Sabtu, 18 Januari 2014

Zano & Kawanan : Kembali ke Jepang Part-3

  "Zano & Kawanan : Kembali ke Jepang" adalah sebuah episode dari cerita berseri "Zano & Kawanan" buatan Green Leaper.

Part sebelumnya, Zano sudah berkunjung ke SMP dimana Zaki mengajar. Keesokan harinya, Zano kembali lagi untuk membantu persiapan untuk event yang akan datang.

Happy Reading!



*****************
Zano & Kawanan
Kembali ke Jepang
Part-3
Kelas 2C

   Seluruh siswa-siswi disini sedang giat mempersiapkan diri mereka untuk event yang akan datang. Murid-murid kelas 1, 2, dan 3 sibuk mondar-mandir membawa barang-barang. Ini untuk persiapan acaranya kelas 3 yang akan diadakan di sekolah sementara ada sebagian kelas 1 dan 2 yang akan melakukan acara mereka sendiri di luar sekolah.

Gue dan Zaki sedang berjalan di halaman depan sekolah ini. Gue bisa liat antusias dan semangat para siswa di sini menyangkut event mendatang. Haah, kembali lagi waktu gue SMP... Gak ada satupun dari kami para siswa yang tertarik buat event yang diadakan sekolah (dalam hal ini, kerja bakti).

  "Hebat, mereka semua bener-bener semangat" puji gue ke Zaki
  "Tidak seperti masa SMP ya?" ledek Zaki
  "Bukannya waktu SMP elu dalang yang ngatur semua siswa buat bolos pas sekolah ngadain event?" balas gue
  "Habisnya mau gimana lagi? Kerja bakti adalah satu-satunya tipe event yang diadakan sama SMP kita"

Kami masuk ke dalam gedung SMP. Wuih, banyak banget rak sepatu di sini. Apa gak ada yang takut kemalingan? Kalo ada sekolah kayak gini di Indonesia, gue yakin. Perginya pake sendal, pulangnya pake sepatunya orang.

  "Di sini gak ada yang bakal mencuri kok Zan. Sebelum masuk, kita harus buka sepatu" jelas Zaki
  "Gak kotor di dalem?" tanya gue
  "Justru karena semua orang melepas sepatu disini, makanya di dalam gedung itu bersih" jawab Zaki
  "Selamat pagi, Zaki-sensei!" sapa 2 murid yang lewat
  "Selamat pagi Eri, Gikama. Apa semuanya sudah berkumpul di tempat yang kukatakan?"
  "Sepertinya belum semuanya sensei. Masih ada beberapa dari kami yang masih membantu kelas 3 tapi aku yakin mereka pasti akan datang sebentar lagi" jawab salah satu murid
  "Ah, begitu. Baiklah. Pastikan kalian ada di tempat yang kukatakan tepat pada waktunya ya"
  "Baik sensei!"

Kedua murid itu lanjut berjalan. Kami berdua melepaskan sepatu dan berjalan ke dalam gedung. Gue akui, rapi dan bersih. Bentuk ruang kelasnya aja beda jauh dari yang sekolah di Indo. Gue jadi merasa asing. Beberapa siswa yang kami temui dalam perjalanan terlihat sedang sibuk. Kayaknya mereka murid kelas 1 dan 3... KAYAKNYA.

Kami berhenti di depan sebuah ruangan besar. Zaki menggeser pintu lalu masuk, gue ikutin dia aja. Ruangannya besar sekali. Banyak sekali murid yang langsung memperhatikan kami. Ada beberapa orang tua yang menurut gue, pasti guru di sini.

  "Oh, Zaki rupanya" sapa salah satu guru. "Ng?"

Para guru melihat gue. Perasaan gue jadi gak enak.

  "Kau sadar kau diikuti oleh setan kan? Zaki?"

Zaki menoleh ke gue. Gue mengangkat bahu gue sambil menggelengkan kepala. Satu-satunya orang yang gak ngerti apa yang terjadi adalah gue.

  "Senpai... Dia adalah orang yang kukatakan"
  "Oooh, jadi kau orang yang dikatakan oleh Zaki? Yang akan menjadi supir sementara" tanya salah satu guru

Kampret... Kalo bisa ngomong gitu kenapa gak dari tadi...

  "Ya... Saya orangnya" jawab gue
  "Kau terlihat kurang bisa dipercaya" balas guru itu
  "Takashi-senpai, dia bisa dipercaya. Meskipun tampangnya memang tampang kriminal" jawab Zaki
  "Cicak lu Zak" bisik gue
  "Kalau Zaki sampai memilihmu, berarti kau adalah orang yang bisa dipercaya. Kami mohon bantuanna Zano" kata guru Takashi
  "Ya! Aku akan berusaha sebaik mungkin" balas gue
  "Zaki, satu-satunya kelas yang tidak ada di sini hanya kelas didikanmu 2C" kata guru Takashi
  "Tch, gawat... Jangan lagi. Kami akan mencari mereka sekarang. Kami akan kembali sebelum rapatnya dimulai" balas Zaki

Zaki berjalan keluar, gue tetep mengikuti dia.

  "Kita ke mana?" tanya gue
  "Mencari anak didikan gua... Kelas 2C" balas Zaki
  "Zaki-sensei!"

Kami menoleh ke sumber suara. Seorang siswa yang gak asing lagi berlari ke arah kami. Siapa lagi kalau bukan siswa yang gue ketemu di kantin kemaren.

  "Kaito?" kata Zaki
  "Wah, Zano-san terlibat juga" kata Kaito
  "Kaito, dimana yang lain?" tanya Zaki
  "Di lapangan baseball"

**************

  Bener apa yang dibilang Kaito (Zaki yang translate). Semua anak-anak didikannya Zaki ada di lapangan baseball. Zaki langsung mengomeli mereka. Gue gak heran kenapa anak didikannya Zaki bandel, soalnya waktu SMP... Zaki adalah murid terbandel nomor 1. Gue adalah nomor 2.

Setelah Zaki ngomong panjang lebar (dan gue sama sekali gak ngerti), anak-anak kelas 2C berjalan kembali ke dalam gedung sekolah. Zaki melemparkan sebuah kunci ke gue. Gue menangkapnya.

  "Zan, lu ngerti mesin kan?"
  "Yoi, tapi gak sebaik Anton"
  "Oke, lu tolong cek bus yang di parkiran. Pastiin kondisinya siap buat besok. Kalo seandainya elu perlu peralatan, lu bisa pake aja alat-alat yang sengaja ditaruh di bagasi bus"
  "Oke! Gue paham!"

Gue berjalan ke parkiran. Gak masalah mau di Jepang kek, di Indonesia kek, mau di Afrika kek, pada dasarnya semua mesin itu sama. Itulah yang dikatakan Anton ke gue. Meskipun gue gak ngerti bahasa Jepang, gue cukup memperhatikan papan-papan yang bergambar mobil aja ato bertuliskan huruf "P" kok.

****************

  Gue sampai juga di parkiran. Gue langsung memeriksa sejumlah bus yang ada. Kondisinya bagus-bagus semuanya. Tentu aja ada beberapa sekuriti di sana tapi mereka udah tau kalo gue ini bawahannya Zaki. Seluruh bus di sini sudah diisi bahan bakar. Siap buat perjalanan tapi...

Kenapa ada beberapa baut yang terlepas dari tempatnya?! Haaah, mau gak mau gue harus perbaiki lagi. Gue mengambil peralatan yang gue perlukan dan mulai memasang kembali baut-baut yang berceceran. Saat gue sedang memasang kembali baut tempat duduk ada yang menepuk bahu gue. Gue noleh ke belekang.

  "Airi?"
  "Hai" sapanya dengan riang

Rambutnya hari ini dikuncir 2. Dia jadi keliatan lucu... Setidaknya buat gue. Gak tau apakah dia memang terlihat tambah imut ataukah karena gue memang suka liat cewek yang rambutnya dikuncir 2. Seperti biasa, tas samping kecilnya selalu ada di pinggangnya.

  "Airi, apa yang lu lakukan di sini?"
  "Aku ditugaskan untuk meliput kegiatan di sekolah ini" jawab Airi
  "Ha? Meliput?"
  "Apa aku mengganggu?" tanya Airi
  "Enggak lah" jawab gue

Gue memastikan sekali lagi semua baut yang terlepas sudah ada pada tempatnya. Gue meletakan kembali peralatan pada tempatnya. Haaah.... Setelah ini ngapain? Airi dari tadi cuma mengikuti gue.

  "Zano-san!" teriak Kaito
  "Hm?"
  "Uwaa, maaf Airi-sensei. Aku tidak tau kalau kalian sedang berpacaran di sini"
  "Kenapa seisi sekolah ini menuduhku berpacaran dengan Zano-san?" keluh Airi
  "Kaito, ada apa?" tanya gue
  "Apakah Zano-san sudah selesai dengan pemeriksaanya?"

Gue cuma diem. Untung ada Airi, dia yang menerjemahkan komunikasi kami berdua sehingga nyambung ngomongnya.

Rupanya, rapatnya sudah selesai. Kaito, diutus oleh Zaki untuk menanyakan apakah bus-bus dalam kondisi baik atau tidak. Berhubung gue udah selesai dengan pemeriksaan busnya, daripada menganggur, gue memutuskan untuk membantu murid-murid di sini mempersiapkan acara buat kelas 3.

Tapi yang perlu gue awasi itu kelas 2C, karena mereka rada-rada miring otaknya... Sama seperti Zaki. Tapi kalau dibandingkan dengan gue, mereka semua termasuk Zaki masih belum ada apa-apanya.

BRAK!

  Papan tulis dari kelas 2C jatuh tanpa alasan yang jelas. Seorang siswa tertimpa. Tentu aja kelas jadi panik. Gue tanpa berpikir panjang langsung berlari menolong. Airi ingin menolong tapi dia kelihatan bener-bener bingung harus ngapain.

  "Baiklah! Awas!" teriak gue

Seisi kelas memandang gue dengan heran. Iye, gue tau mereka gak paham apa yang barusan gue ucapin. Tapi bodo amat! Nyawa seorang siswa yang pendek sedang dalam bahaya. Gue mengangkat papan yang ternyata lebih berat daripada dugaan gue. Para siswa lain langsung menarik teman mereka yang terimpa papan.

Siswa tersebut tidak sadarkan diri.

  "Oi, Tetsu! Oi!" teriak Kaito pada temannya yang sedang tidak sadarkan diri
  "Zano-san, kita harus bawa dia ke ruang kesehatan sekarang" bisik Airi
  "Oke!"

Gue langsung menggendong siswa yang pingsan itu dan berlari ke ruang kesehatan... Tentu aja dengan bantuan Airi yang bertindak sebagai penunjuk arah. Dia kok tau segala sesuatu tempat ini? Terus anak-anak pada manggil dia sensei. Apa dia juga pernah ngajar di sini?

Sesampainya di ruang kesehatan, gue membaringkan siswa tadi di tempat tidur. Para staff di sini langsung memberikan pertolongan pertama. Airi hampir kehabisan nafas mencoba mengikuti gue yang larinya cepat ini.

Para staff di sini ngomong ke gue tapi gue gak ngerti. Beberapa staff langsung terlihat berlari ke arah mesin setrum. Tapi listriknya mati. Ada generator cadangan di belakang sekolah tapi gak tau kenapa kok gak menyala.

  "Mereka mengatakan bahwa Jantungnya Tetsu semakin melemah" kata Airi
  "Gawat. Mana listrik mati lagi. Apa generator di belakang sekolah tidak dinyalakan?!"
  "Harus dinyalakan secara manual" balas Airi
  "Kalau begini terus, Tetsu tidak akan bertahan lama" keluh salah satu staff
  "Tch, kalau begini tidak ada pilihan lain!"

Gue melihat ke jendela. Ada semacam kabel telepon, kelihatan cukup kuat. Kabel telepon yang melayang ini terhubung ke sebuah kotak kecil tak jauh di lantai 1... Gue jadi gak yakin ini kabel telepon apa kabel listrik Gue membuka jendela. Karena gue pake baju 2 lapis hari ini, gue melepas 1 lapis baju.

  "Apa yang akan dilakukannya?" tanya salah satu staff
  "Etto... Zano-san, apa yang kau lakukan?" tanya Airi
  "Sudah pasti kan" balas gue. "Menyelamatkan siswa itu"
  "Tunggu dulu, Zano-san. Tapi kau tidak akan tepat waktu"
  "Lihat saja Airi!"

  Gue berlari dan melompat keluar jendela. Gue memakai baju gue sebagai bantuan untuk "bergantung" pada kabel. Gue berhasil bergantung, karena kabelnya miring ke bawah jadi gue juga secara otomatis terbawa kabelnya ke tanah.

Setelah mendarat di tanah, gue kembali memakai baju yang gue lepas tadi sambil terus berlari ke belakang sekolah. Ketika melewati parkiran, gue mengambil kotak peralatan sambil terus berlari ke arah generator.

Para sekuriti dan orang-orang disekitar kebingungan melihat gue. Gue mendekati generator tersebut. Ada beberapa sekuriti yang kelihatan kebingungan kenapa generatornya tidak hidup.

  "Minggir!"

Gue langsung membuka kotak peralatan dan memeriksa generator kecil ini. Ternyata apa yang diajarkan Anton ada gunanya juga. Gue berhasil menghidupkan kembali generator kecil sialan ini. Jangan tanya gimana caranya, itu rahasia antara gue dan Anton.

Para sekuriti menatap gue dengan heran bercampur kagum.

  "Tunggu dulu... Bukankah, dia yang kemarin muncul di koran itu ya?" tanya salah satu sekuriti
  "Tidak salah lagi, dialah orangnya"

Fiuh... Sekarang listrik sudah menyala. Gue penasaran apakah para staff di ruang kesehatan sudah mengobati tuh anak? Gue mengembalikan peralatan yang gue pinjem lalu berlari secepat mungkin kembali ke ruang kesehatan di lantai 2.

  Sesampainya gue di sana, anak-anak dari kelas 2C sudah ada di depan ruang. Gue membuka pintu. Zaki, Airi, Kaito dan seorang guru (gue lupa lagi namanya siapa) menatap gue.

  "Zano-san! Kau berhasil!" kata Airi dengan kagum
  "Gua akui Zan... Elu tadi cukup gila untuk melompat dari lantai 2" kata Zaki dengan kagum
  "Ha? Jadi semua orang tadi ngeliatin gue ya?" tanya gue
  "Bego lu, ya iyalah. Belum ada orang yang cukup gak waras buat melompat dari lantai 2 demi mempersingkat waktu untuk menyelamatkan seseorang"

Gue cuma bisa ketawa.

  "Anda benar-benar nekat... Sama persis seperti yang dikatakan oleh Zaki" kata guru itu. "Saya mengucapkan terimakasih banyak karena sudah mau menolong anak ini"
  "Ahahaha" Gue garuk-garuk kepala
  "Zano-san" kata Kaito

Gue noleh ke Kaito. Beberapa anak-anak kelas 2C ada di belakangnya.

  "Kami, mewakili seluruh anggota kelas 2C mengucapkan terimakasih karena sudah mau menolong teman kami!"

Gue gak ngerti. Gue menjeling ke Zaki. Zaki tersenyum sambil menganggukan kepala. Gue menjeling ke Airi. Airi tersenyum. Oooh, gue ngerti maksud dari apa yang diucapin Kaito barusan. Gue mengangguk.

  "Sama-sama Kaito"

******************

  Hari sudah sore. Gue baru saja selesai membantu anak-anak buat persiapan untuk kelas 3. Zaki sedang mengurus murid didikannya yang tadi kena kecelakaan. Airi sedang mengambil foto di sana-sini. Tapi dia bilang kalo nanti dia datang lagi. Gue lagi enak-enakan sandar di pinggir bus.

  "Zano-san"
  "Hm? Airi? Sudah selesai ta?" tanya gue
  "Ya sudah selesai" jawab Airi dengan riang. "Apa Zano-san masih punya urusan di sini?"
  "Enggak juga sih. Zaki lagi sibuk jagain anak didiknya sampe ortu dari anak didikannya itu dateng. Tapi berhubung ortunya itu orang sibuk jadi pasti mereka datangnya malem. Gue disuruh pulang duluan" jawab gue

Airi mengangguk.

  "Jadi, Airi mau pulang?" tanya gue
  "Etto... Iya. Semua urusanku sudah selesai"
  "Yah.. Kalo begitu kita pulang sama-sama. Sekalian gue anter"
  "Eeh? Terimakasih Zano-san!"

*********

  Kami berdua berjalan. Gak tau kenapa, tapi dari tadi gue diliatin sama Airi mulu. Gue jadi gugup juga kalo diliatin terus-menerus. Gue bales dia dengan cara terus-terusan menatapnya. Akhirnya dia kalah, justru dia yang jadi gugup. Ha! satu-kosong!

  "Etto... Zano-san"
  "Yo?"
  "Tentang tadi, kenapa Zano-san begitu bersikeras untuk menyelamatkan Tetsu walaupun kelihatannya tidak mungkin?" tanya Airi
  "Hehehe"

Gue garuk-garuk kepala. Airi keliatan penasaran dan bingung. Dia memang kelihatannya begitu ingin tau. Ya... Jawabannya simple aja sih.

  "Kebersamaan"jawab gue
  "Eeh? Kebersamaan?" Airi kelihatan tidak mengerti
  "Gue melihat semangat dan kekompakan dari para murid kelas 2C. Bagi mereka, setiap anggota di kelas mereka adalah keluarga bagi mereka" jelas gue

Airi memperhatikan gue dengan serius.

  "Hm... Semua orang tentu punya keluarga tapi aku sendiri belum pernah melihat yang senekat itu demi orang lain" balas Airi
  "Apakah Airi pernah merasa.... Kehilangan di dalam hidup?" tanya gue
  "Eeh? Tentu saja!"
  "Gue punya adik... Sesil namanya"

Gue berhenti berjalan. Airi berhenti berjalan juga.

  "Dia adalah satu-satunya keluarga gue yang tersisa"
  "Zano-san..."
  "Suatu hari, gue sempat hanyut kebawa banjir. Sesil, dia... Walaupun dia tidak tau berenang, tapi dia nekat terjun untuk menyelamatkan gue"
  "Lalu.... Apa yang terjadi?" tanya Airi dengan penasaran
  "Dia berhasil menyelamatkan gue. Tapi pada saat bersamaan, dia sendiri hampir mati karena tenggelam. Pada saat dia sadar, gue bertanya pada dia"
  "Bertanya?"
  "Kenapa Sesil menyelamatkan Kakak?"

Suasana menjadi hening... Gue harap kalo nanti kisah gue ini ditulis, kisah gue gak bakal kedengaran seperti adengan TV.

  "Lu tau apa jawabannya Airi?" tanya gue
  "Apa?"
  "Dia menjawab; Mungkin bagi orang lain, Kakak memang tidak ada arti atau mungkin hanya merupakan sebagian dari kehidupan orang lain. Tapi bagi Sesil sendiri, Kakak adalah... Segalanya. Kakak adalah kehidupan Sesil yang tersisa"

Gue sampe gak nyadar kalo air mata keluar dari mata gue...

  "Lalu gue terpikir, mungkin di mata orang lain. Tetsu hanya seorang pelajar. Tapi bagaimana di mata keluarganya sendiri? Bagaimana dengan teman-teman sekelasnya? Tetsu adalah... Bagian dari keluarga mereka" kata gue
  "Hee...." Airi kagum
  "Selain itu, gue menolong orang bukan karena supaya gue terlihat kuat... Tapi karena gue sudah tau bagaimana rasanya kehilangan" lanjut gue

Gue diem sebentar. Gue membersihkan air mata yang mengalir.

  "Ayo, kita pulang sebelum keburu malam" ajak gue sambil mulai berjalan

Gue noleh ke bekalang. Airi masih terpaku melihat gue. Nih anak kenapa sih?

  "Hoi, nanti gue tinggalin lho" ledek gue
  "Ah! Tunggu! Zano-san!" balas Airi sambil berlari menyusul gue
  "Tidak akan" ledek gue
  "Zano-san! Iiiih, jahat!"

****************

  [Bagian ini dilihat dari sudut pandang orang ketiga]

  Sesampainya di rumah Airi...

  Airi, membuka pintu. Yui, yang merupakan sahabatnya langsung berlari ke Airi. Dia terlihat benar-benar khawaktir pada Airi. Tapi raut wajahnya Airi menunjukan bahwa dia sedang gembira.

  "Aku pulang" sapa Airi
  "Airi! Aku khawaktir sekali. Kenapa kau selalu pulang duluan belakangan ini?" balas Yui
  "Maaf, aku diantar oleh Zano"
  "Si aneh itu?"
  "Ya... Si aneh itu"

Airi menundukan kepalanya. Yui terlihat mulai bingung. Karena baginya tidak biasa Airi bertingkah seperti itu.

  "Yui"
  "Ada apa? Apakah si aneh berbuat macam-macam padamu?" tanya Yui
  "Bukan, dia orang baik kok meskipun aneh..." balas Airi, wajahnya sedikit menjadi merah
  "Lalu ada apa? Kenapa dengan wajahmu?"
  "Untuk pertama kalinya... Aku... Aku merasa begitu nyaman di dekat laki-laki"
  "Heee?!"

Yui terlihat syok sedikit untuk sementara. Suasana menjadi hening untuk beberapa saat. Yui kemudian mengganggukan kepalanya sedikit.

  "Aku mengerti. Tak seperti biasanya kau merasa nyaman di dekat orang lain selain aku" kata Yui. "Tapi biar bagaimanapun, kau lebih baik berhati-hati, mereka masih mengincarmu. Walaupun sampai sekarang belum ada tanda-tanda pergerakan dari mereka"
  "Ya... Aku mengerti. Terimakasih Yui"

Bersambung
**************

  Part selanjutnya, hari pertama dari event untuk kelas 2C akan dimulai keesokan harinya. Dan siapakah "mereka" yang dibicarakan oleh Yui dan Airi?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar