Sabtu, 04 Januari 2014

Zano & Kawanan : Kembali ke Jepang Part-2

  "Zano & Kawanan : Kembali ke Jepang" adalah sebuah episode dari cerita berseri "Zano & Kawanan" buatan Green Leaper.

Part sebelumnya, Zano kembali lagi ke Jepang dan bertemu jerapah beberapa teman baru. Sekarang dia menemani Zaki pergi ke sebuah SMP. Apa yang akan ditemuinya di sana?

Happy Reading !


************
Zano & Kawanan
Kembali ke Jepang
Part-2
Selamat datang di SMP  Utsukushī

  "Gimana Zan?" tanya Zaki
  "Wuih.... Ini SMP apa universitas?" gue malah balik nanya
  "Bukan itu yang gua tanyakan... Yang gua tanyakan apa elu gak merasa capek?"
  "Enggaklah"
  "Ah iya, gua lupa. Elu kan manusia bertenaga, berwajah, berbau, dan bertingkah seperti kuda" ledek Zaki
  "Cicak lu!" balas gue

  Itulah gue dan Zaki. Sebenarnya gue gak berbau seperti kuda kok. Cuma dulu waktu gue dan Zaki di SMA, gue pernah satu kali gak sengaja mandi bareng kuda.... Jangan ditanya ceritanya kayak gimana.

Sekarang, gue sedang mengagumi SMP yang ada di depan mata gue. Temboknya tinggi, bersih, rapi lagi. Catnya keliatan baru. Jalan masuk ke SMP ditutup sama pagar. Ada semacam pos satpam di sebelah pintu pagar. Pagarnya gak menutupi seluruh jalan.

Zaki berjalan ke pos itu. Gue liat-liat bentar. Ada sebuah papan... Tapi gue gak bisa baca tulisannya. Gue udah merasa kayak orang buta huruf aja di sini. Tak lama setelah gue bengong melihat tulisan papan itu, Zaki datang menghampiri gue.

  "Oke, Bro. Gua udah beri tau ama yang jaga kalo elu itu sama gua. Jadi gak apa-apa kalo lu masuk"
  "Eh Zak-Zak. Arti dari tulisan itu apaan?"
  "Artinya indah. Lu ikut gua aja. Gua gak mau lu nyasar lagi"

Zaki berjalan ke dalam. Gue mengikutinya dari belakang. Gila... Baru jam 6 aja masih gelap gini. Gue jadi gak yakin kalo ini jam 6 waktu setempat.

Sekolahnya luas. Meskipun jam 6 tapi gue udah liat banyak siswa-siswi di dalam nih sekolah. Rajin banget ya... Gak kayak gue yang jam 6 aja masih molor di rumah. Sesampainya di depan gedung SMP, Zaki berhenti berjalan.

  "Oke, elu di sini aja. Gua ke dalam bentar ya"
  "Yaaaa.... Terserah lu aja" balas gue

Zaki berjalan ke dalam. Gue gak mungkin berdiri di depan gedung kayak sekuriti aja kan? Jadi gue jalan-jalan dikit lah. Seragam di sini beda ya sama yang di Indo. Entar... Bukannya tadi dia nyuruh untuk ngikutin dia karena takut entar gue nyasar? Ah sudahlah...

Gue menemukan semacam tempat duduk di taman. Lumayan... Ada mejanya juga. Gue langsung duduk aja di situ sambil menunggu Zaki. Gue sendiri gak yakin sih dia bakal nemuin gue di sini, tapi kalo dia gak nemuin gue pasti dia telepon dan nanti juga kita bakal ketemuan.

  Saat gue sedang duduk. Gue baru nyadar kalo beberapa siswa-siswi di sini pada liatin gue. Gue sih pura-pura gak tau. Kalo yang cewek, gue yakin mereka kaget dengan muka gue yang luar binasa gak jelas wujudnya ini. Tapi yang laki-laki.... Gue gak tau apa yang ada di pikiran mereka.

  "Zano" ada yang menepuk kepala gue dari belakang
  "Menepuk kepala gue dari belakang... Pasti Screamer" keluh gue
  "Benar sekali"

Gue noleh ke belakang. Ternyata bener, Screamer tapi di belakangnya ada Juita. Yang jadi pertanyaan gue, ngapain mereka berdua di sini?

  "Ngapain kamu di sini?" tanya Juita
  "Gue barusan mau tanya gitu ke kalian" balas gue
  "Kami ada sedikit urusan di Jepang" jawab Screamer

Sedikit katanya.... Kalo ada urusan tapi menyangkut Screamer, gue yakin pasti urusannya adalah sesuatu yang berhubungan dengan hukum.

  "Ah... Bentar. Sekuriti di depan gerbang gak melarang kalian masuk?" tanya gue
  "Memangnya siapa yang berani melarang Screamer?" kata Juita
  "Bener juga" gue garuk kepala
  "Ju, aku tidak suka membuat orang lain menunggu" kata Screamer
  "Ah, iya... Maaf"
  "Kalau begitu, sampai jumpa Zan" kata Screamer
  "Ya. Sampai jumpa" balas gue

  Mereka berdua berjalan pergi. Egh, bulu badan gue berdiri. Menurut gue, mereka berdua bakal jadi pasangan yang cocok. Dua-duanya sama-sama susah ditebak... Dan seolah-olah selalu ada di mana-mana dan saat Kawanan berada dalam masalah.

Tapi gue gak habis pikir apa yang dilakuin mereka berdua di sekolah ini? Ah, bukan urusan gue. Walaupun mereka terlibat dalam masalah sekalipun, mereka berdua adalah orang yang paling tangguh yang pernah gue temui (dan jadi temen) seumur hidup.

Tiba-tiba ada yang nepuk gue dari belakang lagi. Gue noleh ke belakang. Gue hampir mimisan. Cantik banget soalnya. Mungkin gue lagi beruntung.

  "Hai Zano-san! Bertemu lagi" sapa Airi dengan riang
  "Ah... Hai..." balas gue dikit gugup
  "Ano... Zano-san. Lihat, aku bawa sesuatu!"
  "Ha?"

Nih anak kenapa sih? Riang banget padahal cuma baru kemaren ketemu dan sekarang kok gue merasa. seperti dia udah akrab dengan gue. Airi mengeluarkan sebuah koran dari dalam tas miliknya lalu menunjukan koran itu ke gue.

  "Lihat, lihat Zano-san. Bagaimana menurutmu Zano-san?"
  "Arti dari tulisan di korannya apa?" gue malah balik bertanya
  "Ah, iya. Aku lupa Zano-san tidak mengerti bahasa Jepang. Maaf"
  "Ahahahah" gue cuma bisa ketawa sebagai tanda gue bener-bener bingung

************

  "Yang bener?!"
  "Iya" balas Airi

  Gue hampir salto keliling taman setelah mendengarnya. Ternyata, gue keluar di koran lokal! Tentu aja, aksi gue waktu di bandara yang dimuat. Gue baru tau kalo Airi itu kerja sampingan sebagai fotografer bayaran untuk sebuah usaha koran lokal di sini... Dan dia yang ngetik artikelnya! Gue berterimakasih banget sama dia.

  "Ahahaha, pantasan saja tadi banyak yang liatin gue" kata gue

Airi ikut-ikutan ketawa. Berarti dia gak ngerti apa yang baru gue ucapin. Ah sudahlah... Gue juga gak ngerti bahasa Jepang, gimana mau jelasinnya? Mau jelasin pake bahasa Indo tapi takutnya nanti dia malah tambah gak ngerti.

  "Ah iya, Airi sedang ngapain di sini?" tanya gue
  "Hari ini aku bekerja sampingan untuk mengantar koran. Aku membagikan koran untuk staff yang langganan di sini. Lalu setelah itu, mungkin aku akan mencari artikel lagi untuk ditulis"
  "Begitu ya"
  "Kalau begitu, aku pamit dulu. Masih ada beberapa koran lagi yang harus kuantar" kata Airi
  "Ah, boleh ikut bantu gak?" tanya gue
  "Eh? Apakah Zano-san tidak keberatan?"
  "Ya iyalah... Mending gue bantuin orang daripada duduk bengong"
  "Heeee, terimakasih!"

Kami berjalan ke arah... Semacam kantin gitu di bagian belakang sekolah. Ternyata ada beberapa staff yang nongkrong di sini. Gue yang megang koran, Airi yang bagiin. Mendingan gue bantuin orang daripada bengong.

  "Airi, apakah kamu tau kamu sedang diikuti hantu?" tanya salah satu staff
  "Hantu?"
  "Itu, yang sedang memegang koran"

Perasaan gue jadi gak enak.... Gue yakin pasti dari percakapan yang terjadi ada kata-kata yang bener-bener gak enak di denger buat gue. Gue lebih milih gak tau daripada pengen tau.

  Di luar dugaan gue, ternyata seluruh orang yang langganan koran sedang nongkrong di sini jadi kita gak perlu susah payah mencari mereka. Banyak sekali yang bertanya ke Airi. Tapi gue gak tertarik untuk tanya artinya apa, gue yakin pasti gak enak buat di dengar.

Tapi melihat banyak sekali orang yang menyapa Airi, sudah bisa gue pastiin kalau Airi adalah sosok yang lumayan dikenal di sekolah ini.

  "Selamat siang Airi-sensei!" sapa seorang siswa SMP. Orangnya pendek banget
  "Selamat siang Kaito" balas Airi
  "Eh? Siapa dia?" tanya siswa itu sambil menunjuk ke gue. "Heee, jangan-jangan dia adalah pacarnya Airi-sensei ya?"

Entah kenapa, perasaan gue kok tiba-tiba jadi senang banget walaupun gue gak ngerti sama sekali apa yang mereka bicarakan. Gue merasa seperti sedang salto di udara... Heh, sensasi yang sama saat gue gak sengaja telan obat nyamuk.

  "Bukan. Dia temanku kok. Namanya Zano. Ano... Tampangnya memang seperti orang jahat tapi percayalah, dia baik kok" kata Airi panjang lebar (dan gue gak ngerti sama sekali)
  "Begitu ya... Salam kenal Zano-san. Namaku Kaito"

Gue cuma senyum sambil mengacungkan jempol. Gue bener-bener gak ngerti.

  "Zano-san, perkenalkan.... Namanya Kaito. Murid kelas 2C" kata Airi
  "Oh, salam kenal juga..." gue mengacungkan jempol ke Kaito

Siswa SMP itu memberi Airi sebuah kertas gambar. Airi menerima kertas itu.

  "Oh iya, Airi-sensei. Lihat, aku sudah bisa menggambar perempuan. Bagaimana menurutmu Airi-sensei? Tidak buruk kan?"
  "Kyaa! Kaito! Kenapa gambarnya tidak diberi baju?!"
  "Aku gagal menggambar baju yang cocok"
  "Eh?! Kupikir sekarang kau harus belajar menggambar baju" keluh Airi
  "Hoi, ada apaan sih?" tanya gue

Gue mendekat ke Airi. Gue penasaran sama apa yang digam-

PLAK!

  "Uargh!"

Airi menampar gue. Tamparannya kuat juga...

  "Apa salahku?!" tanya gue
  "Jangan lihat" jawab Airi. "Terlalu berbahaya Zano-san!"

Gue cuma bisa diem. Anak itu berjalan. Tapi pas di depan gue dia ngomong sesuatu tapi gue gak ngerti. Tapi apapun yang dikatakan anak itu sukses membuat pipinya Airi sedikit memerah. Gue gak tertarik buat tanya artinya apa.

Eh, ngomong-ngomong. Makanan yang dimakan sama staff di sini itu rata-rata itu semacam es serut. Mungkin karena lagi musim panas...

  "Ya elah, dicariin malah nongol di sini" kata Zaki yang sudah ada di belakang gue
  "Eh, elu Zak" balas gue
  "Hai Zaki" sapa Airi
  "Hm? Hai Airi" balas Zaki

  Gue melihat ke Airi lalu ke Zaki. Oh... Mereka udah saling kenal rupanya ya? Gue merasa kalo dunia itu sempit. Zaki menepuk pundak gue.

  "Zan lu kenapa?" tanya Zaki melihat bekas tamparan di pipi gue
  "Ah! Itu... Gak apa-apa kok" gue nyari alasan. "Tadi waktu jalan cuma kesandung aja"

*****************

  Malam harinya... Gue udah bener-bener bosen dari tadi di sekolah. Tapi gue masih kebayang waktu ditampar tadi. Gue gak tau kenapa kok malah merasa seneng...

Udahlah, sekarang ada masalah yang lebih besar. Gue dan Zaki terpisah di tengah-tengah jalan. Cicak, gue nyasar lagi! Mana ini udah gelep lagi... Jalanan udah sepi, HP gue mati... Dan gue cuma punya kompas yang bahkan jarumnya gak nunjuk ke Utara.

  "Permisi"

Gue noleh ke belakang. Ada cewek yang mulutnya ditutupi masker. Yang jadi pertanyaan gue, sejak kapan dia ada di belakang gue? Perasaan dari tadi gak ada orang. Apa jangan-jangan setan?

  "Ha?" balas gue
  "Apakah aku cantik?"

Hm... Gue gak ngerti. Coba pikir... Apa yang kira-kira akan ditanyakan cewek pada saat malam hari... Hm.... Kayaknya gue bisa memperkirakan arti dari pertanyaannya barusan.

  "Eh, iya!" gue menganggukan kepala

Cewek itu melepaskan maskernya. Tuh kan! Setan! Mulutnya robek sampai ke pipinya. Liatnya aja gue udah ngeri.

  "Bagaimana dengan sekarang?"

Hm... Gue gak ngerti bahasanya... Kira-kira apa yang ditanyakan setan malam-malam ke manusia ya? Hm.... Bentar. Jangan-jangan...

  "Jangan bercanda!"

Gue langsung meninju hantu itu tepat di kepala. Hantu itu langsung menghilan. Argh! Gue gak peduli dia hantu ato cuma halusinasi gue aja. Gue gak terima malem-malem digodain! Memangnya dia pikir gue laki-laki apaan?!

  Tiba-tiba ada yang menepuk gue dari belakang. Cih, jadi muncul satu lagi? Gue noleh ke belakang, siap untuk menghajar setan apapun yang berani muncul di belakang. Tapi gue batalin niat gue.... Ternyata Airi. Wajahnya kelihatan bingung.

  "Ah... Airi..." gue menghela napas
  "Selamat malam, Zano-san"
  "Eh.. iya... Malem" balas gue. "Airi, ngapain di jalan malem-malem begini sendirian?"
  "Etto, Zano-san sendiri?"

Jawaban yang jenius. Gue gak mau bilang kalo gue lagi nyasar tapi apa boleh buat? Jujur itu lebih baik.

  "Nyasar" jawab gue

Suasana menjadi hening sebentar...

  "Tihihihi" Airi tertawa kecil-kecilan
  "Gak lucu" balas gue. "Tapi gak apa-apa, ada kompas ini kok. Di daerah asalku, gue dikenal sebagai orang yang akan tetap menemukan jalan ke tujuan tidak peduli separah apapun situasinya"
  "Eeh? Benarkah?"
  "Yeps"

Airi cuma tersenyum.

  "Ettooo... Zano-san. Sebenarnya..."
  "Hm?"
  "Sebenarnya... Ettoo...."
  "Apaan?" gue garuk kepala (kepala gue lah! Masa kepalanya dia?)
  "Sebenarnya, aku takut gelap. Ah tidak! Aku takut dengan penghuninya"

Gue cuma diem. Sekarang gue tau kenapa dia ada di sini malam-malam. Dia... Gak bisa melawan rasa takutnya terhadap hantu.

  "Oh, begitu... Ya kalo begitu, apa perlu gue antar elu pulang?" tanya gue
  "Tapi... Zano-san sendiri..."
  "Udah, tenang saja" gue mengacungkan jempol. "Memang jarak rumah beda jauh tapi ujung-ujungnya hanya melewati jalan yang sama kan?"

Airi tersenyum lalu mengangguk.

**************

  Kami berdua berjalan di jalan yang udah gue hafal. Kami melewati jalan di desa tempat Zaki tinggal tapi tentu saja gue gak berhenti di sini. Gue anterin nih anak pulang dulu. Bukannya modus, tapi gue gak bisa tinggalin temen begitu aja.

Mungkin karena takut, dari tadi Airi menempel ke gue melulu. Gue gak nyangka malam hari bisa terlihat seperti neraka bagi Airi. Kasian juga nih anak.

  "Zano-san, kau itu aneh ya"
  "Ha?"
  "Kyaa!"

Airi terjatuh. Tapi refleks gue lebih cepat daripada kecepatan orang yang jatuh. Gue berhasil menahan tangannya sebelum dia jatuh ke tanah. Airi masih dalam posisi berdiri tapi beberapa barang dari dalam tasnya hampir saja keluar.

  "Fokus Airi" keluh gue. "Hm?"

Kacamata? Di tasnya Airi ada kacamata... Tapi kacamata ini bukan model kacamata buat gaya-gayaan. Ini adalah kacamata untuk membantu penglihatan. Kenapa dia enggak make ya?

Airi menyadari kalo gue sedang melihat ke kacamata yang hampir keluar dari tasnya. Dia langsung memasukan kacamata itu barengan dengan barang-barang lain yang hampir keluar dari dalam tas. Gue bingung dengan tingkah anak ini. Apa yang memalukan dari kacamata itu? Halah, sudahlah. Bukan urusan gue.

  "Te-terimakasih"
  "Hm... Ya-ya-ya"

Walaupun gue sebenarnya sedikit penasaran kenapa dia gak make kacamata, tapi gue pura-pura gak tertarik. Kami melanjutkan perjalanan... Semakin gelap, maka Airi akan semakin takut. Setelah sampai di depan sebuah rumah, Airi berhenti melangkah.

  "Sudah sampai" kata Airi dengan riang
  "Airi!"

Yui keluar dari dalam rumah. Ehm... Gue harap dia enggak mau menghajar gue seperti kemaren. Tapi... Apa Yui serumah dengan Airi? Haaah, gue gak mau tau... Yang penting Airi udah sampe di rumahnya.

  "Aku baru saja akan keluar untuk mencarimu! Aku khawaktir sekali Airi!" kata Yui
  "Maaf membuatmu takut. Berterimakasihlah pada Zano-san. Kalau bukan dia, aku mungkin sampai sekarang belum pulang" balas Airi

Gue cuma garuk-garuk kepala karena gak ngerti apa yang mereka omongin.

  "Terimakasih Zano-san" kata Yui
  "Terimakasih Zano-san" kata Airi
  "Yah, sama-sama" gue ngacungin jempol. "Kalau begitu, gue pamit dulu"

Gue berjalan kembali. Tujuan selanjutnya? Rumahnya Zaki di desa sebelah. Gue gak mungkin nyasar, noh jalan yang dilalui kan sama aja.

  "Zano-san!" teriak Airi
  "Yooo?" gue noleh ke belakang
  "Maaf tentang yang tadi di sekolah ya"

Maksudnya dia tentang tamparan tadi di sekolah... Biarpun dia cewek, tapi tamparannya lumayan kuat juga. Gue ketawa kecil-kecilan.

  "Ya, enggak apa-apa kok" gue mengacungkan jempol lagi

Gue kembali berjalan. Hari semakin gelap... Gue juga gak mau buat Zaki khawaktir... Atau mati bosen di rumahnya sendirian.

Bersambung
*************

  Part selanjutnya, Zano berhasil menemukan jalan pulang setelah sempat nyasar sebentar. Besoknya, dia harus kembali ke SMP untuk memastikan persiapan untuk event yang akan datang. Apa yang akan terjadi?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar