Entri Diary
sebelumnya
________________________________________________________
10 April, 2200
Dear Diary,
Setelah
melalui banyak pertimbangan. Aku memutuskan untuk menyusup ke Zona
Merah Jakarta dengan harapan, aku bisa menemukan aztifak yang dihargai
Rp.50 Milyar - lebih dari cukup untuk membayar seluruh hutang
keluargaku.
Tentu
saja ayah tidak setuju. Tetapi setelah melalui perdebatan singkat, dia
setuju juga untuk mengijinkanku pergi. Aku tahu, Jakarta adalah kota
asal ibuku. Meskipun 17 tahun telah berlalu, aku yakin mungkin masih ada
sedikit petunjuk tentang misteri hilangnya ibuku di Jakarta yang
sekarang menjadi Zona Merah.
Aku
berkonsultasi dengan Rattler, sahabatku sekaligus Zoners yang tahu
lebih banyak tentang Zona Merah dibandingkan siapapun yang kukenal
tentang cara menyusup ke Zona Merah. Dia memang belum mengatakan cara
menyusup ke sana, tetapi dia setuju untuk membantuku.
Aku
membawa HR-40 dan amunisinya, senapan laras panjang yang dikhususkan
untuk memburu. Senapan itulah yang pertama kali kugunakan untuk belajar
menembak. Aku juga tidak lupa membawa kartu identitas dan izin untuk
memegang senapan untuk berjaga-jaga. Aku juga membawa beberapa pakaian
dan celana ganti. Beberapa bekal, sebuah handuk, sisir, cermin, dan
tabungan pribadiku.
Kupikir, aku akan langsung menuju ke
Zona Merah Jakarta, tetapi menurut Rattler, aku tidak akan bertahan lama
di Zona Merah jika seperti ini. Sehingga kita akan pergi ke Zona Kuning
yang dekat dengan Zona Merah Jakarta. Dia ingin aku menemui seseorang.
Aku sempat melihat suasana rumahku dan juga teman-temanku untuk terakhir
kalinya. Siapa tahu, mungkin aku tidak akan pernah kembali ke sini
lagi.
Aku penasaran, kehidupan di Zona Kuning
itu seperti apa. Apakah seburuk yang kudengar dari kabar-kabar berita?
Aku akan segera tahu kebenaran cerita-cerita tentang Zona Kuning
sebentar lagi.
Catatan kecil untuk diri sendiri ; jangan berpikir untuk memakai rok di Zona Merah
~ Yumeka ~
________________________________________________________