Sabtu, 01 Juli 2017

Burning Dawn Part-3

  Episode sebelumnya,

  "Dan dia berjalan di lembah kegelapan. Tanpa rasa takut akan kematian, tanpa takut pada kehampaan, tanpa takut pada kegelapan itu sendiri. Dia berjalan di jalan yang terang tetapi dia membawa kegelapan bersamanya... Menari di antara kegelapan dan terang"




 ***************
Burning Dawn
Part-3
Raungan dari Kematian

   Dari hutan tropis yang dikelilingi oleh pepohonan yang rindang kembali ke padang gurun yang panas dan kering. Aku menempuh perjalanan selama beberapa hari menuju situs bersejarah. Perjalananku tak sia-sia karena di tengah-tengah jalan, aku bertemu dengan seorang pengintai dari Arymania yang tersesat. Aku tidak membunuhnya.... Aku mematahkan kedua tangan dan kakinya serta memotong lidahnya. Menggunakan sihir yang kupelajari dari ingatan Arogitia, aku mengutuk orang ini supaya tak bisa mati kecuali jika aku menebas lehernya.

Pengintai ini hanyalah seorang prajurit pangkat rendah yang tak mengetahui apa-apa jadi tak ada gunanya juga untuk menyerap ingatannya karena dia pada dasarnya tidak tahu apa-apa. Aku bisa saja membunuhnya, tetapi aku mungkin akan memerlukannya. Aku tak peduli kenapa pengintai ini ada di perbatasan Loria-Arymania; entah apakah sekedar patroli perbatasan atau memang kerajaan Arymania merencanakan sesuatu...

Mungkin saja kerajaan Arymania berniat menyerang kota Mirigan setelah mendengar kabar serangan Arogitia di kota itu. Rumor menyebar sangat cepat ya?

Aaaaaah, aura ini.... Aku bisa mencium adanya bau kebencian memenuhi udara di padang gurun ini. Aku semakin dekat! Aku mengikuti naluriku dan akhirnya aku bisa melihat sebuah pemandangan yang sangat luar biasa!

Area padang gurun yang sangat luas ini dipenuhi dengan ribuan kerangka-kerangka manusia dan perlengkapan perang yang berkarat. Banner-banner bendera Loria dan Arymania yang robek dan pudar bertebaran dimana-mana. YA! AHAHAHAHAHAHAAA!!! INILAH TEMPATNYA!!!!

Aku tertawa terbahak-bahak karena merasa bahagia. Aku mengalirkan energi dari mata kiriku ke tangan kananku.

  "Wahai engkau, Jendral Emeric; pemimpin pasukan kavaleri kerajaan Loria. Aku bisa merasakan kemarahanmu... Keinginan kuatmu... Hasrat membunuh yang kau miliki itu. Layanilah aku, dan lepaskan semua amarahmu itu pada musuh-musuhku" gumamku

Aku menjulurkan tangan kananku ke depan. Sebuah aura gelap mengalir keluar dari tangan kananku dan melesat ke tengah-tengah area situs bersejarah ini.

???

Tidak terjadi apa-apa... Apa aku salah tempat? Tidak... Tidak mungkin. Aku tahu dia ada di sini... Kemarahannya itu sangat kuat... Dia pasti ada di sekitar sini. Aku melihat pengintai dari Arymania yang kuseret dari tadi. Aku tersenyum.... Aku mengerti....

Aku memegang rambutnya. Dia meronta-ronta dan mencoba untuk berbicara tetapi karena lidahnya telah kupotong, aku sama sekali tak memahami apa yang diucapkannya. Aku menghunus pedangku.

  "Kaaak!!! Kaaak!!!" Krow berkicau sambil mengepakkan sayapnya dengan semangat

Aku membatalkan mantra kutukanku padanya dan langsung mengiris leher pengintai ini secara perlahan membiarkan darah segarnya mengalir pada padang pasir ini.

Aku mengulangi lagi ritual pemanggilan jendral Emeric.

  "Wahai engkau, Jendral Emeric; pemimpin pasukan kavaleri kerajaan Loria. Aku bisa merasakan kemarahanmu... Keinginan kuatmu... Hasrat membunuh yang kau miliki itu. Layanilah aku, dan lepaskan semua amarahmu itu pada musuh-musuhku"

Aura hitam melesat dari tanganku menuu tengah-tengah padang pasir. Secara tiba-tiba cahaya hitam muncul dari pasir. Perlahan sesosok arwah dengan jubah hitam yang sobek mengambang keluar dari dalam pasir. Dia hanyalah sebuah kerangka bagian atas manusia yang mengambang dan mengenakan jubah hitam sobek sambil membawa sabit besar. Tipikal... Spectre.

Aku sedikit kecewa karena aku mengharapkan sesosok kerangka manusia dengan baju zirah perak dengan dekorasi pangkat tinggi.... Yaaah, tak apalah. Mungkin saja kerangkanya telah hancur lebur dan yang bisa kudapatkan hanyalah arwahnya. Tak jadi masalah, dia akan melayaniku dengan sempurna.

Jendral Emeric sedikit berbeda dari pasukanku... Dia memiliki ingatan; dia mengerti taktik perang dan memiliki kemampuan memimpin. Kebenciannya yang sangat kuat menyisakan sejumlah ingatan juga. Itulah alasan kenapa dia berbeda.

  "Anda memanggil saya nyonya?" ucapnya
  "Ya, berapa banyak prajurit yang kau bawa?" tanyaku
  "Sekitar 543 orang nyonya. Kami bertarung sebaik kami tetapi lawan kami terlalu banyak"
  "Tak jadi masalah, cepat atau lambat, kita akan menghabisi mereka semua"

Aku mengalirkan sedikit kekuatan dari mataku lagi. Aku menunjuk pada langit. Aura hitam pekat melesat ke langit membentuk pilar. Aku melihat sendiri bagaimana langit terbelah. Aura hitam mulai bermunculan di segala tempat.

Yaaaa!!!! YAA!!! HAHAHAHAHAHHA!!!!

Semua mayat-mayat yang ada di sini bangkit kembali. Tidak hanya itu, ada sejumlah kerangka kuda juga yang ikut bangkit beserta sejumlah arwah gentayangan juga bermunculan. Coba tebak? Arwah-arwah gentayangan yang datang menjawab panggilanku bukan hanya hantu-hantu biasa, separuhnya adalah Wraith; hantu agresif yang tercipta dari rasa kebencian dan dendam. Sejumlah Spectre juga datang menjawab panggilanku.

Spectre adalah hantu yang paling agresif. Mereka adalah arwah-arwah yang dipenuhi dengan kebencian dan dendam.

Emeric mulai meneriakan perintah-perintah pada undead yang baru saja bangkit. Dalam sekejap mereka semua berbaris rapi dan sangat terorganisir. Dari sekian banyak undead yang bangkit, ada sejumlah perwira-perwira juga yang ditugaskan untuk memimpin. Untuk pertama kalinya juga aku melihat sejumlah arwah gentayangan berwujud kuda yang ditunggangi oleh Spectre atau Wraith.

Aku merasa senang. Aku memunculkan semua pasukan undead yang kusimpan di poket dimensi pribadiku. Sekarang aku punya pasukan yang terorganisir. Tetapi jumlah mereka masih sedikit.... Tidak cukup untuk menyerang kerajaan Arymania. Hmn....

  "Emeric, apa yang kita perlukan untuk meruntuhkan kerajaan Arymania?" tanyaku
  "Banyak hal nyonya jika anda berkenan mendengarkan hamba" jawabnya
  "Katakan saja dan akan kupikirkan cara untuk bisa menjadikannya sebuah kenyataan"
  "Jumlah pasukan anda masih sangat kurang nyonya. Kita punya kavaleri, pemanah, musketeer, sejumlah prajurit barisan depan yang cukup untuk menghabisi sejumlah desa yang penjagaanya ringan. Tetapi kita akan memerlukan mesin-mesin perang untuk meruntuhkan tembok. Kemudian semua peralatan kami juga berkarat"

Hmn.... Masih banyak hal yang harus kukerjakan. Jika aku menyerang desa-desa kecil kerajaan Loria dan Arymania, sudah pasti aku akan dikalahkan jadi untuk sekarang, aku akan bermain aman.

Kemudian mesin perang dan peralatan... Di mana aku bisa mendapatkan hal-hal seperti itu untuk pasukanku? Uangku tak cukup untuk membeli peralatan sebanyak itu. Lagipula, jika aku memborong peralatan perang, sudah pasti akan banyak yang curiga padaku.

Hmn.... Tunggu dulu.... Yorkville..... Ya.... Mungkin aku bisa menggunakan tempat itu. Desa kelahiranku dikelilingi oleh tambang yang kaya akan sumber daya. Dengan tidak adanya gembong Tikus Pasir, aku yakin pasti beberapa pasukan kerajaan dan tentara bayaran akan berebut sumber-sumber daya tersebut atau mungkin saja tempat-tempat itu akan dipenuhi oleh monster penghuni gurun.

  "Siapkan pasukan. Kita akan segera berangkat!" perintahku
  "Siap laksanakan!"

Tak jadi masalah jika pasukanku tak tahu cara untuk membangun gedung atau membuat senjata, karena aku masih bisa memanggil arwah dari warga desa yang telah kubunuh dulu. Mereka akan bekerja untukku, suka atau tidak suka.

Dan seandainya jika ada orang-orang yang berani menghalangiku; akan kusingkirkan seperti biasa. Aku tidak akan berhenti sampai aku melihat sendiri setiap warga dari kerajaan Arymania dibunuh di hadapanku.

**************

  Yorkville... Ah, senangya bisa kembali lagi ke tempat ini sebagai orang yang berkuasa. Tidak banyak perubahan kecuali tempat ini mulai dipenuhi oleh sejumlah hewan buas dan berbau mayat. Aku sudah terbiasa menghadapi berbagai macam makhluk buas di gurun dan membunuh mereka sangat mudah dan dengan membangkitkan mereka lagi sebagai pelayanku, aku mendapatkan tambahan prajurit yang lumayan bagus.

Aku memiliki sejumlah kelajengking raksasa, laba-laba gurun raksasa, dan direwolf; serigala besar yang gigitannya sangat beracun.

Membangun sebuah markas tentu akan memakan banyak waktu dan sumber daya tetapi beruntungnya aku, desa ini dikelilingi oleh tambang dan ada sejumlah tempat bagus untuk mendapatkan batu di sekitar sini. Jumlah pasukanku yang sangat banyak ditambah dengan bantuan magis dariku membuat pembangunan markas berjalan dengan sangat cepat.

Emeric membentuk sejumlah kelompok kecil untuk menyerang dan mengambil alih semua tempat-tempat yang kaya sumber daya di sekitar desa ini. Aku memintanya untuk selalu menyisakan 1 orang dalam setiap serangan. Kenapa? Karena aku ingin memberikan pesan jika tempat ini bukanlah tempat untuk mereka lagi.

Seperti dugaanku mengenai sumber daya; banyak pihak ingin memiliki sumber daya yang ada di sekitar desa ini. Sebagian besar adalah tentara bayaran dan pasukan-pasukan kerajaan baik dari Loria maupun Arymania. Bahkan kerajaan Roringstead rela mengirimkan pasukan jauh-jauh hanya untuk mencoba menguasai sejumlah tambang. Mereka mengira pasukanku hanyalah sekumpulan undead... Ya pola pikir seperti itu yang membuat mereka sekarang menjadi undead, melayaniku tanpa berpikir.

Aku hanya tersenyum melihat Yorkville yang dulunya desa kelahiranku sekarang telah diubah menjadi markas pribadi untuk pasukanku. Pagar-pagar kayu sekarang telah diganti dengan tembok-tembok batu tinggi dan sejumlah tulang-belulang dan daging dari tawanan perang yang ditangkap oleh pasukanku juga "dijahit" pada tembok dan menara pengawas.

Gedung-gedung penduduk yang dulunya hanya gedung kotak terbuat dari batu kini telah digusur dan digantikan dengan kamp-kamp pelatihan, barak, tempat penyiksaan, dan sebuah menara tinggi. Semuanya terbuat dari kerangka-kerangka dan daging dari makhluk hidup yang berhasil ditangkap.

Tetapi ada sesuatu yang kurang... Ya.... Aku perlu membuat tanda jika tempat ini mulai dari sekarang; adalah domainku! Milikku! Aku berjalan menuju atap dari menara tertinggi yang dibangun di tengah-tengah desa. Wow, pasir sejauh mata memandang!

Aku menghela napas. Mantra yang akan kugunakan merupakan mantra kelas tinggi. Aku melepas penutup mata kiriku dan memberikannya pada Krow yang bertengger di bahuku. Dia memegangnya dengan paruhnya kemudian terbang dan hinggap di tiang kayu kecil yang memang dibuat khusus untuknya.

Aku menenangkan pikiranku dan mengalirkan sebanyak mungkin energi magis ke kedua tanganku. Aku mulai merasakan tekanan udara menjadi sangat berbeda secara tiba-tiba. Kedua telingaku mulai terasa sangat sakit dan sekujur tubuhku terasa sangat keram.

  "GAAAAAAHHHH!!!!!!!!!!!!!!!"

Sambil berteriak, aku mengangkat kedua tanganku ke langit dengan cepat. Aura hitam melingkariku dan melesat ke langit. Pilar raksasa aura hitam yang indah... Hahahah! Langit mulai terbelah. Siang hari yang tadinya cerah mendadak berubah drastis.

  Awan badai hitam menyelimuti langit. Kilat dan guntur mulai menghiasi pemandangan. Udara secara tiba-tiba berbau menjadi sangat busuk. Tanah yang dari merupakan pasir kini terganti dengan tanah kering berwarna hitam busuk yang penuh dengan retakan dan mengeluarkan gas berwarna hijau.

Aku langsung tergeletak di lantai. Huffft.... Melelahkan.... Proses yang bisa dijelaskan dengan sederhana oleh kata-kata benar-benar memakan banyak tenagaku. Krow menghampiriku sambil meletakan penutup mata kiriku di hadapan wajahku. Dia duduk dan memperhatikanku.

  "Huufft.... Krow.... Aku hanya perlu istirahat sebentar" ucapku
  "Kaaak?" Krow memiringkan kepalanya. "Kaaaaak, kaaaak?"
  "Tidak apa-apa Krow. Aku hanya perlu berbaring sesaat saja, tidak perlu memanggil pasukanku"

Aku menggerakan tanganku untuk mengelus-ngelusnya. Krow.... Kau benar-benar teman terbaik yang pernah kumiliki. Aku sangat senang bisa memilikimu bersamaku Krow.

Setelah beristirahat sesaat, aku bisa menggerakan badanku lagi. Melelahkan tetapi sangat memuaskan. Sekarang area di sekitar desa ini telah terpengaruhi sihirku. Setiap tamu tak diundang yang berani menginjakan kakinya di area kekuasaanku akan merasakan tekanan dan terror yang sangat kuat.

Aku tidak khawatir jika pasukan Kerajaan akan mengirimkan pasukan yang sangat besar untuk menyerang markasku ini. Tempat ini terisolasi dan kehidupan padang gurun benar-benar sangat kassar bagi orang yang tak pernah ke sini. Hanya sedikit yang bisa bertahan di alam seperti ini. Jika dehidrasi dan halusinasi tidak membunuhmu, makan penyakit atau hewan buaslah yang akan membunuhmu.

Aku berjalan kembali ke rumahku yang merupakan satu-satunya gedung original Yorkville yang masih utuh dan tak tersentuh. Aku memang membenci rumah ini karena membuatku mengingat kembali kenangan buruk yang tak ingin kuingat lagi tetapi bagaimanapun juga, ini adalah rumahku....

Tempat ini semakin berdebu saja... Aku hanya tersenyum. Membuat senjata akan memakan sedikit waktu yang lama bahkan dengan jumlah pekerjaku yang sangat banyak jadi kurasa sambil beristirahat sebentar.

Membalaskan dendam kawan-kawanku memang sangat penting bagiku dan memang aku punya kekuatan penyembuhan yang luar biasa, tetapi bagaimanapun juga aku adalah manusia... Tubuhku juga ada batasnya. Beristirahat sebentar juga akan membantuku memikirkan langkah-langkah selanjutnya.

  "Krow, apa kau alergi debu?" tanyaku
  "Kaaak!"
  "Ya, aku berencana membersihkan tempat ini. Aku tak ingin kau sakit Krow"
  "Kaaak! Kaaaak!!!"

Aku pergi ke luar sesaat dan mengambil sapu yang merupakan hasil rampasan dari pasukan-pasukan kerajaan yang mencoba merebut tambang. Aku tidak tahu kenapa mereka membawa sapu. Mungkin karena mereka berencana membuat kemah jangka panjang di tambang.

Menggunakan sapu itu, aku membersihkan debu-debu yang menempel pada setiap sudut rumahku. Debunya sangat tebal bahkan untuk bernapas saja sulit. Krow membantuku dengan sangat baik. Dia terbang keluar-masuk membawa kain dan ember penuh dengan air. Karena dia tak bisa membersihkan, jadi dia hanya memperhatikanku saja. Jika aku memerlukan sesuatu yang bisa dibawa olehnya, dia akan pergi untuk mengambilkannya untukku.

Beberapa jam membersihkan dalam rumah ini aku akhirnya bisa berbaring di tempat tidurku... Kamarku.... Aaaah, senangnya bisa melihat-lihat boneka-boneka jerami milikku masih ada pada tempatnya.

Aku mengambil boneka beruang dari poket dimensi pribadiku dan memeluknya... Boneka beruang ini... Imut juga.... Aku menyukainya.

Krow hanya duduk di atas kursi sambil memperhatikan boneka beruang tersebut dengan penasaran. Pupil matanya sedikit membesar.

  "Kaaak?"
  "Entahlah Krow.... Aku juga tidak tahu siapa yang mengirimkan boneka ini. Tetapi yang jelas aku sangat menyukainya"

Aku memutar badanku ke atas. Sambil melihat langit-langit yang baru saja dibersihkan, aku kembali berpikir tentang beberapa hal.... Tentang kenapa aku diperlakukan berbeda oleh penduduk Yorkville waktu aku kecil.

Kemudian legenda tentang Revealer; orang-orang terpilih untuk menentukan nasib dunia. Entah menyelamatkannya atau justru menghancurkannya. Masalahnya adalah; menyelamatkannya dari apa atau siapa? Menghancurkannya karena apa? Kemudian siapa yang memilihku untuk menjadi Revealer? Kenapa harus aku? Jika aku tak dipilih menjadi Revealer, mungkin saja aku tidak akan terlahir setengah buta dengan sepasang mata yang berbeda warna dan rambut yang putih....

Entahlah.... Aku.... Aku ingin seseorang memelukku sekarang dan mengelus-ngelus kepalaku sambil menyanyikan lagu untukku tidur. Krow tidak bisa bernyanyi dan dia juga tak punya tangan. Aku tak mau undead atau arwah yang melakukan hal itu padaku.... Mereka sangat dingin dan bau!

  "Hey Krow?"
  "Kaak?" Krow berhenti menggaruk sayapnya dan menatapku
  "Kalau dipikir-pikir... Aku benar-benar ingin mencari siapa orang yang memberikanku hadiah boneka beruang ini"
  "Kaaak?"
  "Tidak, aku tak ingin membunuh atau menyiksanya... Aku hanya... Erm.... Bagaimana ya? Uhmm" aku menghela napas. "Berterimakasih"
  "Kaaak? Kaaaak?"
  "Aku tak peduli siapa dia. Aku akan tetap berterimakasih" balasku sambil tersenyum. "Tidurlah sedikit Krow. Kita jarang tidur belakangan ini dan kita akan semakin sibuk nanti"

Krow langsung menutup matanya dan tidur. Aku membisikan namanya beberapa kali tapi dia tak merespon. Cepatnya!! Kau ini gagak atau apa sih?! Kenapa kau bisa tertidur secepat itu! Tidak adil!!!

Urrgh.... Ah, sudahlah. Aku mencoba menutup mataku dan memikirkan hal-hal yang membosankan supaya aku cepat terlelap. Tetapi karena aku tak bisa menemukan hal yang membosankan untuk dipikirkan, aku malah menjadi kesusahan menjadi tidur.

Tunggu dulu... Ada 1 hal membosankan yang bisa kupikirkan... Tentang Rena, aku sampai sekarang masih bingung kenapa pergerakannya tidak bisa diperdiksi oleh mata kiriku. Apakah mata kiriku mulai kehilangan kekuatannya? Ataukah aku tidak begitu memperhatikannya? Ataukah ada kekuatan di dunia ini yang bisa mematahkan kekuatan mata kiriku?

Pengetahuanku tentang Revealer masih sangat minim. Memang benar aku tahu Revealer adalah orang-orang yang terpilih oleh para Dewa dan tugas seorang Revealer adalah menentukan nasib dunia. Tetapi Dewa atau Dewi siapa yang memilihku? Di dunia ini ada berbagai macam Dewa dan Dewi, jika mereka tiap-tiap memilih 1 Revealer; maka akan ada banyak Revealer di dunia ini. Humn... Aku perlu penasihat; seseorang yang berpendidikan dalam dunia magis.

Tetapi akan lebih baik jika aku menyerap ilmu mereka saja. Tidak~tidak, mungkin penasihat jauh lebih baik. Ehm... Tidak, menyerap ilmu mereka lebih menguntungkan karena aku tak mempercayai siapapun.... Ataukah haruskah aku mencari penasihat? Ugghh..... Hmn..... Ah terserah!

Aku mulai merasa mengantuk. Waktunya untuk beristirahat. Setelah beristirahat, aku mungkin akan mandi. Semoga saja bawahanku tidak mencabut saluran air ketika mereka mengubah desa ini menjadi markasku.

*****************

  "Nyonya, bangunlah"

  Suara dari Emeric mengagetkanku. Argh! Kenapa dia berani masuk ke dalam rumahku dan kenapa dia berani mengganggu tidurku?! Aku membuka mataku. Emeric sedang mengambang di pintu masuk kamarku.

  "Emeric! Kukira aku sudah mengatakannya dengan jelas; Tidak ada satupun yang boleh masuk ke rumahku tanpa seizinku!" Bentakku
  "Hamba mengetahuinya nyonya. Hamba membawa kabar gembira untuk anda" ucapnya dengan suara yang masih datar dan berhantu seperti biasa
  "Kabar apa? Kuharap ini benar-benar kabar bahagia" balasku sedikit kesal
  "Pengintai kami melihat segerombolan pasukan Arymania sedang berbaris Nyonya"

Aku bangkit berdiri. Aku mengucak-ngucak mataku dan melihat Krow yang masih tertidur pulas di atas kursi.

  "Lalu?"
  "Mereka membawa alat-alat siaga. Mereka bernyanyi dan bersorak seperti ingin berperang" lanjutnya
  "Ooh, sepertinya kita bisa merampas alat-alat siaga mereka untuk kita gunakan" aku mencabut penutup mata kiriku dan meniupnya
  "Nyonya, mereka tidak menuju ke tempat ini. Sepertinya mereka menuju kota Mirigan"

Mirigan?! Apakah Kerajaan Arymania ingin berperang melawan Loria?! Tidak, aku tidak peduli jika mereka menargeti kota lain.... Aku tidak akan tinggal diam jika mereka menargeti kota Mirigan. Rena.... Cih...

  "Apakah pasukan kita sudah dilengkapi dengan persenjataan baru?" tanyaku
  "Hanya baru separuhnya saja Nyonya, sisanya masih dalam tahap produksi" jawab Emeric
  "Bawa setiap pasukan yang kita perlukan untuk menghentikan pasukan Arymania! SEKARANG!" perintahku
  "Sesuai perintah anda Nyonya!"

Emeric mengambang menembus tembok. Aku mengelus-ngelus Krow dari kepalanya dengan lembut, dia membuka matanya dan menatapku.

  "Ayo Krow, ada masalah yang harus kita selesaikan"
  "Kaaak!!!" Krow mengepakkan sayapnya dan hinggap di bahuku seperti biasa

Tidak ada waktu untuk mandi.... Haaah... Aku sangat kesal sekarang! Rena.... Jangan mati sampai aku menguak rahasia kenapa kau tak bisa diprediksi oleh mata kiriku.

Aku tergesa-gesa berjalan keluar dari dalam rumah. Emeric sudah mempersiapkan pasukan-pasukanku. Aku merasa sedikit puas melihat mereka berbaris dengan sangat rapi mengenakan senjata baru yang mengkilap dan perlengkapan yang terlihat dibuat dengan sangat sempurna.

Hantu, Wraith, Spectre, kerangka manusia, dan zombie didukung dengan kavaleri-kavaleri aneh. Aku harus mulai memikirkan cara untuk membuat variasi yang lebih banyak lagi.

Sesosok kerangka mengenakan zirah yang mengkilap berlari menghampiriku. Dia hormat padaku untuk sesaat.

  "Nyonya! Pasukan pengintai di perbatasan hutan kota Mirigan baru saja melaporkan jika pasukan Arymania sudah menyerbu kota Mirigan!"
  "Apakah kita sudah siap untuk berangkat?" tanyaku
  "Sebentar lagi nyonya. Jendral Emeric masih mengumpulkan sejumlah pasukan lagi"
  "Kalau begitu aku akan pergi duluan ke kota Mirigan. Akan kuberikan perintah selanjutnya melalui telepati. Tolong katakan pada Emeric untuk jangan membunuh penduduk kota Mirigan, mereka jauh lebih berguna jika masih hidup"

Cih, waktu benar-benar tak bersahabat denganku kali ini. Aku tidak peduli jika pasukan Arymania membantai seluruh warga Mirigan, tetapi jika mereka berani menyentuh Rena, akan kubuat mereka tersiksa untuk seumur hidup mereka. Ada hal yang ingin kucari tahu dari Rena dan sepertinya aku hanya bisa mendapatkan jawabannya jika dia masih hidup.

Aku bisa saja menyerap ingatan Rena tetapi aku tak ingin melakukannya. Entah kenapa, seperti ada bagian dari diriku yang memaksaku untuk tidak melakukannya.

  "Nyonya! Kuda anda telah dipersiapkan" lapor salah satu prajuritku
  "Ah, bagus"

Aku memperhatikan tungganganku yang datang. Seekor kuda yang hanya tinggal kerangkanya saja. Erm.... Apakah aku harus benar-benar menunggangi kuda ini? Yah, maksudku kuda undead memang keren karena tidak bisa lelah tetapi kerangkanya itu lumayan tajam. Jika aku menungganginya, bisa-bisa tubuhku berdarah semua. Bagi undead memang tak masalah karena mereka tak bisa merasakan sakit.

  "Apakah kita masih punya spesimen yang masih hidup?" tanyaku
  "Tidak nyonya. Anda telah membunuh semua makhluk hidup di sekitar area ini dan semenjak anda menjadikan area ini sebagai domain anda, semua makhluk hidup telah pergi meninggalkan tempat ini"

Aku menepuk kepalaku. AAAARRRGH!!!! Kenapa aku begitu bodoh?! Cih, lain kali aku akan berpikir 2 kali sebelum aku benar-benar menjadikan sebuah area sebagai domainku.

  "Pasangkan kereta pada kuda ini!" perintahku
  "Sekarang nyonya?"
  "SEKARANG!!! LAKUKAN KURANG DARI 10 MENIT!!!"


*****************

  Akan memakan waktu untuk pasukanku bisa tiba ke kota Mirigan. Aku tahu resikonya; semua kerajaan sangat anti terhadap necromancy. Jika aku datang ke kota itu dengan pasukanku, sudah pasti mereka akan mencoba membunuhku juga.

Aku tak peduli apa yang terjadi padaku. Aku akan tetap melindungi kota Mirigan jika itu berarti aku bisa melindungi Rena. Masih banyak misteri darinya yang ingin kuungkap.

Perjalanan ke kota Mirigan akan memakan waktu berhari-hari jika berjalan kaki tanpa henti. Dengan kuda tercepat pun akan memakan waktu sekitar 2 hari. Tetapi dengan kuda undead? 1 hari aja saja aku sudah sampai.

Ketika aku memasuki hutan tropis dan melihat kepulan asap-asap hitam dari kejauhan, aku tahu aku sudah dekat. Aku memperhatikan Krow yang terbang di sampingku. Dia terlihat marah juga mungkin karena dia mengetahui aku sedang marah.

Aku tak punya gambaran apapun mengenai kekuatan kerajaan Arymania, tetapi aku sangat yakin jika pasukan pertahanan di kota Mirigan tidak akan bertahan lama tanpa bala bantuan. Aku sendiri tidak akan cukup tetapi kupikir, mungkin saja aku bisa menarik perhatian pasukan Arymania sampai pasukanku tiba. Yang perlu kulakukan hanyalah membunuh satu per satu setiap pasukan Arymania yang kulihat sampai perwira-perwira mereka datang dan mencariku secara langsung.

  "Krow! Lingkarilah kota Mirigan!" perintahku
  "Kaaaak!!!"

Krow melayang terbang tinggi ke langit. Aku mulai melepas penutup mata kiriku. Aku tak pernah menggunakan mantra ini sebelumnya tetapi akan kugunakan sekarang juga. Aku memfokuskan pikiranku untuk sejenak.

  "CONNECT!"

Aku membuka mata kiriku. Aku bisa melihat melalui mata Krow. Sedikit aneh rasanya jika mata sebelahku melihat dari langit sementara mata sebelahku lagi melihat secara normal. Aku tahu dimana posisi pasukan Arymania.... Mereka mengepung kota ini dari segala sisi; mencegah supaya jangan ada pembawa pesan berlari keluar meminta bantuan. Sebagian besar tembok-tembok pertahanan kota telah diruntuhkan oleh ketapel. Sebagian gedung telah hangus terbakar. Setidaknya markas Scarlet Blade masih kokoh berdiri meskipun ada sebagian yang hancur karena hantaman batu dari ketapel.

Kuda undead yang menarik keretaku terus melaju secepat mungkin menuju barisan belakang pasukan Arymania; barisan ketapel yang sedang membombardir kota Mirigan dengan bebatuan besar dan pasir panas. Karena

Aku menghunus pedangku dan bangkit berdiri. Kuda undead yang menarik keretaku terus melaju dengan kecepatan penuh. Suara langkah kakinya menarik perhatian pasukan Arymania yang sedang memperhatikan tembakan ketapel.

Begitu aku sudah dekat dengan mereka, aku langsung melompat turun dari kereta kuda sementara kuda undeadku menabrak ketapel yang ukurannya sama besar dengan dirinya. BRAK!!! Kuda undeadku sangat kuat. Dia menabrak ketapel yang ada di hadapannya dengan keganasan yang luar biasa. Momentum tabrakan dan amukannya menghancurkan ketapel tersebut. Sialnya tak ada satupun kru yang terluka.

Mereka semua terkejut dengan kedatanganku.... Dan kudaku. Karena penjaga mereka semuanya terlalu jauh dan kebisingan suara dari pertempuran, para kru mesin siaga tak punya pilihan selain harus melawanku hanya dengan pedang mereka. Aku tak akan meremehkan mereka karena bagaimanapun juga, mereka adalah prajurit terlatih; level mereka berbeda dari bandit.

Mereka menghunus pedang perrunggu mereka dan menatapku dengan garang tetapi juga kebingungan. Mereka tidak tahu siapa aku atau pada siapa aku berpihak.

Salah satu dari mereka mendekatiku sambil menunjuk padaku. Dengan mulut besarnya itu dia mulai berteriak-teriak mencoba menakut-nakutiku. Heh.... Bodoh.... Aku menunjuk padanya, dengan menggunakan mantra telekinesis yang kumanipulasi dengan sihir manipulasi ruang, aku mencekiknya dan mengangkatnya ke udara. Aku hanya tersenyum melihat dia mencoba untuk bernapas saat mengambang di udara.

  "Jangan-jangan orang ini adalah necromancer! BUNUH DIA!"

Total jumlah kru barisan belakang adalah 23 orang. Separuh dari mereka sibuk mencoba melawan kuda undead milikku yang masih mengamuk dan mulai berlari menendang dan merusak ketapel-ketapel lain dengan keganasannya.

Aku mengepalkan tangan kiriku; menguatkan kekuatan mantraku yang sedang mencekik salah satu dari pasukan Arymania. BLASRHH!!! Tubuhnya meledak. Organ-organ dan darahnya terlempar ke segala arah. Teman-temannya merasa terpukul melihat kejadian yang barusan.

Aku menarik napas sesaat. Aaaaah.... Darah segar.... Hehehe, lebih..... LEBIH BANYAK LAGI! HARI INI JUGA AKAN KUBUAT HUJAN DARAH!

Aku menyimpan pedangku ke dalam sarungnya dan mulai mengangkat semua kru barisan belakang Arymania yang masih diam terpaku karena syok. Begitu mereka mulai mengambang di udara, aku mengepalkan kedua tanganku; menguatkan kekuatan mantra telekinesisku. Dalam sekejap mereka semua meledak. Hahaha! Ya!!!!!! Matilah kalian orang-orang bodoh yang berani menyerang kota ini!!!

Tetapi aku secara tidak sengaja juga menghancurkan kuda undead. Ah sudahlah, aku bisa membangkitkannya lagi nanti.

Dengan mata kiriku, aku bisa melihat jelas jika barisan pertahanan kota Mirigan telah jebol. Dengan hancurnya tembok pertahanan dan jumlah Arymania yang sangat banyak maka tak heran separuh pasukan Arymania telah menerobos masuk ke dalam kota dan sedang bertarung dengan warga yang dengan keras kepala melawan pasukan Arymania hanya berbekal senjata apa saja yang mereka miliki.

Heh, tipikal.... Orang-orang Loria dikenal sebagai orang-orang yang sangat keras kepala dan lebih memilih mati daripada menyerah.... Walaupun menurutku hal itu tak berlaku ketika mereka melawan undead. Jadi aku tak heran mereka akan melawan orang-orang Arymania bahkan hanya dengan tangan kosong.

Karena para kru mesin siaga telah hancur, kini tak ada lagi yang akan membombardir kota tersebut. Sekarang yang perlu kulakukan adalah membersihkan pasukan Arymania yang bertarung melawan pertahanan di luar tembok.

Tetapi jumlah mereka sangat banyak, mungkin sekitar 1500 lebih pasukan Arymania di luar tembok sedang bertarung melawan beberapa kelompok kecil pasukan Loria.

Aku punya beberapa cara untuk menarik perhatian mereka semua. Heheheh.

Aku menutup kedua mataku untuk sesaat. Aku mulai mengambang di udara. Aku menjulurkan kedua tanganku pada langit. Aku bisa merasakan kekuatan penghancuran dari langit. Ketika aku membuka mataku dan melihat pada langit. Awan di langit terbelah menjadi 2 dan sebuah bongkahan batu sangat besar yang terbakar jatuh dari langit dengan sangat cepat.

Aku mengarahkan meteor itu pada barisan paling belakang pasukan Arymania yang sedang menunggu momen untuk ikut dalam barisan depan.

BLEDAR!!!!!! Ketika metor itu menghantam tanah dengan kuat, sebuah ledakan besar membunuh sekitar 4 kelompok barisan belakang pasukan Arymania. Guncangan tanah yang sangat kuat dan gelombang ledakan membuat semua orang yang di dekatnya kehilangan keseimbangan dan terjatuh. Bahkan aku yang jauh sekali dari mereka juga dapat merasakan getarannya.

Hantaman meteor tadi meninggalkan kawah yang sangat besar dan api dimana-mana. Sejumlah bongkahan meteor melayang menghantam pasukan Arymania dan Loria. Selagi mereka semua kebingungan, aku berjalan menuju barisan belakang Arymania.

Salah satu musketeer Arymania melihatku, dia menepuk pundak kawan-kawannya yang berbaris di sampinya.

  "Hoi! Siapa kau?!" teriaknya

Teriakan tersebut menarik perhatian kelompoknya. Separuh dari kelompoknya berbalik ke arahku dan mengacungkan senapan mereka ke arahku. Aku terus berjalan; tidak menghiraukan teriakan mereka.

  "Dimana kru ketapel?!"
  "Tembak dia! TEMBAK DIA!!"

DUAR! DUAR! Setiap tembakan mereka yang melesat ke arahku dapat kulihat dengan jelas. Kekuatan telekinesisku menangkis setiap peluru yang melesat ke arahku dan membuatnya berbelok ke arah lain.

Mereka terlihat terkejut karena tembakan mereka meleset. Sedikit api mulai menyelimuti tangan kiriku. Aku tidak merasa terbakar karena ini adalah mantraku sendiri. Aku mengayunkan tangan kiriku secara vertikal ke depanku. Api yang sangat panas mulai muncul dan membakar kelompok musketeer pasukan Arymania yang di hadapanku.

Hahahaha! Teriakan-teriakan mereka membuatku merasa bahagia. Mereka meronta-ronta dan berguling-guling di tanah mencoba memadamkan tubuh mereka yang terbakar oleh api panas. Ya!!!! Biarkanlah mereka terbakar hidup-hidup!

Sejumlah kelompok pasukan Arymania yang di dekat kelompok tadi kini menyadari keberadaanku. Tiba-tiba sebuah raungan yang sangat kuat dan bernada tinggi dapat terdengar di sepanjang area pertempuran

  "RAAAAH!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!"

HAHAHA! Aku bisa merasakannya! Raungan kematian dari Spectre yang haus akan darah dan ingin menyerap daging dari tiap manusia.... Sebuah keserakahan dan kebencian yang sangat membara....

Sepertinya Emeric mengirimkan sejumlah Specter terlebih dahulu mendahului pasukan utamaku. Masuk akal, Specter sangat cepat dan tak akan berpikir 2 kali untuk segera menyantap daging dan meminum darah dari yang masih hidup.

BIARKANLAH RAUNGAN KEMATIAN INI MENJADI AKHIR KEHIDUPAN DARI PASUKAN ARYMANIA!!!!!!!!

*****************
Bersambung

  Part selanjutnya,

  Naia akhirnya pergi untuk membantu kota Mirigan. Seandainya invasi kota Mirigan gagal total, itu berarti akan ada sekian banyak desa-desa terpencil kerajaan Arymania akan terbuka untuk diinvasi oleh prajuritnya Naia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar