk bisa merespon. Dia terlihat sangat jengkel lalu mulai memikul seorang pasukan yang tergeletak teler di meja.
"Cih, ada apa dengan orang-orang ini?" gerutunya
Aku meletakan uangku di atas meja untuk membayar air putih yang tadi sambil masih memperhatikan perempuan itu. Di paha kiri dan kanannya ada sarung pistol dari kulit. Siapapun perempuan ini... Dia berhasil membuat kepalaku terasa sakit.
Aku merasa seperti mengenal perempuan itu tetapi sama sekali tidak bisa mengingat siapa dia. Aku harus bisa melihat pistol miliknya... Jika dugaanku benar, dia mungkin saja memiliki hubungan dengan ingatanku... Aku membalikan badanku dan mendekatkan kepalaku pada bartender.
"Paman, dia siapa?" bisikku pada bartender
"Clivia Fulgida. Orang yang baru saja kita bicarakan" jawabnya
"Serius? Kupikir Clivia adalah om-om bertampang sangar.... Kenapa malah perempuan seusiaku?" keluhku
Aku merasakan seperti ada yang berdiri di belakangku. Aku menoleh ke belakang. Perempuan yang tadi sudah ada di belakangku sambil memasang tampang sangar.
"Apa kau menyebutku om-om bertampang sangar?" tanya dia
"Ahh.... T-tidak!" jawabku. "Yang kami bicarakan bukanlah anda komandan! Kami sedang membicarakan pemabuk yang bernama Ciliva! Bukan seorang komandan seperti anda" jawabku
Dia mendekatkan wajahnya padaku. Tatapannya akan benar-benar membunuhku... Matanya terlihat sangat tajam tetapi entah kenapa terasa sangat familiar. Dia mengerutkan dahinya untuk sesaat.
"Kau terlihat sangat familiar... Apa... Aku pernah mengancammu di suatu tempat?" tanya Clivia padaku sambil memperhatikan wajahku baik-baik
Sebelum aku bisa menjawab, dia melihat logo Empire yang ada pada tanganku. Dia menarik napas sesaat lalu kembali memikul pasukan Empire yang lain.
"Lupakan.. Kau pasti rekrut baru kan? Aku Clivia Fulgida dan akulah yang bertanggung jawab atas bala bantuan Empire untuk pulau ini" ucapnya. "Kau masih tidak mabuk kan?"
"Erm..." aku menggaruk kepalaku
"Simpan penjelasannya nanti. Sekarang bantu aku membawa para pemalas tak berguna ini kembali ke kereta pasukan. Ini adalah perintah"
Aku hanya diam untuk sesaat hingga dia kembali menatapku lagi. Aku langsung berdiri dan membantu membawa para pasukan Empire yang mabuk kembali ke sebuah kereta pasukan yang ternyata hanya merupakan kereta berkuda yang besar. Mungkin di desain untuk membawa pasukan dalam jumlah banyak.
Setelah sempat bingung sendiri untuk sesaat, aku merasa ini adalah kesempatan bagus untuk menyelidiki "barang aneh" yang dibicarakan oleh Alice dan juga untuk menyelidiki Clivia Fulgida.
***************
Bersambung
Part Selanjutnya :
Mendengar kabar tentang "barang aneh" yang dibawa oleh Empire telah menarik perhatian Lightshot untuk menyelidikinya. Berkat bantuan Garet dan sedikit keberuntungan, Lightshot berhasil masuk ke dalam kota Seaside yang dibawah kendali Empire. Tapi.. Kepala Lightshot terasa sakit setelah mendengar nama "Clivia Fulgida" dan Lightshot menduga perempuan ini mungkin saja memiliki hubungan dengan ingatannya yang hilang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar