Kamis, 21 Desember 2017

Sacred Tree Part-3

  Episode sebelumnya,

  Tyn dan Lilysha tiba di kuil Mira. Di luar dugaan mereka, kuil tersebut hanya dihuni oleh Vie, seseorang yang sedang menjalani proses pelatihan untuk menjadi Holy Priestess sama seperti Tyn. Ternyata kuil Mira sedang diserang dengan sihir mental yang membuat semua Holy Priestess di dalam kuil mengalami mimpi buruk tiap malam yang akhirnya membuat mereka muak dan pergi meninggalkan kuil untuk mengajukan permintaan pemindahan tempat bertugas.

Sementara itu.... panggilan darurat pun dikirimkan kepada para Priestess Agung, meminta mereka semua untuk berkumpul. Semua orang di dalam Holy Order tahu, berkumpulnya para Priestess Agung adalah pertanda sesuatu yang buruk akan segera terjadi.




**************
Sacred Tree
Part-3
Holy Priestess Fira

   Leisha berlari dengan tergesa-gesa menuju aula pertemuan kuil utama Holy Order. Begitu dia sampai, ada begitu banyak Holy Priestess dan Holy Priest lain di dalam aula tersebut, sebagian besar adalah seniornya tetapi ada juga beberapa orang yang seangkatan dengan Leisha.

Bishop Reina melangkah masuk dari pintu belakang aula pertemuan dan berjalan menuju panggung kayu berhadapan dengan kerumunan anggota Holy Order. Mereka semua berhenti berbicara dan memperhatikan bishop Reina melangkah.

Mereka semua bisa melihat ada seorang laki-laki yang bukan merupakan anggota Holy Order berjalan mengikuti Reina di belakang. Semua pakaian yang dikenakannya terbuat dari kulit hewan dan sudah jelas ada pedang tersimpan rapi di pinggangnya.

Leisha yang dulunya adalah preman jalanan sebelum diadopsi Holy Order sudah bisa mengetahui orang ini menyimpan begitu banyak pisau yang disembunyikan dengan sangat hati-hati. Meskipun wajah pria tersebut memberi kesan jika dia adalah orang pemalas, Leisha sangat yakin dia itu adalah orang yang sangat berpengalaman dalam bertarung.

Reina berhenti di tengah-tengah panggung. Dengan anggun dia menatap kerumunan anggota Holy Order yang telah berkumpul.

  "Saudara-saudariku, terimakasih karena telah menyempatkan waktu untuk berkumpul. Saya yakin kalian semua telah mendapatkan memonya" ucapnya

Kerumunan anggota mulai berbisik satu sama lain. Mereka tahu apa yang terjadi, salah satu Priestess Agung; Priestess Riana meminta semua Priestess Agung lain untuk segera berkumpul. Para petinggi di dalam Holy Order pun mulai bergerak dengan cepat untuk mengirimkan pesan pada semua Priestess Agung.

  "Dini hari tadi pagi, Priestess Agung Rianna meminta semua Priestess Agung untuk berkumpul. Kita tidak tahu apa yang terjadi, tetapi saya yakin kalian semua telah mengetahui ini bukanlah pertanda yang baik"

Leisha diam dan terus memperhatikan Reina. Pertama-tama seluruh dunia terancam akan segera meledak ke arah perang dunia, kemudian meningkatnya aktivitas monster dan para bandit, dan sekarang Priestess Agung ingin segera berkumpul. Dia merasa sangat khawatir pada Tyn yang sama sekali tidak bisa bertarung apalagi mengingat Tyn masih belum kembali.

  "Kita diberikan kehormatan untuk mengawal Priestess Agung Fira" sambung Reina

Suasana menjadi hening untuk sesaat ketika semua orang mendengar nama tersebut. Mereka tidak pernah bertemu dengan Priestess Agung Fira secara langsung tetapi mereka pernah mendengar begitu banyak cerita tentangnya.

Konon katanya, dia mampu membumihanguskan seluruh sarang naga api hanya dengan 1 jentikan jari saja. Kemudian dia juga pernah membuat gembong kriminal yang paling ditakuti di kerajaan Orheim berlutut meminta maaf dan memulai hidup baru hanya dengan menatap mereka saja. Masih ada begitu banyak hal menakjubkan yang beredar tentang dirinya.

  "Pria yang ada di sampingku saat ini adalah pengawal pribadi Priestess Agung Fira. Dia ingin menyampaikan sesuatu yang penting untuk kita pagi ini"

Laki-laki yang mengikuti Reina maju selangkah supaya dirinya sejajar dengan Reina. Dia menghela nafas singkat.

  "Namaku Kenneth, pengawal pribadi Fira"

Leisha menaikan alis matanya. Sangat jarang untuk seseorang menyebut sosok yang dihormati Holy Order dengan namanya saja. Itu menimbulkan spekulasi di dalam kepala Leisha dan beberapa anggota Holy Order lain jika mungkin saja Priestess Agung Fira dan Kenneth sangat dekat. Namun sedekat apa hubungan mereka, tidak ada yang berani memikirkannya.

  "Saya ke sini untuk meminta bantuan kalian untuk..."

Kenneth berhenti sesaat sambil menggaruk kepalanya. Dia benar-benar terlihat seperti orang bodoh yang sangat malu.

  "Untuk membantu mencari Fira" sambungnya gugup

Sekejap kerumunan mulai bersuara. "Membantu menemukan Fira", kalimat itu saja membuat begitu banyak anggota Holy Order langsung cemas.

  "Priestess Agung Fira menghilang?"
  "Ini gawat! Apakah dunia sudah kiamat?!"
  "Kita harus meminta bantuan dari kekaisaran! Jika bisa, kita harus meminta bantuan dari kerajaan Orheim juga!"
  "Tidak, lebih baik jika kita saja yang mencarinya. Jika publik tahu Priestess Agung Fira menghilang maka akan terjadi kepanikan massal!"
  "Tapi sebagian besar dari orang-orang yang ahli dalam melacak adalah petualang dan anggota militer resmi kekaisaran. Kita tidak punya orang yang ahli dalam menemukan orang hilang!"
  "Hey, bagaimana dengan Eva? Dia itu ahli dalam menemukan bir yang hilang"

Leisha mencoba menahan tawanya mendengar ada yang membicarakan Eva. Eva yang juga ada di dalam kerumunan pun berteriak kesal.

  "AKU DENGAR ITU STEVE!!!" teriak Eva
  "Bagaimana dengan Leisha? Dia itu bisa menemukan Eva yang mabuk di mana saja"
  "Hoi! Dari mana kalian tahu dia itu pemabuk?!" teriak Leisha kesal

Reina menepuk tangannya sekali. Kerumunan langsung berhenti berbicara dan kembali memperhatikan Kenneth yang masih berdiri di depan kerumunan.

  "Berhubung Fira itu sedikit gesit, aku yakin dia pasti masih ada di dalam kota jadi tidak perlu melibatkan pihak kekaisaran dalam hal ini" ucap Kenneth. "Kemungkinan besar dia berada di peternakan kuda atau mungkin di dalam bar dengan minuman keras atau mungkin malah ada di tempat sampah"

Orang-orang di dalam kerumunan mulai berbincang-bincang satu sama lain. Mereka semua malah mengagumi Fira karena mereka menyangka Fira ingin memilih kuda terbaik untuk perjalanannya atau sedang memastikan tidak ada minuman keras ilegal yang beredar atau mungkin sedang memastikan tempat-tempat sampah teratur dan tidak ada sampah yang berserakan.

Kenneth yang bisa mendengar jelas bagaimana anggota Holy Order mengagumi Fira hanya bisa menutup wajahnya dengan salah satu tangannya.

Leisha menangkat tangannya.

  "Maaf, saya punya 1 pertanyaan" ucap Leisha. "Priestess Agung Fira itu seperti apa orangnya?"
  "Jika kalian melihat perempuan berambut merah yang tidak pernah berpikir dan sangat berisik, maka dialah orangnya" jawab Kenneth
  "Baiklah saudara-saudariku sekalian" sela Reina. "Jika tidak ada pertanyaan lagi, maka tolong mulailah mencari. Apapun yang terjadi, Priestess Agung Fira harus ditemukan!"

**************

  Siang harinya pada hari yang sama, Leisha sedang berjalan menyusuri jalanan ibukota. Dia sengaja tidak mengenakan seragam Holy Order karena khawatir jika mungkin saja siapapun yang membuat Fira menghilang mungkin saja masih ada di dalam kota dan juga sedang mencari Fira. Bagi Leisha akan lebih baik jika tidak ada yang tahu jika dirinya adalah Holy Priestess.

Dia memiliki 1 tujuan; rumahnya Reitz, orang yang merupakan teman masa kecilnya Tyn. Reitz memang bukan petualang ataupun anggota militer kekaisaran ataupun orang yang berbakat dalam melacak tetapi dia memiliki sejumlah pelanggan yang memang ahli dalam melacak.

Meskipun Reina meminta supaya jangan melibatkan publik, Leisha sudah mengambil keputusan untuk meminta bantuan pada 1 atau 2 orang saja apalagi mengingat tidak pernah ada orang yang benar-benar mengingat seperti apa wajahnya Fira karena para Priestess Agung selalu mengenakan topeng untuk menutup identitas mereka untuk menghindari pembunuhan.

Leisha berjalan menghampiri pintu rumah Reitz. Saat dia akan mengetuk, dia menyadari ada orang tepat di sampingnya yang mengenakan seragam Holy Priestess. Siapa lagi jika bukan Eva. Mereka berdua saling menatap satu sama lain dengan tatapan yang kurang bersahabat.

  "Oooh, lihat siapa yang datang juga" sahut Eva dengan nada mengejek
  "Hmm, bukankah kau sedikit tersesat? Ini bukan bar lho" balas Leisha yang mengetahui kecintaan Eva terhadap alkohol dan bir

Reitz yang kebetulan akan keluar rumah membuka pintu dan terkejut melihat Eva dan Leisha. Dia memang tidak mengenali Eva tetapi setidaknya dia tahu Eva adalah Holy Priestess. Dia juga mengenali Leisha karena sebagai teman masa kecilnya Tyn, terkadang dia mendengar Tyn bercerita tentang Leisha.

  "Oh, selamat siang para Priestess. Ada yang bisa kubantu?" tanya Reitz

Eva dan Leisha mengabaikan Reitz. Tatapan mereka berdua terkunci pada satu sama lain. Suasana menjadi hening sesaat.

  "Leisha, kau ingat apa yang dikatakan oleh bishop Reina bukan?" tanya Eva memecah keheningan
  "Oooh aku ingat. Justru aku ke sini untuk memastikan kau tidak melanggarnya" balas Leisha ketus
  "Hmm-hm, seolah-olah aku akan lupa begitu saja"
  "Aku tidak mau dengar itu keluar dari mulut orang yang baru saja kentut sejam yang lalu" balas Leisha
  "B-bagaimana caranya kau bisa tahu?!"

Reitz menggaruk kepalanya bingung karena sama sekali tidak memahami apa yang terjadi maupun mengapa kedua Holy Priestess di depannya mengeluarkan aura membunuh.

  "Uuuuh......" Reitz menggaruk kepalanya. "Apakah ada yang bisa kubant-"
  "DIAMLAH!" sela Eva dan Leisha kompak

Reitz melangkah mundur ketika dibentak.

  "Kau tahu Leisha? Aku tidak keberatan jika aku harus menghajarmu" ucap Eva
  "Oho? Begitu kah? Kau jual, aku beli!"
  "Tetapi, berkelahi di tempat ini adalah hal yang buruk jadi bagaimana jika menggunakan alternatif?"
  "Seperti?"
  "Seperti melaksanakan perintah bishop Reina. Siapa yang lebih cepat, dia yang menang!"

Leisha tersenyum garang mendengar usul Eva.

  "Boleh juga. Yang kalah akan melakukan apapun yang dikatakan oleh yang menang" ucap Leisha
  "Deal!"

Mereka berdua berjabat tangan. Kompak, mereka berdua berbalik dan berjalan pergi meninggalkan Reitz yang masih bingung apa yang terjadi. Reitz hanya bisa mengangkat alis melihat kedua Holy Priestess tersebut.

  "Padahal aku bahkan ingin bertanya tentang Tyn" gumam Reitz

**************

  Beberapa jam kemudian, Leisha dan Eva tak sengaja bertemu di dekat peternakan kuda di pinggiran ibukota. Sekali lagi mereka berdua bertukar tatapan yang penuh rasa permusuhan sambil mengabaikan aroma kotoran kuda.

  "Mengunjungi kerabatmu ya?" ejek Leisha
  "Oooh tidak-tidak, aku hanya ingin memastikan dirimu yang ceroboh tidak masuk ke dalam kandang kuda. Itu saja" sindir Eva

Mereka berdua menyipitkan mata mereka. Semua staff peternakan yang kebetulan berada di dekat mereka tidak berani ikut campur karena melihat betapa kuatnya aura membunuh yang mereka berdua keluarkan.

Tiba-tiba seekor kuda mengamuk di dalam kandangnya, kuda tersebut menendang staff peternakan keluar dari kandangnya. Leisha dan Eva berlari mengecek kuda tersebut. Mereka tidak peduli apakah itu kuda jantan atau betina, yang jelas kuda tersebut mengamuk dengan sangat hebat.

Beberapa staff mencoba menenangkannya tetapi kuda tersebut menendang siapapun yang mendekatinya sambil berteriak-teriak.

  "Oi, saudaramu ngamuk tuh" ucap Leisha
  "Hm? Oh, kau disampingku ya? Maaf aku tidak bisa membedakanmu dengan kuda" balas Eva
  "Uh-huh, dan aku yakin kau bahkan tidak bisa menenangkan kuda ini tanpa meratakan tempat ini"
  "Ha! Asal kau tahu saja, aku ini dulunya pernah merawat kuda! Lihat ya!"

Eva mendekati kuda tersebut tetapi baru selangkah, kuda tersebut langsung menendangnya. Dia pun terlempar ke ujung ruangan. Leisha hanya tertawa sejenak kemudian mencoba menenangkan kuda tersebut. Tetapi sama seperti Eva, dia juga ditendang.

Seorang perempuan dengan gaun merah yang baru saja melangkah masuk langsung berlari menghampiri kuda tersebut. Eva dan Leisha sama-sama memperhatikan tongkat kayu yang dipegang oleh perempuan tersebut; sebuah tongkat kayu bercat perak pada kedua ujungnya dan sisanya bercat merah terang.

Perempuan tersebut memegang tongkat kayunya erat-erat dan kemudian memukul pantat kuda tersebut dengan tongkat itu. Meskipun pukulannya terlihat begitu lemah, kuda tersebut langsung melayang seperti bola golf menembus tembok kayu.

Dalam sekejap, perempuan tersebut menghilang dari hadapan Eva dan Leisha tetapi dalam sekejap mata juga dia muncul kembali di hadapan mereka berdua sambil menyeret kuda yang sekarang sudah pingsan. Dia berlutut pada salah satu kaki kuda tersebut dan mencabut sepenggal kayu yang menancap pada kaki kuda tersebut.

Dia kembali berdiri, membersihkan keringat yang membasahi keningnya.

  "Haah, begitu saja kalian semua tidak bisa" ucapnya riang

Eva dan Leisha sama-sama melihat tongkat kayu yang dimiliki oleh perempuan tersebut. Tongkat tersebut bukanlah tongkat biasa. Orang-orang biasa tidak akan bisa merasakannya tetapi orang-orang yang sangat sensitif terhadap ilmu sihir elemen suci seperti mereka berdua dengan jelas bisa merasakan kekuatan sihir suci yang luar biasa dari tongkat tersebut.

Mereka berdua sama-sama memperhatikan perempuan tersebut dari ujung kepala hingga kaki. Perempuan tersebut memiliki rambut dan mata yang merah tetapi sebelum mereka berdua bisa memperhatikan lebih jelas lagi, perempuan tersebut berlari dengan riang keluar dari dalam peternakan.

  "Eva" ucap Leisha
  "Ya, aku tahu"

Mereka berdua bangkit berdiri dan berlari mengikuti perempuan tadi yang belum terlalu jauh dari dalam peternakan.

  "Hey!" teriak Eva

Perempuan tersebut berhenti sesaat. Dia berbalik menatap Eva dan Leisha. Kedua bola matanya terfokus pada Eva untuk sesaat kemudian dia langsung berbalik dan mulai berlari lebih cepat.

  "Dia orang yang kita cari" ucap Eva
  "Oho, dia tidak akan bisa menang dalam kompetisi kecepatan denganku" komentar Leisha

Tanpa berpikir panjang, Leisha berlari mengejar perempuan itu yang tidak lain adalah Fira; sang Priestess Agung. Berbeda dari Eva, Leisha dulunya adalah mantan preman jalanan sehingga memang fisiknya jauh lebih prima daripada Holy Priestess pada umumnya.

Karena besar di jalanan ibukota, Leisha menguasai tiap seluk beluk kota. Dia bahkan bisa berlari ke tempat tujuannya sambil menutup matanya karena saking familiarnya dia dengan ibukota. Dengan alasan itu, Leisha semakin percaya diri dia pasti akan bisa mengejar Fira.

Mereka berdua saling mengejar hingga akhirnya Fira berhenti pada jalan buntu di gang kecil yang diapit 2 gedung tinggi.

  "Ah sial" gerutu Fira
  "Priestess Agung Fira!" panggil Leisha. "Tunggu sebentar, kami dari Holy Order"

Fira berbalik dan menatap Leisha yang berdiri jauh di depan dan disampin Leisha, ada Eva yang mencoba menarik nafas karena kelelahan berlarian mencoba untuk mengikuti Leisha.

  "Grgh, hufft.... berat badanku mungkin turun 20 kilo... hufft..." keluh Eva
  "Priestess Agung Fira, kemarilah, Kenneth dan Bishop Reina sangat mengkhawatirkan anda" ucap Leisha

Fira langsung memasang wajah cemberut.

  "Aku tidak mau kembali kalau Kenneth yang memintanya! Hpmh!" rengeknya seperti anak kecil
  "Tapi Priestess Agung Fira" sahut Eva. "Bukankah semua Priestess Agung harus segera berkumpul?"
  "Aku tahu itu tapi aku ingin minum bir dan naik kuda terlebih dahulu! Kapan lagi aku bisa melihat kuda dan merasakan bir?" protes Fira. "Kenneth bodoh itu tidak pernah mau membiarkan aku meminum bir!"

Leisha dan Eva menatap satu sama lain. Apakah ini sifat dari Priestess Agung yang mereka kagumi itu? Dia begitu... kekanak-kanakan dan tidak dewasa.

  "Maaf, berapakah umur anda?" tanya Leisha
  "15" balas Fira santai
  "Yaah.... 15 tahun itu terlalu muda untuk minum bir" keluh Eva
  "Keajaiban dari keajaiban dunia Eva, aku setuju denganmu" komentar Leisha
  "Kalian juga??! Padahal kukira kalian itu bisa diajak minum, terutama yang memakai seragam Holy Priestess di sana! Wajahnya terlihat seperti pemabuk!"

Eva memalingkan wajahnya begitu menyadari Fira menunjuk padanya.

  "Jika dia bukan Priestess Agung, sudah kucincang dia" gerutu Eva
  "Eva, sabarlah sedikit. Kau ini Holy Priestess bukan anggota komplotan teroris Pejuang Gyoi" bujuk Leisha

GLUDUG! Fira tiba-tiba langsung jatuh tergeletak di tanah. Di belakangnya ada Kenneth. Kenneth menghela nafas lega dan langsung memikul Fira yang pingsan.

  "Kenneth?! Sejak kapan kau..."
  "Baru saja kok" balasnya terlihat lega. "Dasar Fira... selalu kabur seperti ini. Kali ini aku akan mengikatnya dengan rantai supaya jangan kabur lagi"
  "Eh? Rantai?" gumam Eva
  "Seperti yang kalian dengar barusan, Priestess Agung Fira yang kalian kagumi itu sama sekali tidak mendekati apa yang kalian pikirkan. Dia itu sangat liar dan tidak disiplin, berbeda dari Priestess Agung lainnya"

Eva dan Leisha hanya menatap satu sama lain. Mereka berdua sama-sama kagum kemampuan Kenneth untuk bisa muncul tiba-tiba di belakang Fira tanpa disadari siapapun. Mustahil baginya untuk bisa menyelinap ke belakang Fira karena Fira dalam posisi terpojok dan satu-satunya jalan untuk dia bisa menyelinap hanyalah melewati Eva dan Leisha.

  "Maaf telah merepotkan kalian tetapi bisakah kalian membantuku sekali lagi? Tolong pastikan dia tidak bergerak sama sekali saat aku membawanya. Meskipun aku telah membiusnya dengan obat tidur, tidak ada jaminan jika dia benar-benar tertidur"

*************

  2 hari kemudian, di bukit di luar ibukota...

  Leisha dan Eva masih merasa shock berat karena mereka berdua ditugaskan untuk mengawal Priestess Fira. Mereka merasa terhormat tetapi pada saat bersamaan juga merasa heran mengapa sesosok Priestess Agung hanya dikawal oleh 1 orang saja.

Meskipun Eva dan Leisha mengakui akan kemampuan Kenneth dalam menyelinap tanpa terdeteksi, Kenneth tetaplah 1 orang. Leisha dan Eva memang sama-sama tahu cara bertarung karena mereka berdua dulunya pernah bergabung dengan unit milisi kekaisaran Empire tetapi mereka bertiga tidak akan bisa melindungi Fira jika mereka dikepung oleh musuh dalam jumlah besar.

Priestess Agung lain semuanya memiliki banyak pengawal pribadi. Priestess Agung Iz bahkan dikenal memiliki pasukan pribadi sendiri.

Terlebih lagi, Eva dan Leisha sama-sama tidak menyukai satu sama lain. Ini mungkin pertama kalinya mereka berdua ditugaskan bersama-sama.

Bersama-sama, rombongan mereka menempuh perjalanan pada bukit. Lapangan rumput hijau luas menghiasi pandangan mata mereka. Ada begitu banyak bunga-bunga bermekaran di sana-sini. Fira turun dari kuda miliknya dan berlari menghampiri sebah bunga mawar yang dihinggapi kupu-kupu.

  "Uwaaah!! Hey, hey Kenneth! Lihat kupu-kupu ini!" ucap Fira sambil menunjuk pada sebuah kupu-kupu
  "Fira, kita tidak bisa membiarkan Priestess Agung yang lain menunggu lho" keluh Kenneth seperti orang stress
  "Umpf!" Fira mengembungkan pipinya. "Hey Eva! Leisha! Apa nama species kupu-kupu ini?"

Eva dan Leisha terdiam sesaat kemudian memandang satu sama lain untuk meminta jawaban. Melihat reaksi itu, Fira menyadari mereka berdua sama sekali tidak tahu jawabannya. Fira berbalik menghampiri Kenneth.

Suasana menjadi hening sesaat. Fira menatap Kenneth sambil memasang ekspresi seperti orang yang belum makan selama berabad-abad.

  "Trikmu tidak akan mempan Fira" balas Kenneth
  "Ayolah.... untuku.... ya?"

Kenneth menggelengkan kepalanya. Fira langsung kembali cemberut dan menghentak-hentakan kakinya seperti anak kecil yang tidak dibelikan permen oleh orang tuanya.

  "Kenneth bodoh!" bentaknya

Dia kembali menghampiri kupu-kupu yang masih hinggap pada bunga mawar yang tumbuh. Perlahan, dia mengeluarkan sebuah botol kecil dari dalam saku gaun merahnya yang menawan.

  "Priestess Agung Fira, mengapa anda begitu tergila-gila dengan kupu-kupu?" tanya Leisha penasaran
  "Hm? Aaah, panggil aku Fira saja. Aku tidak suka dipanggil dengan title" balas Fira dengan riang
  "Aaah... b-baiklah" balas Leisha ragu-ragu
  "Apakah kalian tidak tahu? Ada pasar gelap yang mau membayar untuk kupu-kupu ini lho!"
  "Pasar gelap?" gumam Eva
  "Benar! Mereka menjual kupu-kupu pada kolektor-kolektor pribadi. Mereka berani membayar harga jutaan keping emas untuk 1 kupu-kupu!"

Eva melirik pada Leisha. Leisha yang dulunya adalah preman jalanan memang pernah berhubungan dengan pasar gelap.

  "Yaah... aku dulunya pernah mendengar rumor tentang kolektor kupu-kupu di pasar gelap tapi kukira itu hanya rumor belaka" sahut Leisha
  "Huh.... jadi.... akan mereka apakan kupu-kupu yang mereka beli?" tanya Eva
  "Hmm, semua klien yang kukenal itu akan merobek kupu-kupu ini dan memajangnya jadi hiasan pada tembok"

Kenneth spontan berkeringat dingin mendengar hal itu. Fira kembali memperhatikan kupu-kupu tadi dengan seksama.

  "Ya, aku mungkin tidak tahu speciesmu tapi aku akan menangkapmu saja" ucapnya riang
  "Ah, tunggu!" sela Kenneth. "Fira, itu bukan kupu-kupu. Itu adalah Elipis Scohazare, bentuknya memang mirip dengan kupu-kupu tapi itu sebenarnya ngengat"
  "Dia mana mungkin termakan tipuan murahan itu" gumam Eva dan Leisha kompak dalam hati

Mendengar ucapan Kenneth, Fira langsung terlihat kecewa. Dia kembali memasukan botol kecil yang dipegangnya ke dalam saku gaunnya.

  "Awww, tidak akan ada yang mau membeli ngengat" keluhnya
  "Dia termakan tipuan murahan itu?!" teriak Eva dan Leisha kompak dalam hati
  "Tenang saja, aku yakin pasti ada kupu-kupu di tempat tujuan kita Fira" bujuk Kenneth
  "Yaah, apa boleh buat deh" keluh Fira

Fira terlihat lesu untuk sesaat tetapi kemudian dia kembali menjadi ceria seperti biasanya kemudian kembali naik ke kudanya dan melaju perlahan. Kenneth, Eva dan Leisha sama-sama mengikutinya. Mereka hanya heran mengapa Kenneth yang diberikan kehormatan untuk mengawal salah satu dari orang paling penting di seluruh dunia malah terlihat seperti orang yang sangat stress. Mungkin saja karena sifat Fira yang liar dan suka menyelinap keluar.

Beberapa hari mereka berjalan, sepanjang perjalanan Eva dan Leisha mulai mengerti sedikit mengapa Kenneth terlihat seperti orang stress. Kontras dengan penampilan Fira yang terkesan "feminim", perempuan ini sangat liar dan tidak feminim. Dia pemabuk, suka menyelinap keluar malam hari sendirian sehingga Eva dan Leisha harus rela tidak tidur untuk memastikan Fira tidak menyusup keluar dan ditambah lagi Fira sama sekali tidak berpikir sebelum bertindak.

Dia juga memiliki kesukaan pada benda-benda yang aneh seperti Slime; makhluk gumpalan lendir. Entah mengapa dia sangat menyukai Slime dan dia selalu ngotot untuk salah satu dari mereka untuk menjinakan Slime untuknya dan tidak ada yang mau mendekati makhluk itu.

  Eva dan Leisha tidak pernah mau bertanya ke manakah tujuan mereka meskipun mereka sangat penasaran. Sehingga suatu malam saat Fira sudah tertidur pulas akibat kelelahan berlarian mengejar kelinci, Leisha berjalan menghampiri Kenneth yang sedang menulis pada sebuah buku kecil.

  "Kenneth, ke manakah sebenarnya kita akan pergi? Kita sudah berada di perbatasan kekaisaran Empire. Begitu kita melewati lembah Reex besok hari, kita akan memasuki daerah kekuasaan negara Hakizuki"

Kenneth menutup buku miliknya.

  "Apakah kau tahu tentang altar batu kuno?" tanya Kenneth

Leisha menganggukan kepalanya. Jaman dahulu kala, ada banyak altar batu kuno di segala tempat yang didirikan untuk ritual shamanistik, tetapi seiring berkembangnya jaman, penganut ilmu sihir shamanistik mulai berkurang dan banyak altar batu kuno menjadi tidak terurus.

Mengingat situasi politik yang sedang memanas dan terjadinya banyak pertempuran kecil-kecil di segala tempat dan ada beberapa pertempuran yang terjadi di sekitar altar batu kuno telah menghancurkan sebagian besar altar batu kuno yang tersisa.

  "Ada 1 altar batu kuno tak jauh dari perbatasan Reex. Kita hanya perlu melewati lembah tersebut dan berbicara dengan penjaga perbatasan untuk bisa mengunjungi altar batu kuno"
  "Huh... aku tidak yakin jika kita akan bisa lewat begitu saja. Orang-orang dari Hakizuki tidak mudah mempercayai dunia luar" keluh Leisha
  "Tenang saja, lembah Reex itu sulit untuk dijangkau, sebagian besar prajurit yang ada di perbatasan itu gampang untuk disogok. Jika mereka menolak, maka aku akan menyogok mereka"
  "Hahah, jika bukan karena Priestess Agung Fira, aku mungkin akan melarangmu untuk menyogok"

Kenneth hanya tersenyum sambil kembali membuka bukunya dan terus menulis.

  "Kau sudah menyadarinya kan?" tanya Kenneth
  "Ya, kita diikuti" balas Leisha
  "Biarkan saja pengintai mereka lari, kita bisa menghadapi mereka kok"
  "Sekte pemuja iblis ya?" gumam Leisha

Kenneth menggelengkan kepalanya dengan penuh keyakinan.

  "Jika itu memang sekte pemuja iblis, maka Fira pasti sudah merasa sangat terganggu dari tadi. Mereka hanya komplotan kriminal biasa"
  "Perlukah kita memberitahu hal ini pada Priestess Agung juga?" tanya Leisha
  "Tidak, jika kau memberitahunya, dia malah akan berteriak-teriak mencari mereka untuk menantang mereka secara langsung. Jangan beritahukan dia soal ini"
  "Tapi bukankah itu akan membahayakan nyawanya?"

Kenneth hanya tersenyum sambil menahan tawanya.

  "Dia mungkin liar, pemabuk dan tidak feminim tapi dia itu juga kuat. Kau pasti pernah dengar cerita tentang bagaimana dia membumi hanguskan sarang naga api hanya dengan satu jentikan jari kan?"
  "Ya, itu benar-benar hebat"
  "Sebenarnya, waktu itu dia tidak tahu jika tempat itu adalah sarang naga api. Aku saat itu sedang menyembunyikan minuman bir favoritnya dan karena dia lelah mencariku di dalam gunung, dia memutuskan untuk memenuhi seluruh daerah gunung dengan api"

Kedua mata Leisha terbuka lebar. Dia menelan ludah mendengar cerita dari Kenneth.

  "Jika bukan karena mantra yang dipasang oleh Priestess Agung Codia, mungkin saja aku akan terkapar di sana berbulan-bulan"
  "Eeeh... lalu bagaimana dengan cerita dia membuat komplotan bandit bertobat?"
  "Ah, dia sedang mabuk berat saat itu. Entah bagaimana caranya, dia berhasil menantang pemimpin bandit dan menang dalam duel 1 lawan 1. Dia mengambil alih kepimpinan bandit itu dan menyuruh mereka bekerja di panti jompo selama seharian. Mereka takut membuatnya marah dan dia menceramahi mereka seharian penuh di panti jompo sampai mereka bertobat. Jika ada yang berani memprotesnya, dia akan membakar mereka hidup-hidup"

Leisha menggaruk kepalanya karena merinding mencoba membayangkan penderitaan yang dilalui oleh para bandit.

  "Untuk pertama kalinya aku merasa kasihan pada kriminal" keluh Leisha. "Hidupmu pasti sangat berat ya Kenneth"
  "Aku sudah terbiasa sih. Aku terkejut kenapa aku belum keriputan atau kena stroke"

***************

  Keesokan sorenya, mereka tiba di dekat perbatasan. Mereka hanya bisa melihat sebuah lembah sempit yang diapit oleh 2 gunung dibentengi dengan sebuah benteng sederhana yang terbuat dari batu.

Beberapa prajurit dari kekaisaran Empire terlihat begitu bosan dan malas. Hal itu tidak mengherankan mengingat kekaisaran Empire saat ini sedang berperang dengan kerajaan Orheim sehingga sebagian besar perhatian terfokus pada font perbatasan Empire-Orheim.

Salah satu prajurit bangkit berdiri dan memberikan kode untuk rombongan Fira untuk berhenti. Mereka menuruti perintah prajurit tua itu dan berhenti.

  "Salam!" sapa prajurit tersebut
  "Salam" balas Eva

Prajurit tersebut memperhatikan Eva dan Leisha untuk sesaat. Dia mengenali seragam yang dikenakan oleh mereka berdua sebagai seragam Holy Priestess dari Holy Order. Dia sama sekali tidak mengenali Fira dan Kenneth.

  "Mohon maaf, tetapi anda harus memberitahu tujuan anda, kami juga harus memeriksa semua barang-barang yang kalian bawa demi memastikan keamanan" ucap prajurit tersebut
  "Kami berencana untuk mengunjungi altar batu kuno di daerah Hakizuki. Kami tidak keberatan mengikuti prosedurnya" balas Fira

Prajurit tersebut mulai memeriksa semua barang bawaan yang dibawa oleh mereka. Dia sedikit terkejut menemukan begitu banyak botol minuman keras disembunyikan di dalam ransel milik Eva, reaksi dari prajurit tersebut membuat Leisha menjewer telinga Eva sementara Kenneth berusaha sekuat tenaga mencegah Fira untuk meminta sebotol bir dari Eva.

Kenneth yang menahan bagian belakang kerak gaun Fira melihat ke kiri-kanan dan merasakan ada yang aneh dari para prajurit. Prosedur pemeriksaan barang biasanya tidak akan dilakukan untuk orang-orang seperti rombongan mereka saat ini.

  "Yah, tidak ada masalah. Terimakasih telah bekerja sama" ucap prajurit tersebut
  "Permisi, aku punya pertanyaan" sela Kenneth. "Mengapa kalian melakukan prosedur ini? Bukankah negara Hakizuki dengan kekaisaran Empire memiliki hubungan netral?"

Prajurit tersebut menganggukan kepalanya.

  "Benar, tetapi belakangan ini jumlah bandit semakin meningkat. Beberapa warga Hakizuki dibunuh oleh bandit dan bisa dibilang para prajurit Hakizuki menuduh kami yang melakukannya. Kami hanya ingin memastikan tidak ada bandit yang melewati pos ini"

Jika memang masalahnya hanyalah bandit, maka tak heran mengapa dilakukan prosedur pemeriksaan. Mungkin saja kabar ini telah sampai di para petinggi yang mungkin saja memutuskan untuk tidak menaikan jumlah penjaga karena takut akan memicu konflik dengan negara Hakizuki.

Rombongan Fira kembali melanjutkan perjalanan mereka. Baru saja mereka menempuh perjalanan selama beberapa puluh menit, semua orang terkecuali Fira sudah menyadari jika mereka sedang masuk ke dalam perangkap bandit.

Fira memang sengaja dibiarkan tidak tahu karena jika dia tahu, maka sudah pasti dia akan segera membakar seluruh lembah tanpa berpikir panjang. Kenneth, Leisha dan Eva sengaja berpura-pura tidak menyadari para bandit yang sudah menunggu mereka di tebing sebelah kiri dan kanan yang mengapit jalan mereka.

  "Kenneth!" panggil Fira. "Aku ingin makan makanan yang belum pernah kucoba sebelumnya. Ada ide makanan macam apa itu?"
  "Daging manusia" ledek Kenneth
  "Hey! Aku bukan kanibal!"
  "Tapi kau cukup liar untuk dikategorikan demikian"
  "Mooouuuh! Kenneth bodoh!" geram Fira

Leisha tak kuasa menahan tawanya karena mereka berdua mengingatkannya pada hubungannya dengan Tyn. Tyn memang anak yang penurut tetapi ada kalanya dia juga akan bertentangan dengan Leisha.

  "Kalian berdua memang cukup dekat ya" komentar Leisha
  "DARI MANANYA?!" balas mereka berdua kompak

  Beberapa anak panah beracun melesat ke arah mereka semua namun semua anak panah tersebut menghantam mantra pelindung yang telah dipasang oleh Eva mengelilingi mereka semua. Kenneth dengan cepat mengeluarkan pistol dan membidik beberapa titik pada tebing di kiri dan kanan.

DOR! DOR! Dia menembak tanpa melihat sama sekali. Tiap tembakannya mengenai sasarannya. Beberapa orang terjatuh dari tempat-tempat yang tersembunyi diantara celah bebatuan.

Spontan, begitu banyak orang bersenjata keluar dari tempat-tempat tersembunyi diantara celah-celah tebing dan menyerbu rombongan Fira. Sebelum Eva maupun Leisha bisa mengeluarkan mantra, Fira sudah turun dari kuda miliknya.

Hanya dengan mengayunkan tongkatnnya sekali ke tanah saja, sebuah api besar muncul di hadapan rombongan. Api tersebut kemudian membentuk seososok monster tanpa wajah. Para bandit yang melihat monster tersebut berhenti berlari untuk menghindari api yang terlempar keluar dari tubuh monster ciptaan Fira.

  "Berani-beraninya kalian menyerang orang seperti itu" geram Fira. "Kalian pasti bandit yang dibicarakan oleh para penjaga tadi"

Fira memegang erat-erat tongkat sihirnya.

  "Wahai kalian orang-orang berdosa! Atas nama Dewi Api Gajiba, aku perintahkan kalian untuk menyerah dan meminta maaf!"

Para bandit hanya menatap satu sama lain untuk sesaat. Beberapa dari mereka adalah pengikut Dewi Api tetapi mereka bingung mengapa orang yang berpakaian seperti orang biasa malah berbicara seperti seorang Priestess.

Sayangnya, Fira hari ini tidak merasa begitu penuh dengan rasa kasih sayang. Dia hanya menepuk tangannya sekali saja. Sekejap beberapa batu-batu besar api jatuh dari langit.

  "Uuuuh.... Fira?" gumam Kenneth melihat beberapa meteor menuju arah mereka
  "Sayangnya hari ini aku sangat tidak mood. Jadi akan kuberikan kalian pelajaran yang tidak akan pernah kalian lupakan!" ucap Fira mengabaikan Kenneth
  "Priestess! Tolong pasang perisai sihir sekarang!" panggil Kenneth

Eva dan Leisha kompak menyatukan kekuatan sihir mereka untuk membuat sihir pelingdung di sekeliling mereka. Namun sebelum sihir mereka bisa membesar untuk melindungi para bandit, hujan meteor mulai turun menghantam seluruh bagian lembah Reex.

Tiap kali sebuah meteor menghantam tanah, terjadi ledakan dan benturan yang sangat dashyat. Bongkahan-bongkahan batu besar yang pecah mulai terbang kemana-mana, belum lagi bongkahan tebing yang longsor dan juga api dari meteor-meteor yang jatuh.

Dalam sekejap, lembah Reex dipenuhi dengan lubang dan bongkahan batu... beserta mayat dari para bandit yang menyerang Fira tadi. Fira dengan bangga tersenyum.

  "Itulah mengapa kalian harus berhenti menjadi perampok!" ucap Fira

Kenneth mendorong batu yang menimpa dirinya dan memperhatikan Eva dan Leisha yang cukup beruntung untuk tidak terluka namun mereka berdua tersungkur di tanah karena kelelahan mencoba menahan kekuatan mantra Fira yang luar biasa.

  "Fira! Kau hampir saja memanggang kita juga!" protes Kenneth
  "Tenang saja Kenneth, intinya kita tidak apa-apa kan?" balas Fira tenang
  "Urgh... kenapa aku menerima pekerjaan ini?" gumam Kenneth putus asa

Mata Kenneth tak sengaja menangkap pergerakan diantara bongkahan-bongkahan batu. Dia spontan berlari menuju bongkahan tersebut, ternyata ada sesosok Harpy yang menjadi anggota komplotan bandit tersebut.

Kedua sayapnya patah dan dia terluka berat karena tertindih batu besar tetapi masih hidup. Fira berjalan menghampirinya. Harpy itu menutup kedua matanya ketika melihat Fira menghampirinya.

  "A-ampuni hamba!" teriaknya

Kenneth memalingkan kepalanya pada Fira yang ada di sampingnya, menunggu Fira untuk mengambil keputusan. Kenneth pribadi tidak mempercayai para bandit dan dia ingin segera membunuh Harpy yang tidak berdaya di depannya.

Fira berpaling sesaat untuk memeriksa Leisha dan Eva, mereka berdua sedang duduk mencoba untuk menarik nafas karena mereka memaksakan tubuh mereka untuk menahan mantra Fira tadi. Mereka berdua sama sekali tidak mampu untuk menggunakan mantra lagi.

Fira kembali memperhatikan Harpy yang ada di hadapannya.

  "Hamba masih baru! Tolong ampuni hamba! Hamba bersumpah hamba bahkan belum menculik orang seperti yang lain!" ucap Harpy tersebut
  "Menculik orang?" gumam Kenneth. "Di mana sarang kalian?"

Harpy tersebut membuka kedua matanya menatap Kenneth.

  "Tuan! Tolong jangan bawa saya ke sarang asal saya, kepala suku akan memenggal kepala saya jika dia tahu saya menjadi kriminal!"
  "Ehem" Kenneth menggaruk kepalanya. "Maksudku bukan sarang asalmu, tapi sarang gembong kriminal"

Harpy tersebut terdiam sesaat. Meskipun memang wajahnya merah karena bersimbah darah, sudah jelas jika pipinya juga memerah karena dia merasa malu.

  "O...oh... m-maksudnya sarang kriminal?"
  "Ya, jika kau mengatakannya maka aku tidak akan membunuhmu" balas Kenneth
  "Tuan, ada sebuah gua di hutan tak jauh dari lembah ini. Di sanalah kami juga menyimpan orang-orang yang telah kami culik"

Kenneth mengelus dagunya untuk sesaat. Dia menjeling pada Fira, Fira hanya menganggukan kepalanya.

  "Baiklah, kalau begitu bagaimana jika kau mengantarkan kami ke sana?" tanya Kenneth
  "Iya tuan! Hamba akan melakukan apapun yang tuan dan nyonya-nyonya sekalian katakan!" jawab Harpy tersebut gemetaran
  "Bagus. Berhubung kau terluka, mungkin kita harus mencari tempat untuk berteduh sebentar" gumam Kenneth

Leisha dan Eva yang baru saja mengumpulkan cukup tenaga untuk berjalan menghampiri mereka bertiga. Ketika dia melihat Eva dan Leisha, Harpy tadi langsung mengeluarkan air mata, dia langsung bersujud di depan kedua Holy Priestess yang dilihatnya.

  "Holy Priestess, tolong ampunilah hamba!" ucapnya
  "Ha?" respon Leisha
  "Hamba tahu komplotan hamba telah menculik Holy Priestess. Tolong maafkan hamba!"

Leisha membuka peta yang dibawanya. Dia menyadari lembah Reex ternyata tidak jauh dari kuil Mira. Dia menjadi sangat khawatir komplotan bandit ini mungkin saja telah menculik Tyn karena Tyn sudah memakan waktu terlalu lama.

Leisha mencoba untuk menahan emosinya, dia menghampiri Harpy tersebut dan menunjukan peta yang dibawanya.

  "Angkatlah kepalamu" ucap Leisha

Harpy tersebut mengangkat kepalanya seperti yang diperintahkan oleh Leisha. Leisha menunjuk pada peta yang dibawanya, lebih spesifiknya; kuil Mira.

  "Kau tahu cara menggunakan peta kan? Katakan, apakah gembongmu pernah menyerang kuil yang ada di peta ini?"

Harpy tersebut menatap peta tersebut untuk sesaat. Dia menganggukan kepalanya.

  "Ya, tapi kami tidak berani menyerbu tempat tersebut secara langsung jadi kami memancing para Holy Priestess keluar dari sana kemudian menculik mereka"

Mendengar jawaban itu, Leisha menepuk dadanya. Raut wajahnya langsung menjadi pucat.

  "Tyn..." gumam Leisha
  "Tyn?" respon Fira
  "Akan kujelaskan nanti Priestess Agung Fira" sela Eva

Eva menepuk-nepuk pundak Leisha yang terlihat jelas sangat khawatir.

  "Hey, katakan, apa yang kau lakukan pada para tawanan?" tanya Eva
  "Umm..." Harpy tadi menundukan kepalanya. "Kata boss, mereka akan membunuh para Priestess tetapi tawanan yang lain akan dijual ke pasar gelap"

Mendengar itu, Leisha mengepalkan tangannya dan dia spontan mengayunkan sebuah tinju ke arah Harpy tersebut tetapi Kenneth kepalan tangan Leisha tepat sebelum tinjunya mengenai wajah Harpy yang sudah tidak berdaya lagi.

  "Tenanglah sedikit Priestess" bujuk Kenneth
  "TENANG?! BAGAIMANA AKU BISA TENANG?!" bentak Leisha. "Tyn.... Tyn mungkin... "
  "Sudahlah Leisha, Tyn itu ahli dalam berlari kan?" bujuk Eva

Leisha menganggukan kepalanya.

  "Tenang saja, cengeng-cengeng begitu, dia itu jauh lebih cepat daripada macan tutul kan? Dia pasti baik-baik saja. Mungkin saja dia sedang terpesona dengan beberapa hal baru yang ditemukannya sepanjang jalan makanya perjalanannya menjadi lama" sambung Eva

Leisha terdiam sesaat. Dia memang kurang menyukai Eva tetapi kali ini dia setuju dengan apa yang dikatakan oleh Eva. Fira menepuk tangan untuk meredakan suasana. Sambil tersenyum lebar dan semangat dia mengatakan...

  "Aku lapar, Kenneth! Siapkan aku makanan!"
  "Tidak, kau sudah makan terlalu banyak. Nanti gigimu rusak" balas Kenneth
  "Tapi aku lapar!" rengek Fira. "Dan berhenti perlakukan aku seperti anak kecil, aku ini sekarang remaja tahu!"
  "Kalau kau ingin diperlakukan seperti remaja, maka berhentilah bertingkah seperti anak kecil"
  "Aaaah! Kenneth bodoh! Kenneth bodoh!!!"

******************
Bersambung

  Episode selanjutnya,

  Sepanjang sejarah, tidak pernah ada Holy Priestess dan Demon Monarch membuat kontrak; 2 hal yang bertolak belakang dan saling bermusuhan. Namun Tyn dan Lilysha terpaksa harus membuat kontrak demi keselamatan mereka masing-masing.

Tetapi Tyn tetaplah manusia, apakah mungkin tubuhnya mampu menahan kekuatan yang luar biasa dari sesosok demon monarch?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar