Jumat, 07 November 2014

The Red Zone Part-3

  Entri Diary sebelumnya

________________________________________________________

10 April, 2200

  Dear Diary,

Setelah melalui banyak pertimbangan. Aku memutuskan untuk menyusup ke Zona Merah Jakarta dengan harapan, aku bisa menemukan aztifak yang dihargai Rp.50 Milyar - lebih dari cukup untuk membayar seluruh hutang keluargaku.

Tentu saja ayah tidak setuju. Tetapi setelah melalui perdebatan singkat, dia setuju juga untuk mengijinkanku pergi. Aku tahu, Jakarta adalah kota asal ibuku. Meskipun 17 tahun telah berlalu, aku yakin mungkin masih ada sedikit petunjuk tentang misteri hilangnya ibuku di Jakarta yang sekarang menjadi Zona Merah.

Aku berkonsultasi dengan Rattler, sahabatku sekaligus Zoners yang tahu lebih banyak tentang Zona Merah dibandingkan siapapun yang kukenal tentang cara menyusup ke Zona Merah. Dia memang belum mengatakan cara menyusup ke sana, tetapi dia setuju untuk membantuku.

Aku membawa HR-40 dan amunisinya, senapan laras panjang yang dikhususkan untuk memburu. Senapan itulah yang pertama kali kugunakan untuk belajar menembak. Aku juga tidak lupa membawa kartu identitas dan izin untuk memegang senapan untuk berjaga-jaga. Aku juga membawa beberapa pakaian dan celana ganti. Beberapa bekal, sebuah handuk, sisir, cermin, dan tabungan pribadiku.

Kupikir, aku akan langsung menuju ke Zona Merah Jakarta, tetapi menurut Rattler, aku tidak akan bertahan lama di Zona Merah jika seperti ini. Sehingga kita akan pergi ke Zona Kuning yang dekat dengan Zona Merah Jakarta. Dia ingin aku menemui seseorang. Aku sempat melihat suasana rumahku dan juga teman-temanku untuk terakhir kalinya. Siapa tahu, mungkin aku tidak akan pernah kembali ke sini lagi.

Aku penasaran, kehidupan di Zona Kuning itu seperti apa. Apakah seburuk yang kudengar dari kabar-kabar berita? Aku akan segera tahu kebenaran cerita-cerita tentang Zona Kuning sebentar lagi.

Catatan kecil untuk diri sendiri ; jangan berpikir untuk memakai rok di Zona Merah
  ~ Yumeka ~
________________________________________________________



**********************
The Red Zone
Part-3
Inikah Zona Kuning?

  "Hoi, kawanku. Bangunlah. Yumeka? Hoi... Bangunlah kawanku. kita sudah sampai"

  Yumeka membuka matanya dengan perlahan. Dia merapikan rambut yang menutupi wajahnya yang lucu dengan tangannya. Dia melihat ke samping kanan. Rattler tampaknya sedikit kelelahan mencoba membangunkan Yumeka yang tertidur pulas dari tadi.

  "Astaga... Kau benar-benar sulit dibangunkan" keluh Rattler. "Ayo, turun. Kita sudah sampai"

Rattler keluar dari mobil. Yumeka membuka pintu. Hal pertama yang menarik perhatiannya adalah lingkungan kota ramai yang dipenuhi pasir dan debu dimana-mana. Pasir-pasir dan debu-debu berterbangan begitu Yumeka menginjakan kakinya di tanah.

Sambil menutup pintu, dia melihat-lihat sekitarnya. Gedung-gedung yang rusak terlihat sejauh mata memandang - ada yang memiliki bekas terbakar, tembakan dan bahkan ada yang sebagiannya sudah runtuh. Ajaibnya, masih banyak orang yang tinggal di gedung-gedung tersebut.

  "Selamat datang di Zona Kuning kawanku!" ucap Rattler melihat Yumeka yang masih sedikit merasa aneh melihat sekitarnya



Orang-orang di Zona Kuning rata-rata memakai pakaian bekas, robek, ketinggalan jaman dan sangat kotor. Ada banyak mobil-mobil yang sudah rusak, dan bahkan habis terbakar memenuhi jalanan. Tidak seperti Zona Hijau yang bersih dari sampah, di Zona Kuning, sampah bertebaran dimana-mana. Jalan raya juga sepi dari kendaraan.

Meskipun berdebu, kotor dan dipenuhi reruntuhan gedung serta kendaraan yang terbakar. Masih banyak orang melakukan aktivitas sehari-hari mereka di sini.

Sebuah truk militer mengangkut personil bersenjata lengkap terlihat melintasi sebuah jalan dan menuju lebih dalam ke inti Zona Kuning.

  "Ayo, ke sini kawanku" ucap Rattler mengagetkan Yumeka
  "Ah.. Iya"
  "Hoi, jangan lupa bawa senapanmu itu"

Yumeka mengambil senapan miliknya yang diletakan di dalam sebuah kotak senjata dan berjalan mengikuti Rattler menyusuri tepi jalan yang padat dan berdebu. Jalan raya di samping kanan mereka dipenuhi dengan rongsokan kendaraan bekas terbakar sehingga mereka tidak bisa melanjutkan dengan mobil. Kecuali jika mereka tak keberatan untuk menyingkirkan rongsokan yang banyak. Setiap kali mereka melangkah, pasir dan debu bertebangan. Yumeka merasa jika ada banyak pasir yang masuk ke dalam sepatunya.

  "Inikah... Zona Kuning?" gumam Yumeka dalam hati

Yumeka melihat gedung-gedung yang bekas terbakar. Ada beberapa orang yang tampaknya seperti warga lokal, memegang senapan. Mereka memperhatikan Yumeka dari jendela dan atap gedung. Hal itu membuat Yumeka merasa tidak nyaman. Dia mempercepat langkah kakinya dan berjalan tepat di samping Rattler yang tampaknya sudah terbiasa dengan kehidupan di Zona Kuning.

  "Rattler, ada yang memperhatikanku" bisik Yumeka
  "Itu karena kau adalah orang dari Zona Hijau"
  "Tapi darimana mereka tahu kalau aku dari Zona Hijau?"
  "Pakaianmu yang modern itu"

Yumeka melihat pakaian yang dikenakannya baik-baik. Jaket hitam dengan sebuah syal abu-abu di lehernya. Baju kaos abu-abu lengan panjang. Celana panjang warna hitam dan sepatu modern hitam.

Yumeka memperhatikan orang-orang sekitarnya dan cara berpakaian mereka. Pakaian yang ketinggalan jaman, robek, kusam, dan penuh dengan debu.

  "Lalu, kenapa mereka tidak memperhatikanmu?" tanya Yumeka yang masih bingung
  "Itu karena aku sering ke sini. Jadi mereka hafal wajahku walaupun  tidak tahu namaku. Ah, bicara soal wajah. Wajahku dianggap cukup normal untuk orang-orang di sini... Tapi kau?"

Yumeka mengelus-ngelus pipinya. Dia mengeluarkan cermin dan melihat dirinya sendiri namun dia tidak menemukan penyebab apa yang membuat wajahnya berbeda dengan orang-orang di Zona Kuning. Semua orang di sini terlihat cukup normal.

  "Kau baru pertama kali di sini, jadi kau tidak akan begitu paham maksudku" bisik Rattler

Yumeka melihat ada sebuah truk berhenti di tengah-tengah jalan. Dari truk tersebut, ada orang yang melemparkan karung beras ke tanah. Karung tersebut langsung menjadi bahan rebutan warga yang melihatnya.

  "Kau akan terbiasa melihat hal seperti itu di sini kawanku" bisik Rattler. "Di sini, kebutuhan sandang, pangan dan papan sangat sulit didapatkan. Di Zona Hijau kita bisa berenang di kolam renang dan membuang sisa makanan tetapi di Zona Kuning orang-orang kesulitan minum dan makan. Mereka memakan apa yang bisa mereka dapatkan"

Yumeka kembali mengingat Zona Hijau. Kota yang modern, gedung-gedung pencakar langit, teknologi yang canggih taman yang indah, dan semua kebutuhan bisa terpenuhi. APAPUN yang diperlukannya bisa didapatkan dengan sangat mudah. Rumah? Selalu ada yang menjualnya. Makanan? Sangat berlimpah. Pakaian dan celana? Selalu tersedia. Alat-alat canggih? Semuanya ada. Tetapi Zona Kuning terlihat seperti area yang baru sedang dilanda perang.

Yumeka melihat ada seorang kakek-kakek dan seorang anak kecil sedang duduk di samping reruntuhan gedung. Kakek tersebut memberi anak kecil itu penutup botol yang berisi air untuk diminum. Yumeka berjalan menghampiri mereka salah satu botol minuman yang dibawanya dari Zona Hijau kemudian kembali mengikuti Rattler yang tidak menyadari tindakan Yumeka yang barusan.

  "Kita sudah sampai. Selamat datang di kamp Yarizona. Satu-satunya kamp Zoners di Zona Kuning ini"

Yumeka mengalihkan perhatiannya ke Rattler yang berhenti di depan semacam gedung bekas kompleks gudang yang dijadikan semacam rumah. Kompleks gudang tersebut dikelilingi pagar besi yang sangat tinggi dan dilengkapi pagar berduri.

Rattler mengetuk pintu besi, tak lama kemudian, seorang pria berbadan besar yang memegang sebuah senapan membuka pintu pagar. Yumeka sedikit gemetaran melihat tampang orang tersebut yang terlihat seperti orang jahat.

  "Yo, saudaraku" sapa Rattler pada orang itu
  "Ah, kau rupanya ular lincah. Bagaimana kabarmu?" tanya pria tersebut dengan nada yang sedikit tegas
  "Baik. Dengar, apa saudara seperjuanganku ada di dalam?"
  "Ya, ada di dalam. Siapa perempuan itu? Pacarmu?"
  "Bukan. Dia adalah saudara kita"
  "Oh! Maafkan aku! Kau sangat mirip dengan wanita! Masuklah. Senang bisa melihat saudara kita lagi"
  "Terimakasih" balas Rattler. "Ayo, Yumeka. Ada orang yang harus kau temui"
  "Aku memang perempuan" keluh Yumeka dalam hati

Yumeka berjalan mengikuti Rattler. Mereka melangkah masuk ke dalam gudang yang dijaga oleh beberapa orang yang bersenjata dan berpakaian lengkap. Mereka bukan dari militer. Mereka seperti kelompok sipil bersenjata.

Yumeka sedikit gelisah melihat orang-orang tersebut. Mereka rata-rata berbadan besar, memiliki senjata yang bahkan tidak dikenali oleh Yumeka, tampak berpengalaman dan siap menembak orang tanpa ragu-ragu. Ditambah lagi, mereka semua menatap Yumeka dengan heran. Mereka juga memiliki topeng gas sama seperti yang dimiliki oleh Rattler, walaupun beda jenis. Mungkin untuk menyaring debu dan pasir yang memenuhi udara di Zona Kuning. Yumeka menduga jika mereka semua adalah Zoners.



Rattler masuk ke dalam sebuah ruang kecil tersembunyi. Ruang tersebut dipenuhi dengan segala jenis senjata dan perlengkapan tempur untuk infantri. Yumeka terkesan melihat isi ruang tersebut. 

Apa yang kau mau? Pistol? Senapan serbu? Senapan laras pendek? Senapan laras panjang? Senjata kaliber kecil sampai besar? Semuanya ada. Pisau? Nightvision? Keker yang terlihat sangat canggih? Semuanya terlihat lengkap dan tertata rapi memenuhi dinding ruang.

Di sudut ruang, ada seorang laki-laki berjaket coklat kekuning-kuningan. Rambutnya berwarna coklat. Dia mengenakan celana tempur kamuflase padang pasir dan rompi anti peluru. Sepatu botnya berwarna hitam. Sebuah pistol tersimpan rapi di dekat saku celana tempurnya.

Orang tersebut sedang sibuk memodifikasi sebuah senjata. Komponen-komponen senjata tertata rapi di meja di sampingnya, lengkap dengan segala alat-alat yang terlihat asing di mata Yumeka.

  "Stayn!" sapa Rattler mengagetkan orang tersebut
  "Ooh, Rattler!"

Laki-laki berambut coklat tersebut meletakan senjata yang sedang dimodifikasinya, membersihkan tangannya dengan sebuah kain dan menyambut Rattler.

Stayn. Yumeka ingat jika Rattler pernah menyebut orang tersebut. Kalau tidak salah, Rattler dan Stayn adalah Zoners yang cukup beruntung untuk selamat dari serangan mutan Face Stealer yang disusul 2 alien. Yumeka sedikit bingung, jika Rattler dan Stayn mendapatkan uang banyak, kenapa Stayn memilih untuk tinggal di Zona Kuning yang terasa seperti area yang dilanda perang?

  "Selamat datang kembali ke Zona Kuning kawanku!" sapa laki-laki yang dipanggil Stayn dengan gembira
  "Terimakasih Stayn. Masih menjalani bisnis seperti biasa?" balas Rattler
  "Ah? Aku lihat kau membawa pacarmu"
  "Aku bukan pacarnya" bantah Yumeka
  "Ouch, itu adalah pernyataan yang menyakitkan bagi seorang pria" balas Stayn dengan nada meledek

Yumeka sedikit cemberut. Rattler hanya menahan tawa. Entah apa yang begitu lucu bagi Rattler, Yumeka sama sekali tidak merasa ada yang lucu.

  "Hah, hanya candaan. Jangan dimasukan ke dalam hati kecilmu" Stayn kembali duduk dan melanjutkan pekerjaanya. "Jika kau tertarik dengan sesuatu, katakan padaku. Aku jarang mendapat pelanggan perempuan di sini"
  "Sebenarnya, Stayn. Dia ini... Ehm... Yumeka namanya. Ingin menjadi Zoners. Dia bertekad untuk pergi ke Zona Merah Jakarta" ucap Rattler

GUBRAK!

Stayn terjungkir dari kursinya setelah mendengar ucapan Rattler. Stayn dengan cepat berdiri lagi. Dia seperti baru terkena stroke.

  "T-T-T-T-unggu... Ap- apa? D-D-Dia? M-M-M-Menjadi Zoners?!" ucap Stayn sedikit gagap
  "Iya, aku ingin menjadi Zoners" ucap Yumeka membenarkan
  "Entah apa kau itu berani ataukah gila... Atau mungkin kedua-duanya. Tidak ada perempuan yang ingin menjadi Zoners. Kau pasti laki-laki... Yang terlahir dengan tubuh, sikap dan pemikiran seorang perempuan"
  "Aku perempuan..." protes Yumeka
  "Tidak... Kau pasti laki-laki. Aku yakin 1000%"

Yumeka hanya diam dan sedikit tersinggung karena dirinya dianggap seorang laki-laki. Ternyata bukan hanya orang bersenjata penjaga pintu saja yang menganggapnya laki-laki, Stayn juga menganggapnya laki-laki.

  "Aku lupa memberi tahu padamu kalau semua Zoners itu laki-laki. Jadi tak heran kalau dia tidak percaya" bisik Rattler. "Ahem, jadi... Kau bisa membantunya? Bukankah menyenangkan untuk memiliki satu saudara lagi?"
  "Ah ya benar! Zoners yang lain akan sangat senang melihat ada saudara baru. Jadi, kau ingin menjadi Zoners? Tunjukan apa yang kau miliki saudaraku. Aku bisa memodifikasi hampir segala macam peralatan" ucap Stayn yang masih tidak percaya

Yumeka menunjukan kotak senjata yang dibawanya. Stayn mengambil meja lain dan meletakannya di depan Yumeka. Yumeka membuka kotak senjata.

  "Wooh! U-U-Ular Putih?! T-T-Tidak mungkin!" teriak Stayn
  "Ular putih?" tanya Yumeka dan Rattler bersamaan
  "TUNGGU! ULAR PUTIH?! SERIUS?!" Rattler juga ikut terkejut sambil melihat senjata milik Yumeka
  "Wow.. Hei, Yu... Ehm, terserah siapa namamu. Darimana kau mendapatkan ini?" tanya Stayn
  "Ayahku, membuatnya sebagai hadiah ulang tahunku. Aku waktu itu tertarik untuk belajar menembak" jawab Yumeka. "Ular putih itu apa ya?"

Stayn mengelus-ngelus senjata milik Yumeka dan memperhatikannya dengan detail.

  "Senjatamu" jawab Stayn dengan penuh kagum. "Wow. Coba kau lihat ini... Mahakarya manusia. HR-40 model J atau yang lebih dikenal sebagai Ular Putih. Senapan berburu yang reliable, ringan, gampang digunakan dan tidak rewel. Sedikit modifikasi di sini dan di sana, dan kau memiliki senapan penembak runduk yang bahkan menembus rompi anti peluru apapun seperti sebuah mentega. Ditambah lagi, model yang kau miliki ini berbeda dari yang biasa kulihat"

"Coba kulihat... Hmn... Kapasitas amunisi berjumlah 20. Itu sudah lebih dari cukup untuk sebuah senapan berburu. Barrel length lebih panjang dari yang kukira. Bisa dilengkapi dengan silencer. Model unik ini sepertinya memiliki tempat untuk sesuatu yang bahkan tidak masuk akal untuk model lain HR-40"

Yumeka hanya menggaruk kepalanya. Dia sama sekali tidak mengerti apa yang dikatakan oleh Stayn. Rattler juga diam, tetapi dia diam karena masih syok setelah mengetahui jika Yumeka memiliki Ular Putih. Mungkin juga Rattler diam karena bahasa Stayn yang terkesan seperti seorang professor.

  "Aku mungkin bisa memasang peluncur granat di sini" sambung Stayn
  "Aku rasa, aku tidak akan memakai peledak" ucap Yumeka. "Jadi, apa aku siap pergi ke Zona Merah?"

Stayn mengalihkan perhatiannya ke Yumeka. Dia melihat Yumeka dari ujung kepala hingga ujung kaki dengan teliti. Walaupun jelas-jelas Yumeka adalah seorang perempuan, Stayn tetap saja tidak percaya jika Yumeka adalah perempuan dan menganggapnya sebagai seorang laki-laki.

  "Dengan pakaian seperti itu? Tidak" balas Stayn dengan tegas. "Pakaian yang kau kenakan sekarang bahkan tidak akan mencegahmu membeku karena musim dingin"

Musim dingin di Jakarta? - Yumeka menggaruk-garuk telinganya. Dia yakin dia pasti salah dengar. Sejak Indonesia memiliki musim dingin? Mungkin Stayn sudah gila. Dari cerita yang didengarkan Yumeka oleh Rattler ketika mereka masih di Zona Hijau, hampir segala sesuatu di Zona Merah bisa membuat seseorang sangat mudah kehilangan akal sehatnya.

  "Musim dingin?" tanya Yumeka untuk memastikan jika telinganya tidak salah dengar
  "Ya, musim dingin. Jakarta sekarang dipenuhi salju. Sepertinya mutan, alien, wabah, dan orang-orang gila saja tidak cukup" jawab Stayn sambil mengambil kursi dan memperhatikan senapan Yumeka
  "Jadi, apa yang harus kupersiapkan?"
  "Kau perlu perlengkapan khusus Zoners, sedikit kemampuan untuk menembak serta bertahan hidup, tahan banting, dan tidak manja. Aku hanya bisa memberimu perlengkapan untuk masuk ke dalam Zona Merah. Sisanya tergantung darimu kawanku"

  Yumeka mengeluarkan dompetnya dan melihat jumlah uang yang dibawanya. Dia jadi ragu-ragu apakah uangnya cukup untuk membeli semua yang diperlukannya. Sepengetahuan Yumeka, harga sepucuk senapan saja sudah sangat mahal dan dia tidak mau menambah beban pikirannya dengan hutang tambahan.

  "Hei, jangan keluarkan dompetmu. Aku bilang, aku bisa memberimu perlengkapan kan?" ucap Stayn yang sedikit merasa tersinggung
  "Eh? Jadi... Aku tidak perlu bayar?"
  "Ya. Kau adalah saudara kami mulai sekarang" jawab Stayn. "Ikuti aku, akan kuberi kau perlengkapan yang kau perlukan. Kau bisa letakan senapanmu disini saja. Jika kau tidak keberatan, ijinkan aku untuk memodifikasinya juga"
  "Aku tidak keberatan. Terimakasih Stayn"
  "Ja" jawab Stayn singkat

Stayn berdiri dan berjalan keluar. Rattler dan Yumeka mengikutinya dari belakang.

  "Rattler, kenapa dia menganggapku sebagai saudara?" bisik Yumeka
  "Itu yang dinamakan ikatan persaudaraan Zoners. Tidak peduli apa yang terjadi, sekali kau menjadi Zoners. Kau adalah saudara untuk semua Zoners" balas Rattler

Mereka bertiga masuk ke dalam ruangan lain. Kali ini, ruang yang mereka masuki dilengkapi sebuah pintu dengan kode rahasia. Di dalam ruang tersebut ada berjejer barang-barang yang terlihat asing di mata Yumeka.

  "Aaah, nostalgia dengan kenangan lama" ucap Rattler melihat isi ruangan dengan tatapan kosongnya

Stayn menyalakan lampu ruangan dan membuka sebuah lemari besi yang besar. Ada sebuah jaket tebal berwarna putih, sebuah celana panjang kamuflase salju dan sepatu bot yang juga berwarna putih salju. Di samping semua barang tersebut, ada sebuah rompi anti peluru kecil dan beberapa tas sebesar kepalan tangan yang berlogo tanda bahaya bahan kimia. Di bawahnya ada sepasang sarung tangan.

  "Jaket KTI-5na seri 3. Jaket ini dilengkapi dengan segala sesuatu yang kau perlukan untuk bertahan hidup di dalam suhu dingin. Dilengkapi dengan pengatur tempratur untuk menjaga suhu tubuhmu agar tidak kepanasan di area panas dan tidak kedinginan di area dingin. Diantara lapisan jaket ini terdapat pelindung yang bisa melindungimu dari peluru, benda tajam, benda tumpul, cakar, dan gigitan. Sebagai tambahan, KTI-5na seri 3 memiliki sistem adaptive camo untuk berjaga-jaga jika kau harus mendekat ke sasaranmu dan sangat ringan. Terimakasih pada teknologi yang canggih" jelas Stayn panjang lebar

"Kemudian, celana KTI-5nu seri 3. Partner dari jaket yang tadi. Tidak jauh berbeda dengan jaketnya. Cukup ringan dan cukup tahan banting. Sepatu bot Eagle 5, tangguh dan tidak berat. Cocok untuk ukuran tubuhmu yang kecil itu"

"Rompi khusus untuk orang sepertimu. Umumnya dikenal sebagai M9 Biosphere. Tidak berat, dan berguna untuk menghentikan pistol dan jika memungkinkan, peluru senapan serbu. Tetapi aku tidak menjamin ini bisa melindungimu dari ledakan dan senjata kaliber besar. Bentuknya yang tipis dan fleksibel tapi kuat, tidak akan menghalangimu untuk bergerak"

"Tas-tas kecil yang kau lihat ini adalah tempat khusus untuk menyimpan aztifak. Tidak semua aztifak itu aman untuk dipegang oleh tangan. Itu kenapa aku juga akan memberimu sarung tangan ini. Bagaimana menurutmu saudaraku? Bukankah ini semua membuatmu semakin bersemangat pergi ke Zona Merah?"

Yumeka hanya diam sesaat. Dia mencoba mencerna semua yang dikatakan oleh Stayn. Dari penjelasan Stayn tadi yang panjang lebar dan sangat cepat, Yumeka tidak memahami satupun penjelasannya. Yumeka heran bagaimana bisa orang yang bertampang bodoh bisa sejenius seperti ini?

  "Kurasa, kau sangat baik Stayn. Tapi, apa aku harus mengenakan semua itu?" ucap Yumeka
  "Yap, kau harus mengenakan semua ini. Tenang saja, pergerakan tubuhmu tidak akan terganggu oleh perlengkapan ini. Kulihat kau punya sepasang kaki indah yang cocok untuk berlari... Atau menendang Rattler tepat di wajahnya" jawab Stayn

Sekali lagi, Yumeka tidak memahami penjelasan Stayn yang terdengar sangat rumit di kepalanya.

  "Maksud Stayn, dia menebak kau adalah tipe petarung jarak jauh yang memerlukan mobilitas yang sangat tinggi. Jadi dia memberimu segala sesuatu yang kau perlukan berdasarkan pemikirannya. Tetapi, yang dia beri tidak akan membuatmu begitu berguna dalam pertempuran jarak dekat" ucap Rattler menyimpulkan penjelasan Stayn
  "Hoi, kau membuatnya terlalu simple" protes Stayn yang merasa tersinggung

Dari kesimpulan yang ditarik Rattler, Yumeka memahami inti-inti dari penjelasan Stayn yang panjang lebar dan terkesan memiliki bahasa yang sangat tinggi levelnya untuk orang awam seperti Yumeka.

  "Jadi dengan ini, aku siap pergi ke Zona Merah?" tanya Yumeka yang sangat ingin memasuki Zona Merah Jakarta
  "Whoa, sabar dulu. Kau memang siap dengan semua ini. Tapi kau tidak akan pergi ke sana sendirian. Kau akan bergabung dengan Zoners yang lain. Tapi bukan sekarang waktunya. Istirahatlah sebentar di kamp kami. Rattler, kau tolong antarkan dia ke kamar kosong di ujung kanan. Begitu harinya tiba, aku akan meminta tolong sahabatku untuk mengantarkannya ke ruanganmu nanti"
  "Ya~ya... Ayo kawanku"

Yumeka mengikuti Rattler ke gudang sebelah. Awalnya Yumeka mengira gudang di sebelah sebagai sebuah gudang penuh senjata dan Zoners lainnya. Tetapi ternyata salah. Gudang yang satunya lagi sudah dialih fungsikan menjadi tempat menginap para Zoners. Ada banyak kamar-kamar di dalam gudang ini. Yumeka merasa gelisah karena dia adalah satu-satunya perempuan di sini, tetapi beruntungnya, tidak ada yang percaya kalau dia adalah perempuan.

Mereka berdua berhenti di depan sebuah kamar kecil yang ada sebuah tempat tidur. Ruangannya tidak terlalu luas dan tidak begitu rapi. Ditambah lagi, bau ruangan ini seperti gudang yang dipenuhi beras yang sudah membusuk dan dibiarkan begitu saja.

  "Ruangan ini adalah kamarmu untuk sementara. Tidak sebagus dan senyaman rumahmu tapi ini jauh lebih baik dari tempat lain di seluruh Zona Kuning yang tidur di tengah-tengah reruntuhan gedung dan jalan. Kamar mandinya ada di dalam" jelas Rattler
  "Rattler"
  "Yo?"
  "Terimakasih"
  "Hahah" Rattler menggaruk kepalanya. "Aku berhutang nyawa padamu kawanku. Jadi, aku akan membantumu sebisa mungkin. Jika kau memerlukanku, cari aku di ruangan Stayn. Aku akan mengantarkan semua perlengkapanmu nanti jika harinya tiba"

Rattler pergi meninggalkan Yumeka sendirian dalam kamar. Yumeka meletakan tas miliknya dan duduk di tempat tidur. Canda tawa dari Zoners lain dapat terdengar. Terkadang terdengar alunan lagu yang dinyanyikan oleh mereka bersama-sama. Yumeka mengeluarkan bekal dan diary miliknya dari dalam tas.

________________________________________________________

11 April, 2200

  Dear Diary,

Hari pertamaku di Zona Kuning terasa penuh dengan kejutan. Zona Kuning tidak seperti yang kudengar di cerita-cerita dari Zona Hijau. Kenyataanya, Zona Kuning terasa seperti area yang sedang dilanda perang.

Gedung-gedung bekas terbakar, dan runtuh menghiasi pemandangan. Jalanan dipenuhi rongsokan kendaraan , sampah, debu dan pasir. Pohon adalah pemandangan yang jarang di sini. Udaranya terasa tidak enak dihirup. Ditambah lagi, matahari terasa sangat menyengat di tempat ini. Rakyat-rakyat di sini menjalani hidup yang sangat sulit. Aku merasa prihatin dengan nasib mereka.

Hari ini aku menginap di kamp Yarizona. Sebuah kamp untuk Zoners. Aku merasa sedikit gelisah karena seisi kamp semuanya laki-laki. Aku hari ini juga bertemu dengan Stayn, teman Rattler. Dia adalah seorang Zoners juga sekaligus teknisi yang menurutku sangat jenius. Tiap kata yang keluar dari mulu

Dia sangat ahli dalam persenjataan dan perlengkapan untuk memasuki Zona Merah. Dia memberiku satu set perlengkapan disertai penjelasan yang terlalu sulit untuk kupahami. Aku tidak sabar untuk pergi ke dalam Zona Merah dan segera menemukan aztifak yang dijanjikan lalu menjualnya untuk melunasi hutang keluargaku.

Ah iya. Bicara tentang Zona Merah. Stayn mengatakan aku tidak akan pergi sendirian dan akan bergabung dengan Zoners lainnya. Jadi, aku harus tinggal di sini untuk sementara. Kemudian, Stayn juga mengatakan sesuatu tentang musim dingin di Jakarta. Apa maksudnya? Sejak kapan Indonesia memiliki musim dingin? Ah entahlah... Aku masih tidak tahu banyak tentang Zona Merah.

Mungkin aku akan bertanya pada Rattler, Stayn dan Zoners lainnya besok. Sekaligus, aku harus kenalan dengan Zoners lainnya secepat mungkin, siapa tahu dengan begitu aku akan merasa lebih nyaman diantara mereka.

Catatan pada diri sendiri ; Aku heran kenapa mereka menganggapku laki-laki dan sebagai saudara mereka? Menurut Rattler, mereka menganggapku saudara karena ada ikatan persaudaraan yang sangat kuat antar sesama Zoners... Tetapi tetap saja, aku tidak nyaman dianggap sebagai laki-laki karena aku adalah perempuan.

Ditambah lagi, apakah ada sesuatu yang bisa kulakukan untuk orang-orang di Zona Kuning? Mungkin jika aku berhasil mendapatkan Margin 22, aku akan menggunakan uang kelebihannya untuk membantu orang-orang di Zona Kuning.

Selamat beristirahat dunia, aku akan kembali lagi menyambut esok hari
  ~ Yumeka ~

________________________________________________________

************************
Bersambung 

3 komentar:

  1. part 4 nya kapan bro? :v ini gue :v sarung :v

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sang pendekar telah berkomentar! Puja kerang ajaib :v
      Wahahaha, sebentar malam sob.

      Hapus