Kamis, 21 Desember 2017

Sacred Tree Part-7

  Episode sebelumnya,

  Lilysha mendapatkan informasi tentang Roland, seorang laki-laki yang lumayan terkenal di militer kekaisaran. Nalurinya sebagai sosok succubus membuatnya ingin memangsa Roland namun pada saat bersamaan, dia tidak tahu jika Tyn selaku wadahnya juga menyukai Roland.




******************
Sacred Tree
Part-7
Penguasa Mutlak Menara Kesengsaraan


  Dini hari pada pagi-pagi buta, Tyn sudah datang ke ruangan Bishop Reina bersama dengan Leisha. Sebenarnya hanya Leisha yang menerima panggilan untuk bertugas tetapi dia telah mengajukan permohonan untuk mengikutsertakan Tyn.

  "Bantuan kemanusiaan?" tanya Tyn
  "Benar, akibat perperangan ini, ada beberapa desa terpencil yang sering dirampok. Penduduk dari desa-desa tersebut pergi melarikan diri ke desa-desa lain. Sumber daya yang dimiliki mereka sudah pasti tidak akan cukup, jadi kita akan membantu mereka karena kita adalah pihak netral dalam perang" balas Reina

Tyn kembali teringat tugas pertamanya saat dia dikirim ke luar. Bagaimana dia seharusnya mati tetapi justru selamat karena Lilysha dan berakhir dengan kontraknya dengan Lilysha yang membuatnya tetap bisa hidup sampai sekarang.

Leisha yang sudah mengetahui jika Tyn merasa gelisah menepuk bahu Tyn, memberikan isyarat jika dia akan berada di sampingnya sepanjang tugas kali ini.

  "Tenang saja, aku ada di sini" ucapnya
  "Ya senior!" balas Tyn senang
  "Kau tidak penasaran mengapa senior Leisha memilihmu?" tanya Reina
  "Eh? Uhmm...."
  "Tyn, kau adalah salah satu dari Holy Priestess dalam masa pelatihan. Meskipun nilai-nilai teorimu sangat bagus, tetapi kau masih kurang pengalaman di lapangan. Meskipun aku sendiri memprotes keputusan Archbishop yang mengirimmu tempo hari, aku yakin kali ini pasti tidak akan ada apa-apa yang terjadi"

Tyn menganggukan kepalanya. Leisha tahu cara bertarung dan merupakan salah satu dari sosok yang paling ditakuti di dalam Holy Order meskipun dia tidak memiliki jabatan tinggi. Kemampuan bertarungnya lumayan tinggi diantara Holy Priestess.

  "Ingatlah, jika ada perselisihan, jangan memihak pada siapapun. Kita adalah Holy Order, simbol dari harapan untuk perdamaian. Jangan biarkan ada pertumpahan darah yang tidak diperlukan. Kekerasan adalah jalan terakhir. Paham?" ucap Reina
  "Dimengerti!" balas Tyn dan Leisha kompak 

*****************

  Beberapa hari kemudian, di desa di perbatasan kekaisaran dan Logrhaim dikerumuni dengan prajurit-prajurit kekaisaran yang membantu para warga membersihkan puing-puing rumah yang terbakar.

Roland hanya bisa meredam emosinya melihat orang-orang tak berdosa tergeletak di tanah tak bernyawa.

Seorang prajurit kekaisaran dengan mata sebelah yang memiliki luka bekas goresan menghampirinya sambil membawa secarik kertas.

  "Kapten!" lapornya
  "Hm? Robert? Laporannya ya?" balas Roland
  "Siap! Jumlah korban jiwa yang kami temukan sejauh ini berjumlah 58 jiwa. Dominan mereka adalah orang-orang dewasa. 33 luka-luka. Lumbung dan gudang desa telah dibakar habis jadi mereka tidak punya persediaan untuk hidup di sini lagi. Menurut para saksi mata yang selamat, pelakunya adalah kavaleri kerajaan Loghraim"

Roland membuang ludah di tanah. Dia tahu perang adalah hal yang brutal, dimana kedua belah pihak sama-sama mengalami penderitaan tetapi dia tidak akan menyangka jika musuh kekaisaran sampai-sampai harus menyerang sipil.

  "Kemungkinan mereka adalah kelompok dari unit yang terpisah dari badan pasukan utama dan mereka mungkin kehabisan persediaan" sambung Robert
  "Tidak, jika persediaan adalah tujuan mereka, mereka tidak akan melakukan pembantaian seperti ini apalagi sampai membakar gudang dan lumbung. Ini adalah desa ke-5 kan? Jika pelakunya adalah dari unit yang sama, sudah jelas tujuan mereka bukan persediaan" bantah Roland

Robert menganggukan kepalanya. Saat itu juga mereka berdua sudah bisa menebak apa tujuan dari pelaku penyerangan; memancing unit-unit tertentu untuk merespon. Entah untuk mengurangi pasukan di barisan depan antara kerajaan Lograim dengan kekaisaran atau mereka hanya berniat untuk sekedar membunuh.

  "Untuk sekarang, kita pecah unit kita lagi. Bawa para korban yang selamat ke ibukota. Meskipun di dalam ibukota sendiri ada pembunuh yang berkeliaran tetapi setidaknya satu-satunya korban saat ini hanyalah salah satu rekan kita. Selama pembunuh itu tidak menargeti sipil, maka tidak akan ada masalah" perintah Roland
  "Kapten?! Bukankah lebih baik jika kita semuanya kembali bersama-sama saja? Aku paham anda masih kesal karena anda diperintahkan untuk membatalkan penyelidikan pada pelaku pembunuhan di ibukota..."

Roland menghela nafas, dia berbalik menatap Robert, membuatnya berhenti berbicara. Roland kemudian kembali memperhatikan desa yang sekarang hanya puing-puing reruntuhan.

  "Robert, aku hanyalah orang biasa yang terlahir di desa biasa seperti ini" ucap Roland
  "Kapten... kami semua juga begitu" balas Robert
  "Diserang oleh bandit dan monster mungkin adalah hal yang sudah biasa kita alami ketika kecil kan?" tanya Roland
  "Ya Kapten"

Roland terdiam sesaat melihat salah satu rekannya menggendong anak kecil yang kaki kirinya putus. Anak tersebut hanya merengek berteriak-teriak memanggil ayah dan ibunya yang telah menjadi korban.

  "Tidakkah kau pernah berharap jika ada orang yang datang dan menyelamatkan desa suatu hari nanti?" tanya Roland
  "Saya tidak akan berbohong Kapten, kami semua pernah berharap hal seperti itu akan terjadi tetapi faktanya, desa-desa selalu diabaikan sejak ketegangan kekaisaran dengan tetangga-tetangganya meningkat" jawab Robert menundukan kepalanya. "Tetapi jika kami sampai kehilangan anda, maka kekaisaran sudah pasti akan runtuh! Lebih baik kehilangan desa daripada kehilangan prajurit terkuat"

Roland menggaruk kepalanya.

  "Nafasku ada untuk melindungi orang lain, pedang dan tamengku ada untuk melayani orang lain yang memerlukan bantuan" ucap Roland. "Bukankah itu sumpah yang telah kita ucapkan?"
  "Benar Kapten tapi..."
  "Perempuan yang sangat kusukai... juga merupakan korban. Dia sangat lemah saat pertama kali bertemu dengannya, namun beberapa hari lalu, aku menyadari jika dia sekarang jauh lebih hebat dari sebelumnya"

Roland teringat pada Tyn untuk sesaat sambil tersenyum sendiri. Dia tidak menyangka jika Tyn akan menjadi sangat kuat dalam kurun waktu yang singkat.

  "Aku ingin melindunginya dan juga orang lain supaya tidak ada satupun orang lagi yang harus menderita seperti apa yang telah dilaluinya" ucap Roland
  "Kapten...."
  "Oleh karena itu, mengapa bukan kita saja yang muncul?" tanya Roland
  "Hah?"
  "Mari kita tunjukan pada para pengecut yang membantai orang-orang tak berdosa, jika kita ada untuk melindungi yang mereka bantai!"

Robert hanya tersenyum sambil menggaruk kepalanya begitu melihat keteguhan dari niat Kaptennya. Dia mengetahui sekali Roland berniat untuk melakukan sesuatu dia akan melakukannya tidak peduli apa yang terjadi.

*****************

  Sementara itu, Lilysha sedang berbaring di dalam kamar pribadinya di dalam penginapan. Ruangannya sederhana dan dia juga tidak terlalu peduli dengan makanannya karena iblis sepertinya hanya memakan hawa nafsu manusia. Dia tidak perlu makan makanan biologis seperti yang dimakan makhluk hidup lainnya meskipun jika diberikan, dia akan menerimanya dengan senang hati.

Lilysha membuka pocket dimension miliknya dan mengeluarkan relik iblis yang diambilnya dari Tyn; sebuah kristal kecil hitam. Sambil tersenyum berseri-seri, dia melihat kristal tersebut, memikirkan kira-kira untuk apa dia harus menggunakannya.

  "Hmm... tapi mengapa Tyn tidak pamitan denganku ya?" gumam Lilysha sendiri. "Mungkin saja dia masih emosi denganku karena aku mencoba menculik pria idamannya? Hmm, dia masih muda jadi aku tidak heran"

Relik iblis yang dipegan Lilysha tiba-tiba mengeluarkan cahaya gelap redup. Lilysha menaikan alis matanya melihat relik tersebut bereaksi.

  "Tidak mungkin kristal ini bereaksi pada kekuatanku. Aku ini ahli dalam menyembunyikan kekuatan dan keberadaanku.... itu berarti... ada iblis lain yang berhasil menyusup ke dunia ini" pikir Lilysha

Lilysha menjilat bibirnya sendiri kemudian tersenyum licik sambil mencoba menebak iblis mana yang telah menyusup ke dunia ini juga. Selaku demon monarch, Lilysha tahu persis taktik yang digunakan oleh para iblis sebelum mereka mencoba menginvasi dunia.

Tidak peduli sudah berapa dunia yang mereka taklukan dan hancurkan, taktiknya selalu sama; pertama mereka akan mengirimkan agen-agen terlebih dahulu, kemudian mereka akan menghasut penghuni dunia untuk membuka gerbang ke dunia iblis dan ketika itu terjadi, mereka akan melepaskan gelombang pertama; iblis-iblis yang mampu untuk menguasai tubuh dan pikiran manusia untuk menyebabkan kekacauan.

Setelah itu, mereka akan mengirimkan pasukan utama mereka untuk pemusnahan massal di seluruh bagian dunia. Tentu saja, Lilysha tidak berniat untuk membocorkan hal itu pada siapapun.

  "Sudah dimulai ya? Fufufufu.... menarik" gumamnya. "Mungkin aku harus meningkatkan porsi latihan manisku Tyn sebelum situasinya memburuk bagiku"

Lilysha mengulurkan tangan kirinya ke depan. Sebuah cermin yang terbuat dari api hitam muncul di hadapannya. Di dalam cermin tersebut, Lilysha bisa melihat di mana lokasi Tyn sekarang. Dia melihat Tyn dan Leisha beserta beberapa orang terburu-buru menunggangi kuda ke dalam sebuah desa yang terbakar.

Di dalam desa itu ada banyak prajurit kavaleri dari kerajaan Loghraim yang sedang membakar rumah-rumah dan membunuh tiap penduduk yang mereka temukan tanpa ampun. Melihat pemandangan itu, Lilysha mengerutkan dahinya.

Tyn turun dari kuda dan menggunakan sihir elemen angin untuk menjatuhkan beberapa prajurit berkuda yang menyerang penduduk.

  "Oooh? Fufufufufu menarik.... manisku Tyn... kau adalah wadah yang sangat menjanjikan. Sekarang, perlihatkan padaku apakah kau memang masih pantas untuk menjadi wadahku ataukah tidak. Beri aku tontonan yang bagus sayangku, fufufufufufu"

  Melalui cermin itu, Lilysha bisa melihat bagaimana Tyn dengan mudahnya mampu mengalahkan prajurit terlatih hanya dengan modal tongkat kayu biasa. Itu karena fisiknya sudah diperkuat sebagai akibat kontraknya dengan Lilysha.

Tyn juga mampu menggunakan semua jenis elemen sihir dan semuanya adalah tingkat menengah yang memerlukan waktu bertahun-tahun untuk dikuasai. Meskipun dia sendiri sangat kuat, dia tetaplah satu orang. Bahkan dengan bantuan dari Leisha dan rombongan bantuan kemanusiaan, fakta jika warga yang menjadi korban semakin banyak tidak akan berubah.

Akan perlu sedikit lama bagi mereka untuk benar-benar menghabisi pasukan Loghraim yang menyerang desa. Menggunakan cermin tersebut, Lilysha melihat jika sudah setengah desa telah terbakar habis. Masih ada beberapa warga yang berlarian tetapi mereka tidak akan mampu lari lebih cepat daripada kecepatan kuda yang dilatih oleh kerajaan Loghraim.

  "Aku sebenarnya ingin melihat manisku Tyn menghabisi mereka semua tapi..."

Lilysha membatalkan mantra tersebut sambil bangkit berdiri dari tempat tidurnya. Dia menyimpan kembali relik iblis yang diambilnya pada pocket dimension miliknya.

  "Membunuh calon-calon budakku seperti itu.... tidak bisa kumaafkan" geram Lilysha

Lilysha mengulurkan tangan kanannya ke depan. Sebuah gerbang kecil mulai terbuka di hadapan Lilysha. Mantra sihir teleportasi, mantra yang memperbolehkan penggunanya untuk berpindah ke tempat yang pernah dikunjunginya.

Lilysha memang belum pernah ke desa yang sementara diserang tetapi Tyn selaku wadahnya sudah ada di sana. Karena Tyn dan Lilysha ibaratkan 1 individual, Lilysha bisa menggunakan mantra tersebut ke tempat-tempat yang pernah dikunjungi oleh Tyn.

  "Waktunya untuk para kutu busuk itu untuk musnah dari muka bumi ini" geram Lilysha

Kedua mata Lilysha mengeluarkan cahaya merah. Kedua bola matanya pun sesaat berubah merah seperti darah.

****************

  KLANG!! BUAGH!!

  Leisha menangkis pedang yang diayungkan padanya kemudian menghantam kepala prajurit Loghraim yang menyerangnya dengan kepalan tangan. Bahkan helm besi yang dikenakan oleh prajurit itu langsung rusak ketika mengenai kepalan tangan Leisha yang marah.

  "Kurang ajar kalian! Menyakiti orang-orang tidak berdosa!" geram Leisha. "Berdoalah semoga Dewi Kehidupan memaafkan kalian karena aku tidak akan pernah memaafkan kalian! GAAAAAAAHHH!!!"

Leisha mendorong prajurit yang di hadapannya hinga terlempar jauh. Tanpa jeda, Leisha merapalkan mantra angin pada tangan kirinya dan kemudian melemparkan bola angin pada prajurit yang menyelinap ke belakangnya untuk membunuh anak kecil yang coba dilindungi oleh Leisha.

Meskipun dia telah melumpuhkan banyak pasukan kerajaan Loghraim, masih ada banyak pasukan Loghraim yang masih berkeliaran membunuh warga yang luput dari perlindungan rombongannya bantuan kemanusiaan.

  "Cih, meskipun kami bisa menang, fakta jika kami kalah jumlah tidak akan berubah. Apakah ada yang bisa kulakukan untuk mengurangi jumlah korban?" gumam Leisha
  "Meskipun dia adalah Holy Priestess, habisi dia!"  perintah salah satu prajurit. "Hah? Apa itu?"

Para prajurit yang berhadapan dengan Leisha menurunkan pedang mereka. Perhatian mereka tertuju pada apa yang di belakang Leisha. Leisha menoleh ke belakangnya, anak kecil yang coba dilindunginya masih ada di belakangnya tetapi di belakang anak kecil itu...

Sebuah gerbang yang terbuat dari api hitam terbuka. Leisha tahu itu adalah sihir teleportasi. Perlahan, Lilysha berjalan keluar dengan santai gerbang tersebut. Ketika dia sudah melewati gerbang tersebut, gerbang tersebut langsung tertutup.

Sambil tersenyum manis, Lilysha menjentikan jarinya. Salah satu prajurit kerajaan Loghraim langsung diselimuti api dan dalam sekejap hangus menjadi abu.

  "Dia menggunakan sihir tanpa merapalkan mantra?!" pikir Leisha. "Terlebih lagi, mantra macam apa itu? Aku belum pernah melihatnya ataupun mendengarnya"

Lilysha berjalan dengan santai ke samping Leisha. Masih dengan senyumannya yang menawan, dia memperhatikan para prajurit kerajaan Loghraim yang masih terkejut dengan kemunculan Lilysha.

  "Ada apa? Kalian punya keberanian untuk menyerang orang yang tidak mampu bertarung tetapi tidak punya keberanian untuk menyerang orang yang bisa membunuh kalian hanya dalam sekejap mata?" tanya Lilysha sambil tersenyum. "Batang sosis kalian yang tak berguna itu lebih baik dimusnahkan saja ya"

Lilysha mengulurkan tangannya ke arah para prajurit. Asap hitam pekat mulai menyelimuti mereka dan kemudian di susul dengan teriakan-teriakan kesakitan dan ketakutan yang luar biasa. Ketika asap hitam tersebut menghilang, para prajurit yang tadi hanya tinggal kerangka manusia yang masih berdiri tegak untuk sesaat kemudian pecah menjadi abu di tanah.

  "Hoi, jangan membunuh mereka! Kita masih bisa melumpuhkan mereka!" protes Leisha
  "Melumpuhkan? Tidak ada jaminan jika mereka akan berhenti menyerang desa lain kan? Mereka adalah prajurit, mereka akan terus menjalankan perintah yang diberikan. Aku berniat untuk memancing kepala mereka untuk keluar, jika semua anak buahnya kubunuh... maka dia pasti akan keluar dari sarangnya bukan?"

Leisha menelan ludah melihat Lilysha yang bisa berbicara seperti itu dengan santai dan senyuman yang terkesan manis tetapi pada saat bersamaan; psikopat.

Mengabaikan Leisha yang merasa sedikit diterror dengan senyuman Lilysha, Lilysha mengulurkan tangannya ke tanah di depannya, dalam sekejap, sebuah api merah yang membara mulai timbul dan semakin membesar hingga akhirnya membentuk beberapa elemental api; monster yang terbuat dari api.

Para elemental api menundukan kepala mereka di hadapan Lilysha layaknya pelayan yang menunggu perintah majikannya.

  "Binasakan orang-orang bengis yang berani menyakiti penduduk di desa ini dan padamkan juga api yang telah berkobar!" perintah Lilysha

Para elemental api serentak bangkit berdiri dan berlari ke dalam desa. Leisha ingin memprotes perintah dari Lilysha tadi tetapi setidaknya jumlah penduduk yang menjadi korban bisa berkurang berkat kehadiran Lilysha.

*******************

  Berkat Lilysha, serangan pada desa berhasil dihentikan kurang dari 5 menit. Seluruh api yang menyebar juga telah dimakan habis oleh elemental api yang dipanggil olehnya. Semua orang hanya bisa kagum dengan kekuatan Lilysha.

Tyn sendiri tidak terlalu terkejut karena dia sudah tahu sekuat apa Lilysha. Saat ini juga kekuatan Lilysha masih belum pulih sepenuhnya, Tyn tak bisa membayangkan sekuat apa nanti Lilysha jika Lilysha telah pulih.

Selagi Tyn, Leisha dan rombongan bantuan kemanusiaan sibuk mengobati para penduduk yang terluka, Lilysha berdiri di jalan masuk menuju desa sambil menghirup udara yang memiliki aroma darah segar dan puing-puing yang hangus.

  "Kekuatanku masih belum pulih sepenuhnya... jika memang benar ada iblis lain yang menyusup ke dunia ini, aku akan segera kalah jika bertarung langsung. Setidaknya, pemuhannya berjalan dengan sangat cepat berkat manisku Tyn" pikir Lilysha
  "Lilysha!"

Lilysha menoleh ke belakang. Tyn berlari menghampirinya dengan tergesa-gesa. Biasanya Tyn akan langsung kelelahan namun karena tubuhnya sudah semakin kuat akibat kontrak antara mereka berdua, Tyn tidak lagi merasa kelelahan.

  "A... anu..." gumam Tyn
  "Ada apa sayangku?" tanya Lilysha dengan nada menggoda
  "Terimakasih telah melindungi desa ini" ucap Tyn
  "Hm?"
  "Kupikir jika kau hanya mementingkan diri sendiri... tapi... ternyata aku salah" ucap Tyn tersenyum senang

Lilysha hanya menggelengkan kepalanya sambil tersenyum. Dia pribadi hanya tidak ingin calon-calon budaknya di masa depan nanti berkurang. Alasannya untuk menolong desa ini tidak lebih demi kepentingan dirinya sendiri, tidak seperti apa yang dipikirkan oleh Tyn.

  "Hm? Bantuan musuh?" gumam Tyn

Lilysha melihat ke jalan jauh di depan menuju desa. Ada begitu banyak debu yang bertebangan. Tyn menelan ludahnya kemudian memegang erat-erat tongkat sihir miliknya dengan kedua tangannya. Dia dan Lilysha siap untuk menyambut tamu yang datang.

Ternyata yang datang tidak lain adalah Roland dan pasukannya. Roland terkejut melihat 2 sosok yang familiar dengannya berdiri di depan jalan masuk menuju desa, begitu juga dengan Tyn yang terkejut melihat pujaan hatinya datang.

Roland dan pasukannya memperlambat kecepatan mereka. Jelas-jelas mereka terlihat lega karena desa ini terselamatkan meskipun mereka juga sedikit terlambat. Roland turun dari kuda dan berjalan menghampiri Tyn dan Lilysha.

  "Aku adalah Rolan-"

Tyn langsung memeluk Roland karena saking senangnya. Spontan Tyn melepaskan pelukannya karena malu, kedua pipinya memerah.

  "Ma... maaf" ucap Tyn tersipu malu
  "Yaah.... tidak apa-apa sih" balas Roland. "Desa ini.."
  "Oh ya! Lilysha di sini menyelamatkan desa ini!" ucap Tyn
  "Lilysha?" Roland menaikan alis matanya sambil melihat Lilysha

Lilysha lupa memberitahukan pada Tyn jika nama samarannya adalah Cilya tapi tidak jadi masalah. Sebagai succubus, membohongi manusia adalah hal yang sudah biasa dilakukannya. Lilysha membungkuk dan mengangkat roknya sedikit seperti pelayan.

  "Salam, tuan Roland. Nama lengkap saya adalah Cilya Lilianne Sehenia. Lilysha adalah singkatan dari nama tengah dan belakang" ucapnya
  "Eh?" respon Tyn bingung

Lilysha langsung menginjak kaki Tyn sebagai kode padanya supaya jangan bingung. Sambil menahan rasa sakit, Tyn tetap tersenyum sambil memandang Roland.

  "Ah begitu ya?" ucap Roland

Roland langsung menjabat tangan Lilysha dengan ekspresi yang terlihat sangat lega dan senang karena ada orang yang mau membantu desa.

  "Nona Cilya, terimakasih! Sungguh, kami berterimakasih telah melindungi desa ini!" ucap Roland tegas
  "Jangan berterimakasih padaku, aku kebetulan hanya lupa merapikan rambutnya Tyn jadi aku memutuskan untuk menyusulkan dengan teleportasi" bantah Lilysha

Roland menatap Tyn. Wajah Tyn semakin memerah ketika Roland menatapnya, jantungnya berdebar-debar lebih kencang dan keringat dingin mulai keluar dari keningnya. Roland kemudian menjabat tangan Tyn.

  "Tyn, terimakasih!" ucap Roland
  "Eh?"
  "Kau sudah semakin kuat. Kau berhasil di mana kami gagal. Terimakasih telah melindungi orang-orang desa ini Tyn"
  "Aku... aku tidak kuat..." bantah Tyn malu
  "Tapi fakta lapangan berbicara lain Tyn. Kau telah melindungi orang-orang desa ini. Kami sungguh berterimakasih!"

Tyn menundukan kepalanya karena gugup dan malu. Roland berbalik menghadapi pasukannya yang masih menunggangi kuda.

  "Semuanya! Kita akan membantu desa ini! Aku ingin ada rute patroli siap mengelilingi desa ini dalam 10 menit!" perintah Roland
  "Siap laksanakan!"

****************

  Sore harinya, Lilysha sedang meminum segelas teh yang dibuat oleh Tyn di dalam menara tertinggi bersama dengan Tyn, Leisha dan Roland. Dari menara itu, mereka bisa melihat ada begitu banyak pasukan yang mengibarkan bendera kerajaan Loghraim sedang berjalan menuju desa.

Itu bukan pasukan kecil lagi, melainkan pasukan yang lumayan besar namun tidak cukup besar untuk bisa dikategorikan sebagai pasukan penyerang utama.

  "Cih, dari mana mereka bisa membawa pasukan sebanyak itu? Apa yang dilakukan oleh orang-orang di barisan depan?" geram Roland
  "Aku tidak mau berpikir yang negatif, tapi mustahil pasukan sebanyak itu bisa masuk tanpa sepengetahuan orang dari barisan depan. Itu berarti barisan depan terdekat telah roboh..." ucap Leisha
  "Tidak, itu mustahil. Barisan depan terdekat tidak bisa ditaklukan dalam seminggu dan kami tidak mendengar adanya aktivitas kerajaan Loghraim dari barisan depan terdekat. Itu berarti mereka menemukan jalan masuk lain" komentar Roland

Lilysha melihat pasukan tersebut dengan matanya yang tajam. Diantara kerumunan pasukan dia melihat adanya beberapa golem yang terbuat dari besi berjalan bersama-sama dengan pasukan kerajaan Loghraim, tetapi golem tersebut memiliki aura iblis dari salah satu demon monarch yang dikenalinya. Aura iblis ini hanya bisa dilihat oleh Lilysha dan Tyn namun karena kurangnya pengalaman Tyn, yang sudah bisa membaca situasinya hanyalah Lilysha seorang.

Melihat itu saja Lilysha sudah bisa mengkonfirmasi kecurigaanya, ada iblis lain yang berhasil menyelinap masuk ke dalam dunia namun belum membuat langkah besar. Siapapun iblis itu, dia berhasil menghasut orang-orang dari Loghraim.

  "Tapi mengapa mereka menyerang desa?" tanya Tyn
  "Jujur saja kami tidak tahu" keluh Roland. "Tapi jika mereka menyerang dari desa-desa tanpa mencuri persediaan... kemudian mengirimkan pasukan besar seperti itu berarti mereka hanya mengincar sesuatu"
  "Sepertinya kau sangat dibenci ya tuan Roland?" komentar Lilysha

Roland hanya tersenyum sambil menggaruk kepalanya. Tyn mulai paham apa yang diincar oleh orang-orang Loghraim; mereka ingin membunuh Roland. Mereka tahu mereka tidak bisa menandingi Roland jika dia membawa pasukan yang banyak.

Jadi rencana mereka adalah menyerang desa-desa dengan harapan menarik perhatian Roland untuk menyelidiknya kemudian menyerang Roland pada desa terakhir.

  "Nona Cilya" panggil Roland
  "Ya tuan?" balas Lilysha
  "Jika nona bersedia, aku berniat menyewa anda sebagai tentara bayaran" tawar Roland
  "Saya takut saya harus menolak tawaran anda tuan" sela Lilysha sambil membungkuk. "Jika target mereka adalah anda, maka itu adalah urusan antar kerajaan. Sebagai mantan petualang, hamba menolak untuk terlibat"
  "Begitu ya, maaf karena telah mengajukan permintaan yang egois" balas Roland

Mendengar itu Tyn menjadi terkejut.

  "K-kalau begitu... aku yang akan maju!" tawar Tyn dengan serius
  "Tyn?" gumam Roland dan Leisha bersamaan
  "A-aku ingin melindungi orang-orang di desa ini! Terlebih lagi, aku ingin... aku... aku ingin melindungimu!!"

Mendengar kalimat barusan membuat Roland terkejut. Tyn langsung memegang kedua tangan Roland dan menatapnya dengan mata yang berkaca-kaca.

  "Aku tidak mau kehilangan orang yang berharga lagi!" ucap Tyn tegas
  "Ara... ada yang agressif hari ini" komentar Lilysha tersenyum manis
  "Namanya juga anak muda..." sambung Leisha. "Tyn, aku melarangmu untuk pergi bertarung"

Mendengar itu, Tyn menoleh pada Leisha.

  "Mengapa?! Senior sendiri sudah melihat kemampuanku kan? Aku bisa bertarung sekarang!" protes Tyn
  "Tyn, aku mengerti perasaanmu itu dan aku sangat menghargainya" sela Roland. "Tapi fakta jika kau adalah Holy Priestess tidak akan berubah"

Tyn kembali menatap Roland menyadari dia baru saja menolak permintaan Tyn. Lilysha kembali meminum sedikit teh yang tersisa dalam gelas yang dipegannya karena dia ingin menyembunyikan senyumannya karena dia menikmati drama yang terjadi di hadapannya saat ini.

  "Aku paham jika kalian melindungi desa ini tapi itu karena penyerangnya telah membantai orang-orang tak berdosa. Kali ini kasusnya berbeda, target mereka adalah kepalaku. Jika mereka tidak menyerang penduduk tapi kau menyerang mereka, maka kau dan Leisha akan mendapatkan masalah" jelas Roland

Tyn terdiam. Apa yang dikatakan oleh Roland benar. Tyn dan Leisha diperbolehkan untuk membunuh jika mereka dalam kondisi terancam atau musuh mereka menargeti orang-orang tak berdosa. Sebagai Holy Priestess, membunuh hanyalah alternatif terakhir jika jalur diplomasi atau melumpuhkan musuh gagal atau mustahil.

  "Aku dan pasukanku akan pergi ke sana dan membawa mereka pergi menjauh dari desa" ucap Roland

Roland berhenti berbicara ketika dia menyadari Tyn mulai menangis. Leisha menepuk pundak Tyn sambil menggelengkan kepalanya sebagai tanda dia melarng Tyn yang bersikeras.

  "Kalau begitu... bagaimana jika aku berjanji padamu tapi sebagai balasannya maukah kau berjanji sesuatu juga padaku?" tanya Roland
  "Eh?"
  "Aku akan kembali hidup-hidup dan kemudian..." Roland menelan ludah. "Aku akan melamarmu!"

Suasana menjadi hening sesaat. Tyn langsung berteriak histeris karena saking kagetnya. Leisha hanya menepuk keningnya sendiri sementara Lilysha berusaha sekuat tenaga untuk tidak menertawakan Tyn yang sangat canggung.

  "Sebagai gantinya, maukah kau berjanji untuk menungguku?" tanya Roland
  "Eh... a... a... aku... "

Tyn mulai melihat ke kiri dan ke kanan karena gugup. Dia menoleh pada Leisha yang hanya mengangkat bahu kemudian menoleh pada Lilysha yang berpura-pura sedang hanyut menikmati teh yang disajikan Tyn.

  "Hildegard Verenia Tyn" ucap Roland. "Maukah kau menjadi tunanganku?"
  "A.. a.... a... aku..." Tyn menelan ludah. "AKU MAU!!!! AKU MAU!!"

Roland tersenyum. Tyn menghapus air matanya sambil tersenyum senang.

  "Aku akan menunggumu kembali!" ucap Tyn dengan tegas

Lilysha meletakan cangkir teh pada atas meja dan bangkit berdiri untuk melihat pasukan kerajaan Loghraim yang semakin mendekat.

  "Nona Cilya" panggil Roland
  "Ya tuan?" balas Lilysha
  "Aku tahu ini adalah permintaan yang egois, tetapi tolong... lindungilah desa ini"

Roland mulai berlutut di depan Lilysha untuk memohon tetapi Lilysha dengan cepat menepuk pundak Roland sambil menganggukan kepalanya.

  "Anda tidak perlu sampai sejauh itu tuan" ucap Lilysha. "Jika mereka berani menyentuh desa ini saja, akan kubinasakan mereka semua. Aku bersumpah dengan namaku, aku akan melindungi desa ini dari mereka"

Roland bangkit berdiri, kini dia sudah siap untuk pergi bertempur, tidak ada lagi keraguan dalam hatinya yang bisa mengganggu pikirannya.

  "Kalau begitu, aku bisa fokus dengan pertempuran. Tyn, tunggulah aku kembali"
  "Ya! Aku akan menunggumu!" ucap Tyn
  "Kalau begitu, saya pamit dulu"
  "Tunggu dulu" sela Lilysha

Lilysha membuka pocket dimension miliknya dan mengeluarkan sebuah kalung kecil dengan permata yang berkilau dan memberikannya pada Roland.

  "Ini..." gumam Roland
  "Jimat keberuntungan. Aku sengaja membelinya untuk Tyn tapi di situasi seperti ini, kau lebih memerlukannya" 
  "Saya akan menerimanya dengan senang hati" ucap Roland sambil menerima hadiah tersebut dan memakainya. "Kalau begitu, saya pamit dulu"

Roland berlari turun dari menara. Dalam waktu yang singkat, dia mengumpulkan semua pasukannya dan keluar dari dalam desa sambil menunggangi kuda. Tyn hanya bisa memandangi Roland menjauh.

  "Dewi Kehidupan.... tolong lindungilah Roland dan pasukannya" gumam Tyn
  "Jadi apa yang akan kita lakukan?" tanya Lilysha
  "Kita bisa memasang pelindung yang terbuat dari sihir untuk melindungi orang-orang di sini. Melarikan diri dari sini adalah hal yang mustahil karena terlalu banyak yang terluka kecuali jika kita bisa mengobati semuanya dalam waktu yang singkat" jawab Leisha
  "Aku tidak menguasai sihir penyembuhan lho" sela Lilysha sedikit cemberut
  "Kalau begitu kita lakukan apa yang bisa kita lakukan" balas Leisha

***************

  Roland dan pasukannya berpacu dengan sangat cepat menuju barisan pasukan Loghraim yang jumlahnya 10x lipat dari mereka tanpa rasa takut sedikitpun.

  "Dengar! Kita akan membawa musuh menjauh dari desa! Kacaukan barisan mereka kemudian larilah! Jika mereka terus melaju ke desa maka terus pancing mereka! Tapi jika mereka mengikuti kita, maka terus bawa mereka menjauh!" perintah Roland
  "Siap laksanakan!!"
  "Untuk kekaisaran dan orang-orang yang kita lindungi! Unit Penerjang Perisai Perak! MAJU!!!!" teriak Roland

Roland dan pasukannya berteriak dengan semangat yang berkobar. Mereka kompak mengambil busur panah dan membidik barisan depan pasukan kerajaan Loghraim. Mereka melepaskan anak panah mereka.

Pasukan Loghraim membentuk formasi dinding perisai untuk melindungi diri mereka dari anak panah yang datang. Beberapa dari pasukan Loghraim gugur terkena anak panah. Begitu hujan anak panah berhenti, prajurit-prajurit kerajaan Loghraim yang memegang musket berlari ke barisan depan, dengan cepat mereka membentuk barisan dan membidik pada musuh mereka.

  "SEKARANG!!!" perintah Roland

Roland dan semua rekan-rekannya mengeluarkan pistol dan menembak barisan depan tanpa membidik. DOR! DOR! Suara tembakan tersebut membuat barisan penembak dari Loghraim sedikit kacau karena mencoba mencari perlindungan.

Para penyihir di dalam barisan kerajaan Loghraim pun akhirnya mengeluarkan mantra angin dan melemparkannya ke arah Roland. Roland terkena salah satu mantra angin tersebut dan terdorong jatuh dari kudanya tetapi dengan cepat dia bangkit berdiri.

  "Kapten!!" teriak Robert sambil mengulurkan tangannya tanpa berhenti sedikitpun

Sebelum Roland bisa menggapai tangan Robert, sebuah asap putih meledak di belakangnya, sesosok prajurit kerajaan Loghraim yang mengenakan pakaian serba hitam keluar dari asap tersebut, siap untuk menikam Roland.

Roland menghunus pedang miliknya dengan cepat dan menebas leher penyerangnya hingga putus dengan mudah.

  "Cih, brigade kadal ya? Tak heran mengapa mereka tidak mau menembak terlebih dulu" gumam Roland

Brigade kadal, unit pembunuh di dalam kerajaan Loghraim yang paling ditakuti. Mereka adalah unit yang menggunakan teknik bela diri yang langka dimana mereka bisa menyembunyikan keberadaan mereka dari pandangan.

Beberapa pasukan brigade kadal muncul di depan Roland. Roland hanya tersenyum dan mempererat genggamannya.

  "Sepertinya sore ini akan menjadi sore yang menyenangkan" ucapnya tersenyum

Tak lama kemudian, rekan-rekannya Roland yang seharusnya sudah pergi meninggalkan medan perang justru kembali. Roland heran melihat rekan-rekannya yang kembali.

  "JANGAN TINGGALKAN KAPTEN KITA SAMPAI AKHIR HAYAT KITA!!! BERTEMPURLAH SAMPAI TITIK DARAH PENGHABISAN DEMI REKAN DAN KEKAISARAN!!!" teriak Robert

Roland menghela nafas mendengar semangat dari rekan-rekannya yang membara itu kemudian dia tersenyum bangga.

  "Dasar... kalian memang orang-orang bodoh" ucap Roland. "Tapi kalian adalah orang-orang bodoh yang membuatku bangga"

DOR! Robert dan yang lainnya menghujani barisan pasukan Loghraim dengan peluru bertubi-tubi sambil mendekat dengan kecepatan tinggi. Begitu mereka cukup dekat, mereka menghunus pedang dan mulai menerobos jejeran pasukan Loghraim dengan cepat, kemudian melarikan diri, menembak lagi dan menerjang lagi.

  "Kalau begini, kita semua bisa menang... akan kukurangi jumlah musuh sebanyak mungkin" pikir Roland

Roland berlari menuju barisan utama kerajaan Loghraim. Beberapa anggota brigade kadal mencoba menghadangnya tetapi mereka bukan tandingan untuk Roland yang dengan mudah menebas mereka dan menerobos mereka.

Beberapa golem dari baja maju untuk menghadang Roland.

  "Minggiiiirrr!!!!" teriak Roland

Roland menebas golem-golem tersebut hingga putus hanya dalam sekali ayun. Teknik rahasia bela diri, teknik yang sudah ada sejak dahulu kala sebelum sihir bisa dikuasai.... teknik rahasia bela diri ini memfokuskan pada meningkatkan kekuatan fisik orang untuk mencoba mempengaruhi energi magic di sekitarnya.

Roland melompat tinggi dan mendarat di tengah jejeran barisan Loghraim. Dia langsung memukul tanah dan gelombang kejut yang dihasilkannya membuat seluruh jejeran tengah Loghraim terlempar, hal itu dimanfaatkan oleh rekan-rekannya Roland untuk menghabisi unit yang kacau balau dengan pistol dan busur mereka.

  "Luar biasa"

Seorang perempuan berambut biru hitam dengan pakaian ksatria berdiri di hadapan Roland. Roland mengerutkan dahinya karena dia sudah mengenal sosok itu.

  "Anastasia...." geram Roland
  "Aw kau masih mengenaliku? Aku tersanjung" balasnya
  "Bagaimana aku bisa lupa dengan perempuan gila yang ingin melamarku?" ledek Roland

Perempuan itu hanya tertawa terbahak-bahak mendengar ledekan Roland. Anastasia, seorang tentara bayaran yang dulunya pernah mengikuti Roland kemana saja sampai Roland menolak pernyataan cintanya.

Anastasia menghunus pedangnya dan mengacungkan ujungnya pada Roland.

  "Roland, asal kau tahu saja... hatiku masih sakit lho!" ucapnya
  "Ini gawat... jika lawannya adalah dia, pertarungan ini akan menjadi sangat sulit" gumam Roland
  "Ayo Roland! Akan kupotong kaki dan tanganmu dan menjadikanmu sebagai milikku!"
  "Tch, dasar perempuan obsesif"

************

  Roland memuntahkan darah setelah pertarungannya dengan Anastasia, perempuan yang terobsesi dengannya. Semua rekan-rekan Roland pun telah dikalahkan dengan begitu mudah oleh perempuan gila itu.

Tubuh Roland dipenuhi dengan luka-luka serius tetapi dia masih memaksakan dirinya untuk berdiri berhadapan dengan Anastasia.

  "Menyerahlah Roland!" bujuk Anastasia sambil tersenyum lebar. "Kali ini aku akan menjadikanmu milikku setelah membumihanguskan sekian banyak desa"
  "Heh, teruslah bermimpi!" balas Roland. "Aku adalah orang yang mencintai kekaisaran dan penduduknya! Aku akan melindungi orang yang kusayangi! Tidak akan kubiarkan kau menyentuh siapapun!!"

Anastasia mengerutkan wajahnya, dia terlihat benar-benar kesal.

  "Jadi maksudmu? Di dalam desa itu, ada perempuan lain yang kau sukai?"
  "Ast... aku keceplosan" keluh Roland
  "Baiklah, kalau begitu setelah aku memotong kaki dan tanganmu, aku akan membunuh semua orang di desa itu tanpa ampun. Dengan begitu... kau hanya akan menjadi milikku dan milikku seorang"

Mendengar itu Roland hanya tertawa.

  "Dasar bodoh, jika kau sampai kau datang ke desa itu, maka kau dan pasukanmu tidak akan pernah kembali hidup-hidup" ucap Roland
  "Jangan menggertakku Roland, berhentilah melawan dan aku akan memperlakukanmu dengan sangat baiiik. Hihihihi" balas Anastasia. "Semuanya! Potong kaki dan tangannya! Aku ingin dia hidup-hidup!"

Roland menelan ludah. Dia menutup matanya sesaat dan teringat pada Tyn.

  "Tyn... maaf... sepertinya aku akan melukai hatimu... heh, aku ini memang laki-laki yang payah" gumam Roland
  "Sepertinya sudah saatnya untuk kita bertukar tempat"

Roland membuka matanya karena mendengar suara Lilysha, betapa terkejutnya dia ketika dia melihat dirinya beserta semua pasukannya berada di dalam gedung yang besar. Di dalamnya ada warga desa dan Leisha.

  "Hah?" gumam Roland bingung
  "Roland!!"

Tyn berlari keluar dari kerumunan dan memeluk Roland dengan air mata.

  "Roland!!! Hiks... Roland... "
  "Tyn? Apa yang terjadi?" tanya Roland
  "Soal itu... kau tiba-tiba saja muncul di sini dengan rekan-rekanmu" ucap Leisha. "Tenang saja, aku, Tyn dan Li... maksudku Cilya sudah memasang pelindung dari sihir di tempat ini"

Roland mengedipkan matanya beberapa kali dia melihat kiri-kanan, dia tidak bisa menemukan Lilysha dimanapun.

  "Tyn... " gumam Roland yang masih bingung
  "Lily... maksudku Cilya mengatakan jika dia akan menolongmu jika terjadi sesuatu yang buruk. Tiba-tiba saja kau berdiri di mana dia berdiri" jawab Tyn memeluk Roland erat-erat

Roland terdiam sesaat. Dia memegang kalung pemberian Lilysha. Kristal kalung tersebut semakin redup cahanya dan kemudian pecah menjadi abu di tangannya. Roland hanya tersenyum melihat itu.

  "Begitu ya...." gumamnya

GLUDUG! Roland jatuh pingsan. Hal itu membuat Tyn panik dan langsung menggunakan mantra penyembuhan yang diketahuinya untuk mengobati Roland. Leisha juga mulai menggunakan mantra penyembuhan pada rekan-rekannya Roland yang tidak sadarkan diri dan terluka parah.

************

  Anastasia dan seluruh pasukannya heran melihat Lilysha yang tiba-tiba muncul di hadapan mereka. Mereka bingung harus bereaksi seperti apa karena ini adalah pertama kalinya mereka melihat seorang perempuan tanpa senjata atau baju pelindung apapun berhadapan dengan ratusan tentara terlatih.

Lilysha yang hanya mengenakan pakaian sipil biasa dan rok panjang tersenyum melihat pasukan Loghraim di hadapannya.

  "Siapa kau?" tanya Anastasia yang masih marah
  "Salam kenal wahai prajurit-prajurit pemberani kerajaan Loghraim"

Lilysha membungkukan badannya dan mengangkat roknya sedikit untuk sebagai salam pertemuannya.

  "Nama hamba adalah Cilya, senang bisa bertemu dengan anda-anda sekalian"

**************
Bersambung

  Episode selanjutnya,

  Lilysha, sang penguasa mutlak dari menara kesengsaraan akhirnya melibatkan dirinya untuk mencegah kematian Roland. Oh para prajurit kerajaan Loghraim yang malang, mereka tidak akan bisa selamat dari demon monarch yang satu ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar