Sabtu, 28 Desember 2013

Zano & Kawanan : Kembali ke Jepang Part-1

  "Zano & Kawanan : Kembali ke Jepang" adalah sebuah episode dari cerita berseri "Zano & Kawanan" buatan Green Leaper.

Zano dipanggil lagi oleh Zaki untuk datang ke Jepang guna membantu Zaki. Tentu saja, dimanapun Zano berada, akan tetap terjadi kekonyolan. Kekonyolan apa sajakah yang disebabkan oleh Zano di Negeri Sakura (lagi)?

Happy Reading !



*************
Zano & Kawanan
Kembali ke Jepang
Part-1
Kembali ke Jepang... Lagi!

KRIIIIIING!!!!

  Sebuah telepon di pagi-pagi buta membangunkan gue dari tidur. Gue lagi enak-enak tidur di sofa ruang tamu malah dibangunin dengan telepon dari ruang makan. Gue harap yang nelpon bukan tukang togel yang suka nelpon sembarangan.

  "Ya halo siapa ini?"
  "Zan! Ini gua, Zaki! Masih inget kan?"
  "Oh! Iye-iye! Gimana kabar lu Zak? Pacar lu di sini dia udah mendirikan toko bunga. Temen sebangsanya ngebantuin dia di sono... Dia juga belakangan ini suka masak... Untung ada temennya, coba kalo kagak... Kita semua udah mati."
  "Ah, baguslah..."
  "Kampret lu Zak! bagusnya dimana?!"
  "Bahaha, sori. Eh, Zan... Lu bisa bantuin gua gak?"
  "Bantu.... Dalam hal apaan?"
  "Lu mau uang gak?"
  "Gak juga sih... Tapi memangnya ada apa?"
  "Gini, sekolah tempat gua ngajar lagi buat event camping nih. Nah, tapi berhubung meningkatnya tingkat kriminal di sini... Pihak sekolah jadi khawaktir untuk menyewa orang buat jadi supir untuk event camping. Berhubung gua tau lu bisa dipercaya, lu mau gak dateng ke sini buat jadi supir untuk acara kali ini?"

Gue diem bentar.... Tawaran yang bener-bener menarik di telinga gue... Tapi juga beresiko karena gue jago amat dalam nyasar. Gue udah males pergi ke Jepang semenjak terakhir kali di sana.

  "Santai aja Zan, gua nanti tanggung tiket pulang-balik plus nanti gua yang jemput elu di bandara"
  "Hm...." gue garuk-garuk kepala gue
  "Plus lagi... Siswi-siswi di sekolah tempat gua ngajar cantik-cantik lho apalagi waktu pesta kembang api"
  "Oke! Gue setuju!!"
  "Halah... Denger cewek aja langsung mau lu..."
  "Bukan masalah ceweknya, gue lebih tertarik liat pesta kembang api di sono kayak gimana"

TIIIIIIIT.....

Ya elah Zak... Belum selesai ngomong main mutusin sambungan telepon aja. Tak lama kemudian, telepon rumah berdering lagi, gue mengangkat teleponnya. Dari Zaki ternyata... Gue kira dari pak RT.

  "Sori, gua gak sengaja teken tombol off tadi... Jadi gua beliin lu tiket sekarang. Nanti gua telepon ya"
  "Yoi, makas-"

TIIIIIT.....

Kampret! Gue harap dia enggak teken tombol off lagi! Yah... Mending gue siap-siap sekalian. Terakhir kali gue ke Jepang, gue sukses nyasar bersama Novi. Setidaknya, Novi dapet pelajaran... Dia langsung belajar bahasa Jepang. Gue? Yah... Gue gagal mendapat hikmah dari pengalaman itu.

Sesil sendiri lagi memasuki jadwal syuting yang padat. Apalagi lagi banyak tawaran yang masuk. Gue khawaktir tentang dia... Tapi gue dengan begonya langsung setuju aja buat pergi ke Jepang.

  "Zano"
  "Kuda!! Jangan kagetin gue dong Mir!"

Miranda hanya tertawa. Sialan... Gue hampir kena stroke karena dia suka muncul tiba-tiba dan menghilang gitu aja.

  "Mau ke Jepang ya?" tanya Miranda
  "Yep... Temen gue lagi minta tolong" jawab gue singkat, padat, tapi gak jelas. "Tapi gue khawaktir tentang Sesil sih..."
  "Gampang, serahkan padaku" balas Miranda. "Aku bisa berinteraksi dengan objek kok. Jadi aku bisa melindungi Sesil"
  "Hm... Okelah. Makasih ya Mir"
  "Sama-sama kawan"
  "Kakak ngomong sama siapa pagi-pagi?" tanya Sesil

Sesil mengucak-ngucak matanya kirinya dan berdiri di depan pintu kamarnya dengan wajah yang masih mengantuk. Gue inget, cuma gue satu-satunya yang bisa berinteraksi dengan Miranda. Yang lainnya enggak.

  "Ah... Enggak kok.. Kakak lagi berhayal aja. Eh, Ses... Kakak mau berangkat ke Jepang"
  "Ah! Masa? Apa Kakak ikut lomba ato apaan?"
  "Enggak... Zaki telepon. Dia perlu bantuan Kakak" jawab gue
  "Ooh, ya udah... Enggak apa-apa kok Kak. Kakak gak perlu khawaktir tentang Sesil. Sesil kan udah gede. Sekalian, Sesil titip salam ke Kak Zaki"

*****************

  Beberapa hari kemudian... Akhirnya gue sampai juga di Jepang. Seperti terakhir kali gue ke sini, gue bener-bener gak tau gue dimana. Intinya, gue cuma ikut peraturan yang ada hanya bebekal ingatan terakhir kali gue ke sini.

  "Kyaa!"

[Catatan; Kalimat yang miring dan bergaris bawah terjadi dalam bahasa asing]

Seorang cewek kayaknya sedang dijambret sama 3 orang laki-laki. Ketiga orang itu langsung lari begitu mereka berhasil merebut tas milik cewek. Para sekuriti mengejar ketiga orang itu. Gue? Gue spontan ikut-ikutan ngejar.

Para sekuriti kalah cepat. Gue? Haha! Gue lebih cepat daripada ketiga orang itu. Mungkin penyebab gue bisa lari cepat adalah karena gue udah terbiasa ngejar maling dan udah terbiasa dikejar-kejar anjing liar.

Begitu gue udah cukup dekat dengan 2 dari 3 orang yang dikejar, gue melompat sedikit agak tinggi dari biasanya. Bukan mau pamer kalo gue ini jago lompat tembok pas waktu SMP, tapi gue berencana menjatuhkan kedua orang ini. Gue mendorong kepala mereka sekuat mungkin ke tanah. Kepala mereka terbentur dengan kuat di tanah (jangan ditiru ya, gue emang bandel dulu).

Tanpa menunggu, gue langsung lanjut mengejar satu orang yang tersisa. Begitu gue tepat ada di sampingnya, gue menendang dia dengan kaki kanan gue. Tendangan gue tepat mengenai kepalanya. Tak lama kemudian para sekuriti datang. Cewek yang jadi korban jambret tadi kehabisan nafas mencoba mengikuti aksi kejar-kejaran.

Gue mengambil tas yang dijambret tadi dan mengembalikannya ke cewek yang tadi. Kalo ditanya gimana orangnya... Dia sih, unik senyumannya. Rambutnya dikuncir 2.

  "Terimakasih" kata cewek itu
  "Ah.... Gak ngerti"  balas gue

Cewek itu kelihatan kaget. Gue yakin pasti karena bahasa gue yang kedengaran asing di telinganya. Gue maklumin aja...

  "Dari Indonesia ya?" tanya cewek itu

Oke, sekarang giliran gue yang kaget. Dia bisa bahasa Indonesia juga? Gue pasti lagi beruntung karena gue gak nyangka bakal ketemu orang yang bisa ngomong bahasa Indonesia selain Zaki.

  "Iya..." jawab gue yang masih kaget
  "Perkenalkan, nama saya Airi Nouchi. Terimakasih ya atas yang tadi"
  "Ah, nama gue Zano. Sama-sama" balas gue
  "Etto, boleh aku memfoto dirimu?"
  "Ehm... Iya sih boleh aja" balas gue

Ya udah... Gue setuju-setuju aja. Lumayan lah. Minimum gue udah punya temen baru di sini. Kami berjalan keluar dari bandara. Tentu aja, gue dan dia udah berbicara beberapa hal dan saling berkenalan. Rupanya dia di bandara itu karena dia sedang diminta oleh pemilik bandara untuk mengambil foto-foto bagus tentang bandara. Keren! Dia pamit pergi karena "ada urusan penting".

Sekarang Zaki dimana ya? Katanya dia mau jemput gue...

  "Zano?"

Gue noleh ke belakang. Ada seorang laki-laki. Wajahnya sih gak terlalu asing lagi bagi gue. Gak salah lagi! Dia pasti...

  "Zaki?" sapa gue
  "Yoi!" balas Zaki
  "Gila lu Zak! Gaya lu... Weits, udah kayak orang Jepang asli. Keren" puji gue
  "Eahahaha, lu juga Zan. Gak ada perubahan semenjak terakhir kali kita ketemuan. Elu tetep aja jelek"
  "Kampret lu!"

Kami berdua bercerita sedikit tentang kegilaan kami dulu sebelum Zaki pindah ke Jepang. Gue udah ceritain tentang Kawanan.... Terutama Hiromi, pacarnya... Dan betapa "mematikan" masakannya Hiromi.

  "Ya... Dia emang gitu. Orangnya suka mencoba sesuatu yang baru" Zaki menggaruk-garuk kepalanya
  "Yoi, tapi semenjak dia iseng masak, gue dan Kawanan hidup di ambang kematian dan kehidupan" keluh gue. "Eh, kembali ke topik. Jadi kapan gue bisa jadi supir? Terus apa gak apa-apa kalo gue yang jadi supir? Nanti gue ditangkep sama polisi"
  "Tenang aja Zan" bisik Zaki. "Screamer sudah mengatasi semuanya"

Sudah gue duga..... Tapi sejak kapan Screamer ada di Jepang?! Terus kenapa dia itu seperti ada di segala tempat dan seisi dunia itu takut ke dia?! Pasti ada penjelasan yang logis tentang semua ini kan? Tapi itu bukan masalah sekarang....

  "Masih ada beberapa hari lagi sebelum acaranya dimulai. Selama itu, lu tinggal aja di rumah gua. Sekalian gua mau membuat elu beradaptasi dengan lingkungan di sini" kata Zaki
  "Ya... Apa lu kata dah Bro" balas gue

*************

  Suram... Gue bener-bener gak ngerti apa-apa. Meskipun ada beberapa tulisan yang tertulis dengan bahasa Inggriss, tapi gue tetep gak ngerti karena kemampuan gue dalam bahasa asing itu benar-benar parah.

Jadi gue selalu pergi kemanapun Zaki pergi. Gue ibaratkan seorang bodyguard... Dengan kekuatan fisik yang berkecukupan tapi otak dan tampang yang di bawah standar.

Zaki, walaupun dia (masih) mahasiswa dan merupakan salah satu orang yang punya banyak toko (kecil-kecilan) di Jepang... Tapi dia juga merupakan seorang guru di SMP yang baru saja didirikan dekat sebuah desa.

Tidak seperti kebiasaanya naik angkot di Indo, Zaki lebih memilih menaiki kereta dan bus umum untuk bepergian lalu sisanya ditempuh dengan jalan kaki. Harus gue akui... Ternyata Zaki tinggal di sebuah desa kecil. Mungkin karena dia memang berasal dari kampung maka dia lebih memilih tinggal di tempat yang paling tidak... Sama atau sejenis dengan kampung darimana dia berasal.

Desanya kecil dan sederhana aja... Tapi bersih. Gue sendiri ngiri liatnya. Kalo dibandingkan dengan kampung gue, desa ini jauh lebih bersih.

Kampung gue mah... Gak peduli mau dibersihin berapa kalipun, tetep aja ada sampah. Sebagian besar sampahnya datang dari orang-orang yang lewat kampung kami. Terutama para remaja yang malmingnya di kampung kami. Tapi semenjak gue jadi hansip, jumlah remaja yang malming langsung turun drastis... Begitu juga dengan jumlah sampah yang memenuhi kampung. Lho? Kenapa gue jadi curhat?!

  "Eh... Zak... Itu sungai kan?" gue menunjuk ke sebuah sungai
  "Liat aja udah tau kan Zan?" balas Zaki
  "Wuih! Keren! Eh, fotoin dong! Fotoin dong!" gue langsung memberi Zaki HP gue
  "Malu-maluin aja lu... Tapi gak apalah"

Kapan lagi gue bisa foto di pinggir sungai Jepang? Setelah puas foto-fotoan (dan gue harus bilang, gue hampir kecebur), kami berdua berjalan ke rumahnya Zaki.

Seperti dugaan gue, gue bener-bener masih asing dengan pintu geser. Masalahnya kepala gue terus-terusan nabrak pintu geser plus, gue sendiri gak tau pintunya yang mana.

  "Mungkin seharusnya tadi kita masuk lewat pintu depan aja" keluh Zaki
  "Jadi ini bukan pintu depan?!" balas gue
  "Iye lah"
  "Elu ninggalin rumah dalam kondisi terbuka lebar walaupun tingkat kriminalitas sedang naik?!"
  "Yoi, emangnya kenapa? Gak ada barang berharga kok di dalam rumah"

Gue cuma diem. Gue gak tau mau ngomong apa lagi...

***************

  Oke, jadi rumahnya Zaki ada 3 kamar. Gue kurang mau tau berapa kamar yang ada atau sebersih dan serapi apakah kamar yang ada tapi yang jelas, dikasih kamar buat tinggal sebentar aja gue udah bersyukur. Menurut Zaki, akan lebih bagus kalo gue keliling dikit biar gue bisa beradatapsi sedikit dengan lingkungan sekitar.

Seharusnya Zaki temenin gue, tapi dia tiba-tiba ditelpon sam Hiromi. Ya gue biarin aja. Gue memutuskan untuk jalan-jalan sendiri.

Saat gue sedang jalan-jalan di desa yang sepi ini (karena gue gak liat ada satu orangpun di jalan), gue ketemu sama anak kecil yang sedang nangis di bawah pohon. Gue gak tega liatnya. Gue samperin aja.

  "Eh... Ada apa?" tanya gue

Anak kecil itu bingung. Lalu dia menunjuk ke atas pohon. Gue liat ke atas. Oooh, ternyata balon bergambar kelinci sedang tersangkut di dahan pohon. Meskipun gue pemanjat yang buruk (setidaknya hanya di Jepang aja), tapi gue akan mencoba!

  "Tenang aja, Kakak akan berusaha untuk mengambil balon itu"

Anak kecil itu kelihatan sama sekali gak ngerti apa yang gue katakan... Gue lupa, gue ngomong pake bahasa Indonesia. Gue terpaksa pake bahasa isyarat yang mudah dipahami sampe anak kecil itu mengerti maksud gue. Anak kecil itu mengangguk.

  "Oke! Ini dia!"

Gue mulai memanjat pohon dengan hati-hati.... Gue gak nyangka akhirnya gue berhasil meraih balon yang tersangkut di pohon. Gue senyum ke anak kecil itu. Anak kecil itu keliatan seneng. Dia tepuk tangan.

  "Kakak hebat!" teriak anak kecil itu

Ehm... Gue gak ngerti. Oke, sekarang hanya tinggal turun aja dari pohon.... Ehm... Turunnya gimana?! Kampret! Kenapa pohon-pohon di luar negri itu kelihatan asing banget bagi gue?!?!?!?! Gue diem beberapa menit di atas pohon.

  "Kakak? Ada apa?"
  "Bentar dulu! Kakak gak tau mau turunnya gimana!?" balas gue asal nebak apa yang dikatakan sama anak kecil itu


Mungkin dia tau kalo gue gak tau cara turun dari pohon ini gimana, akhirnya anak kecil itu nangis lagi. Gue sekarang jadi tambah bingung, gue gak mungkin lompat ke bawah! Gila lu! Itu bunuh diri namanya!

  "Kau apakan adikku hah?!"

Teriakan itu berhasil membuat gue jatuh dari atas pohon... Dengan kepala gue mendarat di tanah duluan. Gue berdiri dengan cepat lalu menoleh ke sumber suara. Bah... Ada cewek tinggi, rambutnya panjang. Dia berlari ke arah gue. Hm... Kayaknya sih dia Kakak dari anak kecil ini.

  "Ha-"
  "Rasakan ini!"

  Cewek itu langsung mengepalkan tangannya dan menyerang gue dengan tinjunya! Gue spontan menghindar. Berapa kalipun cewek (gila) ini menyerang gue, gue tetep bisa menghindar. Tiba-tiba aja kecepatan dari cewek ini bertambah. Gue telat untuk menghindari kepalan tangannya. GAWAT!!!

  "Hentikan! Yui!"

Fiuh... Cewek gila ini langsung berhenti. Tinggal beberapa centimeter lagi dan muka gue bakal kena tinjunya. Gue dan cewek yang masih gue gak kenal ini melihat ke sumber suara.

  "Wah! Airi!" sapa gue
  "Airi, dia ini orang jahat! Lihat saja wajahnya sudah seperti buronan internasional!" balas cewek ini sambil menunjuk ke gue
  "Aku kenal kenal orang itu. Dia bukan orang jahat meskipun wajahnya begitu" balas Airi

Perasaan gue jadi gak enak... Gue yakin mereka pasti ngomongin kejelekan muka gue. Gue cuma bisa senyum.

  "Tidak mungkin, padahal wajahnya seperti.... Buronan" cewek ini menatap gue
  "Zano-san! Zano-san baik-baik saja?" tanya Airi sambil menghampiri kami
  "Ya... Kira-kira begitulah" balas gue sambil garuk-garuk kepala. "Ah! Iya! Balon"

Untung gue masih memegang balon yang gue ambil dari atas pohon. Gue memberinya ke anak kecil yang tadi. Egh, leher gue sakit...

  "Terimakasih Kakak!" kata anak kecil itu. Gue cuma senyum-senyum aja (karena gak ngerti).

****************

  "Maaf ya atas kesalahpahaman yang tadi" kata Airi
  "Ya, enggak apa-apa sih... Setidaknya sekarang temen lu udah paham kalo gue gak ada niat jahat" balas gue

  Yep, Airi udah ngejelasin semuanya. Ternyata gue dikira orang jahat sama temennya yang bernama Yui. Nah, anak kecil ini... gue lupa namanya siapa tadi. Matsudo, Hiro ato apaan gitu... Tapi gue inget dia itu anak yang tinggal di deket sini bareng Paman sama Bibinya. Yui, sebenarnya bukan Kakak kandung... Tapi hubungan antara anak kecil ini sama Yui udah deket banget layaknya adik-kakak.

  "Zano-san" kata Yui

Gawat! Apakah dia akan menghajar gue lagi?! Gue dengan cepat memanjat pohon terdekat. Airi dan Yui cuma bingung melihat gue.

  "Tolonglah, Yui... Gue gak mau kena pukul lagi" keluh gue
  "Aku tidak mau menghajarmu. Aku hanya mau meminta maaf"
  "Zano-san! Yui hanya mau minta maaf" balas Airi
  "Ah, begitu. Gue kirain apaan"
  "Kalau begitu apa yang kau takutkan?" tanya Airi
  "Ah.... Cara turun dari pohon ini gimana?" tanya gue
Airi menepuk jidatnya. Dia berbicara dengan Yui. Yui menganggukan kepalanya. Oke... Perasaan gue jadi gak enak banget.
  "Zano-san! Bertahanlah, kami akan mencari orang yang bisa memanjat pohon" kata Airi

KRIIING! BRAK!
  "Addduuuuhh...."

Kampret. Deringan HP gue membuat gue kaget dan jatuh dari atas pohon. Lagi-lagi kepala gue mendarat duluan di tanah. Entah bagaimana caranya, gue gak mati.
[Mungkin karena kepalanya Zano itu keras seperti batu]

  "Zano-san! Kau tidak apa-apa?" tanya Airi
  "Ya... Gue gak apa-apa... Kayaknya" jawab gue

KRIIIING!

  "Bentar ya" gue mengangkat HP gue. "Yo? Kenapa?"
  "Zan, lu dimana? Pulang ke rumah gua sekarang Bro. Gua bosen sendirian di rumah"
  "Gue lagi jalan-jalan" balas gue
  "Bego lu, kenapa jalan-jalan sendirian?!"
  "Bukannya elu sendiri yang tadi nyuruh gue buat jalan-jalan di luar?!" balas gue

****************

  Gue pulang ke rumahnya Zaki... Dalam kondisi basah kuyup. Hujan tiba-tiba Bro. Untung gue bawa baju cadangan. Zaki sedang tidur-tiduran di lantai.... Tapi karena wajahnya yang pas-pasan, dia lebih mirip orang yang terkapar kelaparan.

  "Zan? Bagaimana jalan-jalannya tadi?" tanya Zaki
  "Yah... Lumayan. Dapet temen baru" jawab gue
  "Pasti cewek ya?"
  "Kok tau?"
  "Semua Kawanan juga tau elu itu cepet akrab dengan cewek... Sampe sekarang semua Kawanan bingung, kenapa elu itu cepet populer di kalangan wanita tapi selalu gagal punya pacar?"
  "Dunia itu penuh misteri Zak" balas gue

Kami berdua diam sejenak tanpa alasan yang jelas...

  "Ganti topik. Besok elu ikut gua ke SMP" kata Zaki
  "Yaaaaaa... Terserah" balas gue

Bersambung
*************

  Part selanjutnya, Zano akan mengikuti Zaki pergi ke SMP. Apa yang akan terjadi di sana?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar