Sabtu, 23 November 2013

Zano & Kawanan : Epidemik Part-1

  "Zano & Kawanan : Epidemik" adalah salah satu episode dari cerita berseri "Zano & Kawanan" karya Green Leaper.

Zano dan Kawanan pergi liburan ke sebuah pulau yang bernama "Kufa". Awalnya mereka mengira mereka akan mendapatkan liburan yang menyenangkan... Ternyata mereka salah, selain karena Hiromi melibatkan kulinernya, mereka juga harus berhadapan dengan ancaman yang tidak bisa dijelaskan dengan akal sehat.

Apakah itu? Happy Reading, semoga terhibur!



**************
Zano & Kawanan
Epidemik
Part-1
Menuju Pulau Kufa

  Gu, Akina dan Anton berhenti berlari. Saat ini kami sedang sembunyi di belakang rumah Andi. Anton kelihatan capek, Akina kelihatan sangat takut dan gue bener-bener bingung kenapa gue malah ikut-ikutan lari.

  "Bentar, kenapa Zano malah ngikut?!" tanya Anton
  "Lha lu berdua kenapa lari-lari?" balas gue
  "Sssshhh!!! Diam dan dengar" kata Akina

Kami bertiga diam untuk sesaat...

  "Anton-kun, Akina!"

Gue menoleh ke Akina dan Anton. Gue sudah tau kenapa mereka berlari. Suara yang itu tidak salah lagi... Hiromi.

  "Jangan bilang Hiromi nyuruh kalian untuk nyicipin masakan buatanya" kata gue
  "Iya..." jawab Akina
  "Gue kira Akina yang masak" sambung Anton
  "Seharusnya sih begitu tapi waktu aku lagi tidur, Hiromi memutuskan untuk masak. Waktu aku bangun dan menyadari bahaya yang akan datang, aku langsung kabur" balas Akina
  "Apakah enggak ada cara lain untuk membuat Hiromi sadar akan kemampuan membunuhnya?" keluh gue
  "Ah! Kalian di situ rupanya!" teriak Hiromi

Gue menoleh ke Anton dan Akina. Mereka sepertinya satu pikiran dengan gue. Kami bertiga kompak mengangguk pada saat bersamaan.

  "Kabur" kata kami bertiga pada saat bersamaan

Kami langsung berlari memutari rumah Andi dengan Hiromi mengikuti kami dari belakang. Yang buat gue heran, kenapa dia malah terus-terusan mengejar-ngejar kita tanpa berpikir kenapa kita terus mencoba menghindari masakanya? Padahal kalau ada hal-hal yang memerlukan ketajaman berpikir dan analisa, Hiromi adalah salah satu orang yang bisa memecahkanya.

  "Lho eh? Kakak!" teriak Sesil yang sedang berjalan ke rumahnya Andi
  "Ses? Eadah!"

Gue kesandung kakinya Anton. Hasilnya, gue dan Anton jatuh, Akina dan Hiromi malah ikut-ikutan kesandung dan jatuh juga. Sesil berlari menghampiri kami.

  "Kebetulan semuanya ada di sini" kata Sesil. "Sudah dari tadi ya?"
  "Sudah apanya?" tanya gue
  "Lho? Kakak enggak tau kalau Kak Andi minta seluruh Kawanan buat ngumpul di rumahnya sekarang?"
  "Ha?" balas Anton. "Aku enggak tau!"
  "Aku juga" sambung Hiromi dan Akina kompak

Gue makin bingung. Dalam rangka apa semua Kawanan dipanggil untuk ngumpul? Perasaan gak ada pembagian sembako deh.

  "Masa Kakak-kakak sekalian tidak tau?" tanya Sesil. "Lupakan. Ayo Kak!" Sesil mengulurkan tangan ke gue

Gue meraih tanganya Sesil lalu berdiri. Kemudian gue membantu para cewek untuk berdiri. Gak ada maksud buat modusin ato apaan. Gue males bantuin Anton berdiri. Mukanya yang membuat gue males. Kemudian Sesil mengetuk pintu rumah Andi.

Andi membuka pintu dan mempersilahkan kami untuk masuk. Wew... Ternyata seluruh Kawanan ada di dalam. Gue penasaran ada apa sampe Andi manggil semua Kawanan.

  "Oke... Berhubung semuanya sudah di sini, jadi ada apa Andi?" Tanya Nat
  "Begini, kemaren gue berkali-kali menang undian. Gue dapet beberapa tiket liburan ke sebuah pulau. Namanya, pulau Kufa. Nah, berhubung kita semua sedang ada di masa liburan... Bagaimana kalau kita rame-rame pergi?"
  "Seumur-umur gue baru pernah dengar pulau Kufa" keluh gue
  "Halah, Zano aja bahkan belum pernah mendengar Bali" balas Anton
  "Kembali ke topik oi! Jadi... Siapa yang mau liburan?" tanya Andi

Seluruh Kawanan mengangkat tangan. Kecuali Screamer...

  "Mer, lu kenapa?" tanya gue
  "Aku punya pekerjaan yang tidak bisa kutinggalkan" jawabnya singkat
  "Oke... Jadi... Yang gak ikut cuma Screamer. Akina, mau ikut?"
  "Ahm..."
  "Gak apa-apa. Ikut aja" kata Andi. "Oke jadi sudah diputuskan. Semuannya kecuali Screamer akan ikut"
  "Bentar! Di!" gue berdiri

Seisi ruangan menatap gue dengan heran.

  "Siapa yang mau ikut liburan angkat tangan" kata gue

Seluruh Kawanan kecuali Screamer mengangkat tangan. Andi menatap gue dengan heran.

  "Siapa yang enggak mau ikut liburan angkat tangan!" kata gue

Seluruh Kawanan kecuali Screamer mengangkat tangan. Oke, ini benar-benar aneh. Berarti dengan kata lain mereka semua hanya sekedar ikut-ikutan aja? Suasana menjadi hening sesaat. Beberapa Kawanan menatap satu sama lain.

  "Ehem. Oke. Jadi... Persiapkan yang perlu kalian bawa. Nanti kita berangkat ke pelabuhan hari Sabtu. Soal kendaraan buat ke sana, sudah diatur sama adik gue. Nanti kita berkumpul di rumahnya Zano jam 1 Siang. Ada pertanyaan sebelum kita bubar?" tanya Andi
  "Ya, kenapa harus di rumah gue?" tanya gue
  "Karena rumah lu tergolong berada di tengah-tengah kampung. Jadi setiap Kawanan bisa ngumpul lebih gampang" jawab Andi. "Ada pertanyaan lain?"
  "Eh, anu..." Hiromi mengangkat tangan. "Kalau soal makanan, apakah boleh kalau aku ya-"
  "Ah tidak usah! Jangan repot-repot!" jawab seluruh Kawanan kompak

Hiromi tampak kaget dengan reaksi spontan Kawanan yang kompak mengatakan hal yang sama. Biar bagaimanapun, kami tidak bisa membiarkan Hiromi memasak dan membagikanya kepada kami... Untuk sekarang, harapan kami untuk bertahan hidup bergantung pada kelincahan Akina untuk menyabotase masakan buatan Hiromi.

Kami semua bergegas pulang ke rumah masing-masing. Gue sebenarnya kurang tertarik untuk ikut tapi karena Sesil sendiri bilang ke gue kalau dia pengen ikut, ya gue ikut juga... Bukan karena sekarang dia itu sedikit terkenal, tapi gue khawaktir aja sih... Maklum, dia adalah satu-satunya keluarga gue yang tersisa.

***********

  Hari demi hari berlalu... Dan gue udah lupa hari ini hari apa... Tragis banget ya kemampuan otak gue dalam mengingat hal-hal. Gue lagi enak-enakan tidur di sofa ruang tamu. Gue lagi mimpi bagus nih... Gue enggak akan melewatkan mimpi sekeren ini...

  "Kakak... Kakak... Kakak! Bangun Kak!" bisik Sesil
  "Hhmmm... Dikit lagi napa? Kakak lagi mimpi ketemu sama artis" balas gue dengan malas
  "Kakak. Hari ini kan hari Sabtu" ujar Sesil dengan gaya kekanak-kanakan
  "Trus?"
  "Kan hari ini kita bakal berangkat liburan bareng Kawanan. Gimana kalo mereka dateng?"
  "Terus kenapa? Masih pukul 00.01 juga... Kepagian ini Ses. Gak ada Kawanan yang cukup gila buat dateng jam segini" keluh gue yang masih tidur-tiduran.
  "Tapi Kakak kan belum mempersiapkan barang bawaan Kakak... Mana Kak Stella dari tadi ngetuk-ngetuk pintu"

Mata gue langsung terbuka lebar. Rasa kantuk yang benar-benar menempel pada jiwa dan raga gue langsung hilang. Mati.... Gue baru inget.... Gue memang belum mempersiapkan segala sesuatu... Dan adiknya Andi udah ngetuk pintu dari tadi?!

Gue langsung berdiri. Sesil kelihatan kaget dengan gue.

  "Ses! Kamu bukain pintu! Suruh dia masuk aja. Kakak mau siapin barang-barang yang Kakak mau bawa dulu!"
  "Kakak? Kok tiba-tiba.... Jadi aneh begini?"

Gue langsung berlari ke dalam kamar gue. Gue mendobrak pintu layaknya orang yang lagi mules dan mulai mengacak-acak kamar gue (Oke, kamar gue emang udah acak-acakan karena gue males rapiin).

Gue mengambil ransel petualangan gue dan mengisi barang-barang yang perlu gue bawa. Atau... Untuk lebih akuratnya, gue ngisi segala macam hal tanpa memperhatikan apa aja yang gue isi.

  "Kang?" tanya Stella yang udah di depan pintu kamar gue. Sesil tepat di belakangnya.
  "SEBENTAR!"

Gue langsung berlari ke kamar mandi. Karena terburu-buru, gue gak sempet buka baju dan celana lagi... Jadi ya, gue mandi dengan baju gue! Gue cepet-cepet mandi lalu ganti pakaian terus gue lari lagi ke dalam kamar gue.

Mereka berdua cuma kebingungan melihat gue.

  "Agh! Sial!!! Kompas gue mana?!" keluh gue
  "Kakak... Kenapa Kakak terburu-buru? Masih lama lagi baru jam 1 siang Kak" tanya Sesil
  "Ada yang liat kompas gue gak?!"

Gue mencari-cari seisi kamar gue. Gue bahkan sampai merayap di bawah kolom tempat tidur dan masuk ke dalam lemari pakaian cuma untuk mencari kompas gue. Gue kalau pergi berpetualang, gue harus bawa tuh kompas!

  "Wah! Gawat! Kompas mana? Kompas mana?!"
  "Kakak! Tenang sedikit Kak... Kakak malu-maluin aja" keluh Sesil
  "Tapi kompasnya Kakak enggak ada!" balas gue sambil menoleh ke Sesil

Sesil dan Stella menepuk jidat mereka. Mungkin mereka bingung melihat tingkah gue.

  "Kakak... Kompasnya Kakak kan Kakak taruh di bawah meja makan" kata Sesil
  "Oke!"
  "Eh... Kang"

Gue tanpa menunggu lagi langsung berlari ke meja makan. Gue melihat ke bawah meja makan. Ternyata ada! Haaah.... Gue berasa lega. Gue mengambil kompas itu lalu mengisinya ke dalam ransel yang ada di dalam kamar gue.

  "Oke... Semuanya beres... Jadi... Ada apa tuh Neng? Tumben jam seginian dateng ke sini"
  "Gini Kang... Sebelumnya mohon maaf dulu pagi-pagi udah mengganggu... Jadi tadi kan-"
  "BENTAR! JANGAN ADA YANG BERGERAK!" teriak gue

Stella dan Sesil kompak menunjukan ekspresi kebingungan. Gue menatap mereka berdua sebentar lalu kembali melihat-lihat seisi kamar gue. Suasana menjadi hening sejenak.

  "Gue lupa gue naruh tiketnya di mana"
  "Kakak... Jangan berlebihan deh Kak... Tiketnya kan ada di Sesil"
  "Oh iya ya... Lupa" gue menggaruk kepala gue. "Jadi kenapa Neng?"
  "Enggak kenapa-kenapa sih... Eneng cuma gak betah aja di rumah. Jadi mampir ke sini"

  Gak betah di rumah... Perempuan yang satu ini benar-benar makhluk yang aneh. Pasti ada alasan lain kenapa dia dateng jam seginian ke rumah gue.

  "Hm... Ya okelah... Terserah... Gue mau masak dulu" balas gue
  "Memangnya kakak tau masak?" tanya Sesil
  "Heh. Kakak memang cacat dalam memasak tapi gak secacat Hiromi" jawab gue
  "Hm... Sesil gak yakin keselamatan kita kalau Kakak yang masak"
  "Ya elah, selama si Stella masak... Kakak selalu memperhatikan segala detailnya. Kakak yakin pasti kali ini Kakak bisa" balas gue dengan bangga
  "Hm... Memperhatikan Kak Stella atau memperhatikan cara memasaknya ya?" gumam Sesil
  "Pokoknya tenang saja! Kakak pasti bisa! Lihat aja!"

*************

  Jam sudah menunjukan pukul 12 siang... Seluruh Kawanan udah pada siap dan sedang ngumpul di teras. Gue? Yah... Ehm.... Gue sedang membersihkan dapur. Ternyata gue betul-betul cacat dalam memasak.

Kondisi dapur seperti habis menjadi medan perang. Peralatan dan perlengkapan di dapur berserakan dimana-mana, bahan-bahan masak memasak seperti kecap dan saus memenuhi tembok, air membanjiri bagian dapur... Pokoknya mimpi buruk lah! Gue perlu waktu yang lama buat ngebersihinya.

Sebenernya adik gue dan adiknya Andi pengen bantu tapi gue nolak. Terlalu beresiko buat mereka untuk masuk ke dapur dengan kondisi dapur yang berantakan seperti ini.

  "Kakak! Kakak!" teriak Sesil dari teras depan
  "Yoooo?" balas gue
  "Kak Andi panggilin nih Kak!"
  "Yo! Nanti gue dateng!"

Gue berlari ke teras depan. Seluruh Kawanan langsung tertawa melihat penampilan gue yang baru habis keluar dari dapur... Penampilan gue persis kayak pasukan yang baru habis pulang dari pertempuran.

  "Astaga! Zan! Buahahaha! Gaya lu! Buahahaha!" Andi tertawa terbahak-bahak
  "Lupakan gaya gue... Kenapa manggil-manggil gue? Dapur aja belum bersih"
  "Lu udah siap belum? Mobil jemputan kita lagi dalam perjalanan"
  "Eh, udah kok"
  "Kak, makan dulu Kak... Dari pagi Kakak belum makan. Kalo Sesil sih... Makan di warung tadi bareng Kak Stella dan Kak Anton"

Gue diem sebentar. AGH! Gue inget! Gue belum makan! Gue juga harus mandi lagi! Gue juga belum seslesai ngerapiin dapur!!

  "Tungguin gue selama 20 menit! Kalo gue gak balik tunggu lebih lama lagi!"

Gue berlari ke kamar mandi untuk mandi. Secepat kilat gue mandi dan berganti baju. Tapi gue lupa bersihin dapur... Jadi gue terpaksa bersihin dapur secepat mungkin tapi hasilnya gue jadi kotor... Lagi! Mau gak mau ya gue mandi lagi. Setelah mandi, gue berlari ke warung terdekat.

Gue pesen nasi kuning 1 bungkus lalu kembali lagi ke rumah. Kebetulan seluruh Kawanan baru saja mau berangkat. Tanpa istirahat, gue berlari ke dalam rumah mengambil ransel gue lalu keluar rumah, mengunci pintu kemudian marathon menyusul Kawanan yang sekarang sudah sampe di halte deket kampung ini.

Ternyata kita naik bus. Syukurlah... Minimum ada ACnya lah. Seluruh Kawanan udah naik duluan. Pintu bus masih terbuka lebar, menunggu gue. Gue menambah kecepatan gue (padahal busnya aja gak jalan) dan melompat masuk ke dalam.

Kampret... Gue hampir kehabisan nafas... Capek banget.

  "Ini siapa?"

Gue mengangkat melihat ke kursi paling depan. Ternyata yang bertanya tadi itu Stella... Apa maksudnya?

  "Heeh, Neng... Masa lupa gue? Kena amnesia?" tanya gue
  "Kang... Eneng di belakang sini" jawab Stella dari tempat duduk paling belakang
  "Eh?! Sihir macam apa ini?!"
  "Rini itu kembaranku... Namaku Juita" balas kembaran Stella
  "Eh? Gitu ya..." gue garuk-garuk kepala.
  "Hm... Coba kulihat... Tampang di bawah standar, terlihat idiot dan tidak berguna sama sekali.. Kau pasti yang bernama Zano kan?"

Gue berdiri. Menatap Juita dengan tatapan kosong. Dia hanya tertawa lalu kembali melihat ke depan. Gue menoleh ke Andi. Ada pertanyaan yang harus gue tanyakan.

  "Keluargaku cukup besar... Wajar aja kalo lu gak tau" kata Andi yang seolah-olah sudah tau isi pikiran gue
  "Kampret... Lu udah jawab pertanyaan gue..." balas gue
  "Kakak!"

  Sesil melambaikan tangannya dan mengajak gue duduk di sebelahnya. Gue berjalan ke arahnya lalu duduk di sebelahnya. Dari semua anggota Kawanan yang ceria, Sesil kelihatan yang paling ceria.

  "Kakak... Kok Kakak kelihatan lapar?" tanya Sesil
  "Oh iya... Kakak belum sempat makan nasi goreng yang Kakak beli tadi" jawab gue

Untung adik gue ngingetin. Gue mengecek isi ransel gue dan... Gue langsung jadi pucat... Nasi kuning yang gue beli... Gak gue masukin ke ransel... Ini berarti......... Nasinya..... Ketinggalan di rumah....

  "Ya ampun Kakaaaaak" Sesil menggelengkan kepalanya
  "Ses... Maafin Kakakmu yang bego ini... Kakak gak sengaja ninggalin bekal di rumah"
  "Ah, anu... Zano-kun" bisik Hiromi yang duduk tepat di belakang
  "Yo?"
  "Etto... Aku tadi pagi membuatkan bekal..."

Mati.... Gue udah tau kelanjutannya kayak gimana... Hiromi buat bekal yang kelebihan lalu dia ngasih ke gue. Terus gue makan kemudian gue bakal keracunan selama jangka waktu yang tidak ditentukan... Keringat dingin mulai bermunculan. Gue menjeling ke Akina yang duduk tepat di sebelah Hiromi. Akina mengirimkan kode lagi..

  "Zano, tenang saja. Semua masakannya sudah aku perbaiki"

Fyuh... Gue menganggukan kepala gue sebagai tanda bahwa gue menerima kode tersebut. Hiromi, seperti biasa... Dia tidak menyadari kalau gue tadi nerima kode dari Akina.

  "...Tapi aku tidak sengaja membuat kelebihan. Kalau Zano-kun tidak keberatan... Zano-kun boleh kok memakannya" Hiromi mengeluarkan sebuah tepak

Hahahaha, kalau sudah diperbaiki oleh Akina sih... Gue baik-baik aja. Muka Kawanan yang lain langsung jadi pucat. Mereka seperti memberi penghormatan terakhir ke gue. Gue menatap mereka satu per satu dengan tatapan iblis seolah-olah gue mengatakan "Gue belum mati kampret!"

Gue menerima tepak tersebut.

  "Oke, Ariel-gator Hiromi!" kata gue. (Iye, gue ngasal ngucapnya karena gue kurang tau bahasa Jepang)
  "Yang benar Arigatou" bisik Sesil. "Kakak... Kenapa Kakak nekat begitu? Kakak udah gak sayang sama Sesil lagi ya?"
  "Tenang aja, masakannya sudah diperbaiki secara diam-diam sama Akina kok" bisik gue ke Sesil sambil mulai makan.
  "Tapi, raut wajahnya Kak Akina sepertinya tidak tau kalau Hiromi membuat nasi kuning"

Hah? Gue noleh ke Akina. Raut wajahnya udah beda dari yang tadi... Dia terlihat kaget. Apa jangan-jangan dia enggak tau kalau Hiromi membuat nasi kuning ini?! Ini berarti... Mampus dah gue...

  Pandangan gue jadi gelap. Mampus dah gue... Enggak-enggak! Gue gak akan mati sekarang! Tidak akan! Sekarang gue hanya perlu tetep sadar sampe ada yang membangun-

  "AAAAHHH!"
  "Kakak!"

Gue kembali tersadar. Kepala gue berasa sakit. Spontan gue langsung mengelus-ngelus kepala gue. Gue menoleh ke samping. Ada Juita... Ataukah Stella? Gak tau dah... Mereka berdua mirip 100%. Sesil langsung memeluk gue.

  "Hm... Di! Idenya berhasil!" katanya
  "Oke Ju!" balas Andi
  "Apa yang terjadi? Terus kita dimana?" tanya gue kebingungan
  "Kita di kapal. Kak Akina tidak tau bahwa Hiromi buat nasi kuning Kak... Dan Kakak langsung makan begitu aja" kata Sesil. "Makasih Kak Juita"
  "Sama-sama. Kakakmu ternyata nekat juga ya"

Juita berdiri lalu berjalan ke bagian depan kapal. Kapal kecil yang kita naiki melaju dengan cepat. Sebagian besar Kawanan pada ketiduran sementara Anton sibuk muntah ke laut. Novi dari tadi berdiri di samping Anton. Kadang-kadang Novi memberi Anton segelas air panas.

Kasian juga tuh anak... Gue lupa kalau dia itu suka mabuk... Mabuk laut maksudnya.

 **********

  Setelah beberapa saat perjalanan yang dipenuhi dengan (gue yang) kebingungan, (Anton yang) muntah, (dan para Kawanan yang) tidur. Kami akhirnya tiba juga di tujuan kami. Pulau Kufa!

Kapal yang kami tumpangi berlabuh di sebuah dermaga. Ada sebuah penginapan tidak terlalu jauh dari pantai. Pantainya putih, udaranya seger tapi sayang, udah malem jadi lumayan dingin lah disini.

Liburan kami... Dimulai!

Bersambung
**************

  Part selanjutnya... Liburan dari para Kawanan dimulai! Tapi tentu saja, akan datang sebuah masalah. Jika tidak, maka untuk apa gunanya cerita ini dinamakan "Epidemik" ?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar