Jumat, 06 Desember 2013

Zano & Kawanan : Epidemik Part-2

  "Zano & Kawanan : Epidemik" adalah salah satu episode dari cerita berseri "Zano & Kawanan" karya Green Leaper.

Part sebelumnya, Zano dan Kawanan tiba juga di pulau Kufa... Kekonyolan apa saja yang akan dibuat oleh Zano

Apakah itu? Happy Reading, semoga terhibur!



****************
Zano & Kawanan
Epidemik
Part-2
Liburan dimulai!

  "Tolong Zan... Kumohon"
  "Maaf Novi... Tapi gue udah gak kuat lagi..."
  "Hah? Kenapa?"
  "Soalnya tasnya elu berat banget!!!!"

  Kampret... Sebenarnya isi tasnya Novi apaan sih?! Tasnya kecil tapi berat banget. Yang buat gue heran kok dia bisa dengan gampang mengangkatnya sementara gue dan Anton aja kesusahan buat ngangkat nih tas.

Masing-masing dari kami dapet ruang sendiri-sendiri. Yah, paling tidak gue bisa guling sana-sini secara bebas. Gue bersyukur banget!

Intinya, masing-masing anggota Kawanan udah pada pergi ke kamar masing-masing dan istirahat. Gue? Biasa, gue jalan-jalan di pantai malam-malam. Dingin dan bersih. Suara deburan ombak membuat gue pengen syuting film di sini... Kalau bisa sih, jangan genre romantis tapi genre horror. Kenapa mesti horror? Karena syuting film horror di latar yang cocok buat genre romantis itu anti-mainstream buat gue.

Gue lihat ada pohon di belakang semak-semak. Udah lama juga gue gak tidur di bawah pohon. Gue berjalan ke pohon itu dan memastikan pohon itu bebas dari gangguan... Baik makhluk gaib ataupun hewan-hewan. Terus gue tidur di situ sampe pagi.

***********

  Kresek.. Kresek...

  Gue membuka mata kanan gue. Gue melihat Andi dan Anton sedang duduk di semak-semak dekat pohon tempat gue tidur. Ngapain sih mereka pagi-pagi udah bersikap aneh kayak gitu.

  "Oi Ton... Di"
  "Jah... Udah bangun dia" keluh Anton
  "Sshhh, jangan berisik ah" balas Andi
  "Kalian ngapain?" tanya gue
  "Lihat Zan... Pemandangan indah di pantai noh"
  "Pemandangan indah?"

Gue melihat ke arah dimana Anton dan Andi memfokuskan mata, hati dan pikiran mereka. Bentar, gue kucek mata dulu... Kabur soalnya. Oh, ternyata mereka melihat Hiromi dan Akina yang sedang bermain di pantai. Hm? Mungkin karena pakaian renang yang dipakai 2 cewek Jepang itu terlalu terbuka ya? Entahlah, yang jelas Anton dan Andi terlihat seperti orang mesum... Dan gue ingin menghajar mereka berdua sekarang tapi karena gue belum tau persis apa yang dipikirkan oleh kedua temen gue ini, jadi gue batalin niat gue.

PLAK! PLAK!

Andi dan Anton tiba-tiba menerima tamparan.... Dan yang jelas, bukan dari gue! Gue noleh ke kiri dan kanan. Di samping Anton ada Novi. Di samping Andi, ada Natalia.

  "ANTON!!" teriak Novi
  "ANDI" teriak Natalia

Anton dan Andi menatap satu sama lain.

  "Kabur" ucap mereka berdua kompak

Mereka langsung berlari ke arah hutan. Sementara Novi dan Natalia mengikuti mereka dari belakang... Dan... Gue bisa merasakan aura membunuh yang kuat datang dari para cewek. Gue hanya bisa mangap doang.

  "Kakak" bisik Sesil dari belakang
  "Eh? Elu... Kenapa?" tanya gue
  "Kakak, tadi Sesil ngomong sama salah satu pegawai di hotel... Ternyata ada desa deket sini. Ayo Kak! Kita liat yuk!"
  "Ses... Lu gak dateng untuk ngamuk sama Kakak?" tanya gue

Gue gak berpikiran seperti Anton sama Andi... Tapi gue cuma gak suka aja kalo adik gue sendiri salah paham.

  "Buat apa? Kakak kan terlalu bodoh untuk berpikiran seperti Anton dan Andi"

Gue langsung diem. Ternyata bener dugaan gue... Gue terlalu bego... Ataukah... Sesil terlalu pintar? Ah, bodo amat. Gue menemani Sesil jalan-jalan ke desa yang disebutnya.

  Lumayan. Masih natural banget... Bikin gue inget sama kampung aja. Hanya saja, tumbuhan-tumbuhan di sini tumbuh lebih lebat. Gue kagum. Gue bertemu dengan beberapa warga desa. Mereka baik-baik semuanya. Meski ada beberapa yang tampangnya galak.

Kami bertamu di rumah salah satu tokoh masyarakat. Warga di sini menyebut kakek ini dengan sebutan "Sang penjaga desa". Keren banget ya? Gue juga pengen dipanggil gitu... Sayang semua orang pada manggil gue "Si bego".

Rumah dari kakek yang bernama asli "Suparman" ini lumayan sederhana... Tapi kalau gue liat dari bentuknya sih, ketika malem nanti rumahnya jadi terkesan angker.

  "Hmmm? Kayaknya Kakek pernah lihat kamu di TV" kata Kakek Suparman ke Sesil
  "Ah? Masa sih Kek?" tanya Sesil
  "Iya... Kalau tidak salah kamu yang bawain acara lawak dan talkshow. Namamu... Sesil kan?"
  "Iya benar Kek. Nama saya Sesil"
  "Hm... Iya-iya-iya-iya... Lalu makhluk astral yang disebelahmu itu pasti penjagamu" Kakek itu menoleh ke gue
  "Ahm... Saya manusia pak" balas gue
  "Oh iya... Maaf anak muda. Mata Kakek udah rabun... Hahahahahahaha"

Gue menatap Kakek Suparman dengan tatapan yang paling kosong. Gue gak tau Kakek ini cuma bercanda doang apa kagak.

  "Jadi ada apa kalian datang kemari wahai anak muda?"
  "Saya denger Kakek penjaga desa ini... Boleh enggak kalau Kakek cerita dikit aja tentang julukanya Kakek?"
  "Ini bukan sembarangan julukan anak muda..."

  Kakek ini mulai bercerita. Kami hanya nyimak aja. Ternyata, di desa ini. Ada sebuah kuburan yang merupakan bekas lokasi penguburan korban pembantaian massal pada waktu perang dunia 2.

Masyarakat sekitar percaya bahwa suatu hari nanti... Akan ada roh jahat dari masa itu yang datang lalu membangkitkan mayat-mayat yang ada untuk membunuh manusia. Nah, para penjaga desa adalah orang yang bertugas untuk mengawasi kuburan ini.

Jika sampai kejadian buruk itu terjadi, maka para penjaga kuburanlah yang akan menghentikan kegilaan yang terjadi... Tapi ada saatnya nanti para penjaga kuburan akan gagal dan seorang pahlawan akan muncul untuk menyelamatkan semua orang.



  "Tapi apa penjaganya cuma Kakek doang?" tanya gue
  "Dulunya masih banyak anak muda... Tetapi seiring waktu, semakin sedikit warga yang mempercayai legenda yang barusan Kakek ceritakan"
  "Ke-keren" kata Sesil

Kriing!

HP milik Sesil berdering. Sesil mengangkat HPnya.

  "Ya Kak Stella? Oh iya... Iya Kak. Ada kok di sebelahnya Sesil nih. Oke Kak!" Sesil mengisi HPnya ke dalam sak. "Kak, kembali ke penginapan yuk. Kak Stella sama Kak Juita lagi nyiapin persiapan buat bikin barbeque entar malem"
  "Hm? Mereka mau bikin BBQ toh? Udah dapet ijin belum?"
  "Pasti lah Kak..."
  "Okelah, yo"
  "Kalau begitu, kami pamit dulu Kakek" pamit Sesil
  "Saya juga!" sambung gue
  "Ya-ya-ya, bersenanglah-senanglah selagi kalian masih muda. Masa muda hanya datang sekali dalam hidup. Hahahahaha"

Jujur, gue ngeri tiap kali Kakek ini ketawa.... Pertama, jenggotnya tebel. Kedua, tampangnya sangat mengintimidasi gue....

Kami berdua kembali lagi ke penginapan. Stella dan Juita sedang duduk bercerita. Kalo dilihat-lihat, mereka gak ada bedanya... Mirip. Tapi kayaknya Sesil sudah bisa membedakan mereka.

  "Ah Akang udah datang rupanya"
  "Yoi... Jadi apa yang mesti gue bantu?" tanya gue
  "Kita akan memindahkan barang-barang. Aku dan Rini udah mindahin sedikit ke pantai. Kita perlu Sesil buat bantuin kita" balas Juita
  "Gue ngapain?" tanya gue
  "Melakukan mutilasi" jawab Juita dengan raut wajah yang sangat tenang
  "Mu-Mut...... MUTILASI?! Gak salah lu?" tanya gue
  "Maksudnya Juita memotong daging dari hewan menjadi lebih kecil" jawab Stella
  "Oh... Gue kira apaan. Siapa yang bawa daging hewannya?"
  "Teman Kak Andi yang bernama Anton... Sebenarnya... Yang lain pada kemana ya?" Juita menoleh ke jendela

  Gue gak mungkin bilang kalau Andi sama Anton sedang dikejar-kejar pacar masing-masing dengan aura membunuh... Bisa-bisa penderitaan Andi nambah atau malah gue yang dikira mesum juga terus digampar sama Stella dan Juita. Mending gue diem aja. Sesil kayaknya udah bisa baca pikiran gue. Dia juga diem.

  "Gak tau. Jadi mana daging yang mesti gue potong?" tanya gue
  "Oh? Selamat siang!" sapa Hiromi

Akina mengikuti Hiromi dari belakang. Mereka udah gak make baju renang kayak yang gue liat tadi pagi. Udah pake baju kaos sama celana panjang. Gue menjeling ke Stella. Stella mengedipkan mata kirinya. Gue menjeling ke Sesil, dia cuma senyum doang. Gue menjeling ke Akina, dia mengangguk. Gue menjeling ke Juita, tapi gue malah dicuekin...

  "Selamat siang" balas kami kompak. Tentu aja yang lain make tambahan -san. Gue satu-satunya yang gak peduli.
  "Tadi aku dengar ada yang mau siapin acara untuk BBQ. Boleh aku ikut membantu?" tanya Hiromi

Sudah gue duga... Cepat ato lambat, ini akan tetep terjadi. Apapun yang terjadi, kita harus memisahkan dia dari masak-memasak.

  "Ya boleh saja... Hiromi bisa membantu beberapa hal kok" jawab Stella, keringatnya mulai bercucuran. Kayaknya dia punya pikiran yang sama dengan gue.

************

  Oke, jadi gue dan yang ada udah membantu segala persiapan buat entar malem. Karena gue kerjanya cepet ditambah dengan Sesil yang bahkan lebih cepet daripada gue akhirnya kita bisa selesai pas sore hari. Berhubung gue gak ngapa-ngapain lagi... Gue jalan-jalan aja di hutan deket penginapan.

Anton, Andi, Novi dan Nat udah kembali. Mukanya Anton dan Andi ada bekas tamparan. Gue gak mau tanya apa yang terjadi... Gue udah tau kok. Mereka berempat berjalan ke penginapan.

Pas malem tiba, gue nongkrong bersama Kawanan. Lumayanlah... BBQ kali ini berada di bawah kekuasaan Juita. Selama Hiromi gak campur tangan dalam membuat BBQ, gue bakal tenang-tenang aja. Ngomongin Hiromi... Mana dia?

  "Akina, Hiromi mana?" tanya gue
  "Eh?!" Akina menoleh kiri-kanan. "Sepertinya dia masih jalan-jalan di hutan"
  "Bah... Kalau begitu, gue bakal pergi cari dia. Sisain dikit makanan buat gue ya" gue berdiri
  "Kang! Eneng ikut!"

Sebenernya gue gak mau kalo Stella ikut tapi gue tau dia keras kepala. Jadi gue setuju-setuju aja. Kami berjalan ke hutan. Beberapa menit lamanya kami berteriak namanya Hiromi seperti Tarzan.

  "Tch, Hiromi ke mana sih? Apa jangan-jangan dia sedang belajar jadi ninja di sini?" keluh gue
  "Pssst, Stella-chan. Zano-kun"

Kami menoleh ke arah semak-semak. Hiromi melambaikan tangan. Sepertinya dia sedang memantau seseorang... Atau sesuatu. Kami menghampirinya tanpa membuat suara sedikitpun.

  "Lihat" bisik Hiromi sambil menunjuk ke utara.

Gue melihat ke utara. Ada kuburan. Seseorang yang memakai jubah hitam memegang tongkat kayu berdiri di tengah-tengahnya. Mukanya tertutupi oleh jubahnya. Tanganya ditutupi dengan sarung tangan. Gila... Serem.
  "Siapa itu?!" teriak sosok itu sambil menoleh ke arah kami
Gawat. Kami bertiga langsung berbalik ke belakang. Berniat untuk kabur tapi sosok yang tadi sudah ada tepat di depan kami. Gila!!!!
  "Oh... Hanya 2 anak muda dan... Apa ini?"
  "Gue manusia juga..." keluh gue
  "Hm... Terserah. Mengingat kalian bertiga sudah melihatku. Aku akan menunjukan kalian sesuatu"
Perasaan gue gak enak. Apalagi muka dari sosok misterius ini sama sekali gak kelihatan. Dia mengangkat tongkatnya ke udara kemudian membantingkan salah satu ujungnya ke tanah. Suara-suara berisik dari kuburan dapat terdengar dari arah kuburan.

Gue noleh ke belakang. Gue kaget waktu ngelihat mayat-mayat keluar dari dalam kuburan. Udah bau, kotor, sangar, bisa gerak lagi! Kulit mereka berubah jadi warna biru gelap. Mirip zombie... Kampret. Apa yang terjadi?!

  "Bagaimana? Jika kalian mau membantuku dalam beberapa hal... Aku akan memberi tau sedikit rahasia antara kehidupan dan kematian sehingga kalian bisa melakukan apa yang bisa kulakukan barusan" kata sosok itu dengan nada bangga.
  "Jangan-jangan kau... Necromancer!" kata Stella
  "Necromancer?" tanya gue
  "Screamer pernah menceritakan hal-hal berbau mistis. Necromancer, orang-orang yang mempelajari ilmu gelap untuk membangkitkan yang mati. Ilmu gelap yang mereka pelajari disebut necromancy" jelas Stella

Gue diem bentar... Untuk mendramatisir situasi ini.

  "Tidak-tidak-tidak-tidak anak muda. Necromancy adalah seni!" kata sosok itu
  "Terserah apa katamu, tapi kami tidak akan membantumu" balas Hiromi
  "Haah, kalau begitu aku tidak punya pilihan lain"

Sosok itu mengangkat kedua tanganya ke udara. Listrik tiba-tiba keluar dari kedua ujung tangannya dan menyambar Hiromi dan Stella. Kampret! Sinarnya silau banget! Mereka berdua tergeletak di tanah. Kulitnya mereka juga jadi biru gelap.

  "Oi! Neng! Hiromi!"
  "Nah, bagaimana denganmu?" tanya sosok itu.
  "Ehm... Itu, kenapa warna kulit mereka jadi gitu?"
  "Hm... Aku mengubah membuat mereka menari di antara kehidupan dan kematian"
  "Ah? Gue gak ngerti" kata gue
  "Aku mengubah mereka menjadi zombie untuk sementara waktu. Mereka akan bekerja untuku dan tidak akan mendengarkan siapapun" balas sosok itu. "Jadi bagaimana? Kau siap bergabung dengan mereka?"

Gue diem bentar... Kali ini bukan untuk mendramatisir suasana. Masalahnya gue gak ngerti dia bilang apa barusan. Yang gue tangkap Stella dan Hiromi jadi zombie untuk sementara... Dan itu gak bagus!

  "Tidak-tidak-tidak. Lebih baik jangan" kata sosok itu. "Mungkin kali ini aku akan membiarkanmu hidup untuk menyebarkan namaku... Supaya penghuni pulau ini jadi takut dan tunduk kepada-"

BLAK!

Gue langsung memukul sosok itu dari dada. Sosok itu jatuh, jubahnya sedikit terbuka. Gue baru tau kalau selama ini sosok itu rupanya tengkorak... yang bisa bergerak dan berbicara.

  "Kampret! Gue sama sekali gak ngerti apa yang terjadi dan lu bener-bener membuat gue bingung! Tapi kembalikan Hiromi dan Stella ke wujud normal mereka sekarang!" gue marah
  "Bhahahaha... Kalau kau bisa... Melawan epidemik yang akan disebarkan hasil seniku. Pertemuan kita hari ini sampai di sini saja... Bodoh. Seni adalah... epidemik zombie!"

Sosok itu tiba-tiba hilang begitu saja. Gue noleh ke belakang. Para zombie berjalan ke arah gue. Oke... Sekarang waktu yang bagus untuk update status facebook... AH! Bukan! Waktu yang bagus buat kabur! Gue harus memperingatkan Kawanan juga si penjaga desa!

Hiromi dan Stella bangkit dan bertindak layaknya zombie yang mengejar gue.

  "Tunggu gue! Gue berjanji... Gue akan membuat kalian menjadi normal!" teriak gue. "Hiromi! Stella!"

Bersambung
****************

  Part selanjutnya, Zano selamat dari kejaran zombie. Zano harus memberi tau hal ini pada si penjaga desa dan Kawanan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar