Senin, 22 Desember 2014

The Red Zone Part-4

  Entri Diary sebelumnya

________________________________________________________

11 April, 2200

  Dear Diary,

Hari pertamaku di Zona Kuning terasa penuh dengan kejutan. Zona Kuning tidak seperti yang kudengar di cerita-cerita dari Zona Hijau. Kenyataanya, Zona Kuning terasa seperti area yang sedang dilanda perang.

Gedung-gedung bekas terbakar, dan runtuh menghiasi pemandangan. Jalanan dipenuhi rongsokan kendaraan , sampah, debu dan pasir. Pohon adalah pemandangan yang jarang di sini. Udaranya terasa tidak enak dihirup. Ditambah lagi, matahari terasa sangat menyengat di tempat ini. Rakyat-rakyat di sini menjalani hidup yang sangat sulit. Aku merasa prihatin dengan nasib mereka.

Hari ini aku menginap di kamp Yarizona. Sebuah kamp untuk Zoners. Aku merasa sedikit gelisah karena seisi kamp semuanya laki-laki. Aku hari ini juga bertemu dengan Stayn, teman Rattler. Dia adalah seorang Zoners juga sekaligus teknisi yang menurutku sangat jenius.

Dia sangat ahli dalam persenjataan dan perlengkapan untuk memasuki Zona Merah. Dia memberiku satu set perlengkapan disertai penjelasan yang terlalu sulit untuk kupahami. Aku tidak sabar untuk pergi ke dalam Zona Merah dan segera menemukan aztifak yang dijanjikan lalu menjualnya untuk melunasi hutang keluargaku.

Ah iya. Bicara tentang Zona Merah. Stayn mengatakan aku tidak akan pergi sendirian dan akan bergabung dengan Zoners lainnya. Jadi, aku harus tinggal di sini untuk sementara. Kemudian, Stayn juga mengatakan sesuatu tentang musim dingin di Jakarta. Apa maksudnya? Sejak kapan Indonesia memiliki musim dingin? Ah entahlah... Aku masih tidak tahu banyak tentang Zona Merah.

Mungkin aku akan bertanya pada Rattler, Stayn dan Zoners lainnya besok. Sekaligus, aku harus kenalan dengan Zoners lainnya secepat mungkin, siapa tahu dengan begitu aku akan merasa lebih nyaman diantara mereka.


Catatan pada diri sendiri ; Aku heran kenapa mereka menganggapku laki-laki dan sebagai saudara mereka? Menurut Rattler, mereka menganggapku saudara karena ada ikatan persaudaraan yang sangat kuat antar sesama Zoners... Tetapi tetap saja, aku tidak nyaman dianggap sebagai laki-laki karena aku adalah perempuan.

Selamat beristirahat dunia, aku akan kembali lagi menyambut esok hari
  ~ Yumeka ~

________________________________________________________



******************
The Red Zone
Part-4
Kehidupan di Zona Kuning


   Yumeka terbangun dari tidurnya. Dia mengucak-ngucak matanya dengan perlahan. Dia mengeluarkan cermin dan sisir kemudian merapikan rambutnya yang sedikit berantakan. Setelah merapikan rambutnya yang panjang, dia meletakan kembali sisir dan cerminnya dan berjalan keluar dari kamar menyusuri lorong keluar dari gudang yang dialihfungsikan menjadi penginapan.

Begitu sampai di luar gudang, Yumeka menghirup udara pagi. Sialnya, udara pagi di Zona Kuning penuh dengan debu dan pasir. Yumeka bersin beberapa kali. Suaranya yang halus dan berbeda dari suara pria, menarik perhatian beberapa Zoners yang sedang duduk bercerita di dekat gudang.

  "Woh, bung..." ucap pria yang tangan kanannya diperban dengan sedikit rasa heran
  "Ah... Pa~pagi! Achii!" balas Yumeka sambil bersin
  "Tidak seperti Zona Hijau, di Zona Kuning ini... Udara pagi, siang, sore, ataupun malam tetap akan membuatmu sakit jika kau menghirupnya seperti tadi" ucap seorang pria botak berbadan kecil yang sedang memeriksa isi kotak P3K

Yumeka hanya menganggukan kepalanya sambil menahan bersin. Yumeka merasa sedikit terkejut bagaimana caranya pria botak tersebut bisa tahu dirinya berasal dari Zona Hijau. Yumeka ingin bertanya tetapi mengurungkan niatnya begitu dia mengingat Rattler pernah mengatakan gaya berpakaiannya dan wajahnya terlihat sangat berbeda jauh dari orang di Zona Kuning.

  "Anuu... Rattler di mana?" tanya Yumeka sambil menutup mulutnya
  "Entah. Tapi aku yakin dia masih di dalam kamp" jawab pria yang tangan kanannya diperban. "Ah, iya. Nama sandimu... Yumeka kan? Aku Volkov, penembak jitu. Lalu botak ini adalah Trax, medis di kamp ini"
  "S~Salam kenal. M~Mohon bantuannya!" sapa Yumeka sedikit canggung. "Darimana kalian tahu kalau namaku... Yumeka?"
  "Kau adalah pria yang tidak beruntung. Terlahir dengan tubuh, dan sikap seorang wanita. Tapi hey, berbahagialah saudaraku! Setidaknya kau terlahir sempurna" jawab Trax sambil menutup kotak P3K

Lagi-lagi, mereka menyangka Yumeka sebagai seorang laki-laki. Meskipun tidak nyaman dianggap laki-laki, Yumeka memutuskan untuk tetap bersikap apa adanya. Yumeka masih tidak paham kenapa dia dipanggil saudara walaupun Rattler pernah mengatakan jika ada hubungan persaudaraan yang sangat erat antara sesama Zoners.

  "Ah Yumeka. Sudah bangun?" tanya Rattler yang baru saja keluar dari sebuah kontainer yang tidak terlalu jauh dari posisi mereka. Rambutnya sangat berantakan.

  "Ya... Apa yang kau lakukan di dalam sana?" Yumeka melihat rambut Rattler yang berantakan
  "Tidur" jawab Rattler
  "Hei Rattler, kenapa kau tidak mengaku saja kalau kau tidak sengaja terpleset dan pingsan di dalam kontainer?" sahut Trax
  "Ha,ha lucu sekali saudaranya dokter Dollite" balas Rattler dengan sinis. "Yumeka, kau punya agenda tersendiri hari ini?"
  "Tidak"
  "Bagaimana kalau kau menemaniku berbelanja?"

Mendengar permintaan tersebut Yumeka menahan tawanya. Trax dan Volkov juga. Sepertinya seisi kamp tahu jika Rattler sangat buruk dalam berbelanja. Dulu, Yumeka meminta tolong pada Rattler untuk membeli gula demi tugas sekolah mereka. Rattler kembali membawa garam... Bahkan lebih buruk lagi, dia pernah kembali membawa beras... Kadang-kadang dia membeli barang yang sudah kadaluarsa.

  "Baiklah. Aku setuju" jawab Yumeka yang masih menahan tawa
  "Hah! Yume, pastikan dia tidak membeli barang yang kadaluarsa! Terakhir kali dia berbelanja, saudaraku Mort hampir mati keracunan" ucap Trax

**********************

  Yumeka dan Rattler memasuki sebuah supermarket. Awalnya Yumeka berharap jika supermarket di Zona Kuning setidaknya masih sama seperti di Zona Hijau. Tapi, harapan tetaplah harapan. Supermarket di Zona Kuning tidak lebih dari gedung yang bekas terbakar, ditembak, dibombardir dan runtuh kemudian dibangun ulang berkali-kali dengan tergesa-gesa.

Hal ini tampak dari tembok yang masih berlubang besar, beberapa selonsong peluru yang masih bertebaran di dalam supermarket, dan beberapa alat konstruksi serta adonan semen yang masih terlihat di beberapa sisi tembok yang rusak.

Supermarket inipun sepi. Barang-barang di dalam supermarketpun tidak terlalu banyak - dari sekian rak yang berjejer, hanya sekitar 2 atau 3 rak saja yang ada barang jualan. Walaupun ada, jumlahnya sangat sedikit.

  "Kenapa Yumeka? Sakit?" tanya Rattler
  "Tidak... Hanya... Sedikit kaget saja" jawab Yumeka sambil melihat sebuah peluru yang masih tertancap di dalam lubang di tembok
  "Ya, aku paham pikiranmu. Tapi apa yang terjadi pada toko ini, lebih baik kau tanyakan saja pada yang punya" Rattler menepuk pundak Yumeka. "Kau tau aku buruk dalam belanja... Jadi... Kuserahkan padamu"

Yumeka hanya menangguk. Dia memperhatikan daftar. Sebagian besar daftar hanya bertuliskan makanan kaleng. Yumeka mulai berjalan dan memperhatikan barang-barang yang ada. Rattler mengikutinya dari belakang sambil mendorong keranjang belanja dengan malas.

Beberapa menit berlalu, Yumeka berhasil mendapatkan semua barang-barang yang ada di dalam daftar. Mereka membayarnya di kasir. Rattler merasa terkesan. Yumeka sedikit terkejut melihat penjaga toko adalah seorang remaja perempuan seusianya.

  "Permisi, boleh aku bertanya sesuatu?" tanya Yumeka pada penjaga toko
  "Ya?"
  "Kenapa... Ada banyak sekali peluru di sini?"
  "Oh. Itu sisa-sisa pertempuran dari militer dan alien"

Yumeka menganggukan kepalanya. Rattler hanya diam. Setelah mengambil barang belanjaan, mereka berjalan keluar. Dalam perjalan balik, konvoi kendaraan militer melintas dengan cepat. Ini adalah pertama kalinya Yumeka melihat tank yang melaju menghancurkan apapun yang menghalangi jalannya. Entah apakah itu rongsokan kendaraan atau rumah penduduk yang masih berpenghuni. Yumeka bersyukur tidak ada korban jiwa.

  "Hei Rattler, apa kau bisa membawaku ke sekolah terdekat di sekitar sini?" bisik Yumeka
  "Ada sebuah SD di sekitar sini... Tapi aku tidak yakin kau akan suka dengan pemandangannya"

Rattler berjalan melewati sebuah gedung besar yang runtuh sebagian. Yumeka mengikutinya. Yumeka masih belum terbiasa melangkah di reruntuhan gedung. Berkali-kali dia hampir menginjak paku dan pecahan kaca jendela.

  Satu menit
  Dua menit berlalu. Rattler menunjuk ke sebuah gedung luas di seberang jalan. Gedung tersebut tidak beratap dan temboknya, sama seperti sebagian besar gedung di sini, dipenuhi lubang. Ada beberapa rongsokan tank militer yang rusak di salah satu sudut gedung tersebut.

  "Itulah SD yang kubicarakan" Rattler sedikit merasa kesal melihat kondisi SD tersebut

Yumeka mendekati gedung tersebut dan mengintip ke dalam ruang kelas dari celah-celah lubang di tembok sementara Rattler menghampiri tank yang sudah rusak.

Sekelompok murid melanjutkan proses belajar-mengajar mereka dengan perlengkapan yang tidak berkecukupan. Seragam mereka robek-robek. Tidak ada meja maupun kursi. Lantai di dalam kelas penuh dengan lubang. Papan tulis yang dipakai saja, sudah rusak.

Yumeka jadi berpikir jika orang-orang di Zona Hijau sangat beruntung bisa mendapaktan pendidikan yang layak dan gedung yang bagus. Yumeka jadi berpikir, jika hujan deras. Kira-kira bagaimana nasib anak-anak di sini dan orang-orang lain di Zona Kuning

  "Aaah... Benar-benar pembuangan sumber daya yang sia-sia" keluh Rattler sambil memukul meriam tank yang ada di tanah beberapa kali
  "Rattler. Jika hujan.. Apa yang terjadi?"
  "Entah. Aku bukan teknisi seperti Stayn" jawab Rattler
  "Bukan itu maksudku"
  "Ah, maaf. Di sini semua saluran pembuangan tidak begitu lancar. Jadi ketika hujan deras, maka tempat ini akan selalu kebanjiran"

  Yumeka duduk. Dia merasa sangat prihatin dengan kondisi orang-orang di Zona Kuning. Dia jadi berpikir, jika Zona Kuning kondisinya seperti ini, bagaimana dengan Zona Merah?

  "Rattler, melihat kondisi di sini... Apakah para Zoners pernah berbuat sesuatu untuk masyarakat?" tanya Yumeka sambil kembali mengintip anak-anak SD yang sedang belajar
  "Ya, kami menggunakan sebagian dari hasil penjualan aztifak untuk membantu orang-orang di sini sebisa mungkin. Kami membagikan makanan, pakaian, dan bahkan kadang-kadang kami membantu pembangunan gedung-gedung yang rusak. Tapi biasanya kami terganggu oleh alien dan militer"

Tiba-tiba saja terdengar semacam suara baku tembak dari kejauhan. Yumeka berdiri dan melihat-lihat sekelilingnya. Dia jadi khawatir. Rattler terlihat sangat santai. Anak-anak di dalam sekolahpun mulai terlihat gelisah.

  "Rattler, ayo kita kembali ke kamp" bisik Yumeka sedikit gelisah
  "Ah... Ya... Baiklah"

Mereka berdua berjalan meninggalkan lokasi sementara bunyi baku tembak semakin ramai terdengar. Walaupun tampaknya lokasi pertempuran masih sangat jauh, Yumeka sangat khawatir. Dia tidak tahu apa yang terjadi. Apalagi, perutnya mulai terasa lapar.

  "Benar juga. Aku belum makan dari tadi" pikirnya dalam hati sambil menahan perut

Melihat militer mulai memenuhi jalanan dan orang-orang mulai bersembunyi, Rattler membawa Yumeka melalui reruntuhan gedung. Di tengah-tengah perjalan melalui reruntuhan gedung. Mereka berdua tidak sengaja bertemu segerombolan orang yang bersenjata lengkap. Melihat orang-orang tersebut, Yumeka spontan diam di tempat dan mengangkat kedua tangannya ke udara.

  "Ketemu juga kalian berdua" ucap salah satu orang bersenjata tersebut melihat Yumeka dan Rattler yang memegang barang belanjaan. "Kenapa lama sekali? Kami jadi khawatir. Hei, orang baru. Kenapa kau mengangkat tanganmu ke udara? Tidak ada yang menodongmu di sini"
  "Ah, maaf. Kami sedikit terganggu dengan militer yang mulai memenuhi jalan" jawab Rattler. "Hei Yumeka, mereka adalah teman kita. Tidak apa-apa"

Yumeka menghela napas lega. Dia menurunkan kedua tangannya. Yumeka masih tidak bisa membedakan antara Zoners dan sipil bersenjata yang biasa dilihatnya di Zona Kuning pada hari pertama. Bersama-sama mereka berjalan pulang kembali ke kamp sambil menghindari militer dengan memanfaatkan matahari yang mulai terbenam dan reruntuhan gedung-gedung.

  Sesampainya mereka di kamp. Rattler meletakan barang belanjaan mereka di gudang bagian belakang sementara Yumeka langsung berjalan ke dalam ruangannya. Yumeka akhirnya bisa merasa benar-benar lega dan memakan bekal yang dibawanya dari Zona Hijau di dalam ruangannya. Perutnya yang mulai terasa sakit karena belum makan dari pagi mulai terasa membaik. Tetapi dia masih gelisah, kali ini bukan karena dia masih satu-satunya perempuan di kamp, tetapi karena dia masih mendengar bunyi tembakan dari kejauhan.

  "Hoi, kau tidak apa-apa?"

Yumeka melihat ke pintu ruang. Dia melihat Rattler sedang berdiri menatap Yumeka yang wajahnya sedikit pucat.

  "Ya, hanya sedikit lapar. Itu saja" jawab Yumeka
  "Oooh" Rattler menganggukan kepalanya perlahan
  "Tapi kenapa tadi kita menghindari militer? Lalu kenapa tiba-tiba ada tembakan?" tanya Yumeka
  "Melihat mereka yang tergesa-gesa, mereka bisa saja menembakmu dengan senapan mereka. Soal tembakan... Yah, sepertinya alien mencoba menyerang"

Alien mencoba menyerang. Yumeka jadi sedikit gemetaran. Jika menembak hewan, Yumeka masih bisa. Tetapi alien? Melihatnya saja belum pernah. Tentu saja, dia pernah mendengar banyak cerita tentang alien, namun terdapat banyak perbedaan dari cerita ke cerita lain. Rattler pun belum pernah menceritakan secara detail tentang alien.

  "Aku berbicara dengan Stayn tadi. Senapanmu masih dalam proses modifikasi dan pembaruan. Jadi, kau akan tinggal di sini sedikit lebih lama. Oh ya, jangan takut tentang alien. Mereka tidak akan bisa mengalahkan kita semua" ucap Rattler mencoba menenangkan Yumeka
  "Ya... Aku akan mencoba untuk tidak takut"
  "Kalau kau tidak bisa tidur malam ini, kau bisa bergabung dengan yang lain di depan gerbang atau di bar di depan. Mendengar cerita dan berbagi pengalaman"

Rattler berjalan meninggalkan Yumeka sendirian. Yumeka mengeluarkan diary miliknya

________________________________________________________

12 April, 2200

  Dear Diary,

Hari ini adalah hari keduaku dalam Zona Kuning. Kehidupan di sini benar-benar berbeda jauh dari Zona Hijau. Masyarakat hidup dalam kondisi yang kekurangan. Makanan sangat sulit untuk didapatkan. Pendidikan apalagi.

Hari ini aku dan Rattler pergi membeli makanan untuk kamp dan secara tidak sengaja melihat sebuah tank. Aku terkejut karena aku baru pertama kali melihat tank. Luar biasa sekali. Tank yang kulihat cukup kuat untuk merobohkan tembok yang sedang berdiri. Sekaligus mengusir siapapun yang sempat tinggal di situ. Sebelum aku bisa berbuat apapun, orang-orang yang tinggal di situ sudah hilang entah kemana.

Menurut Rattler, Zoners sudah pernah mencoba membantu masyarakat di sini dengan cara membagikan makanan, pakaian dan membantu gedung-gedung yang rusak. Namun mereka selalu saja terhambat oleh alien dan militer yang sedang berperang.

Kemudian, aku juga baru pertama kali mendengar bunyi tembakan. Walaupun jika dinilai dari suaranya, lokasi pertempuran masih sangat jauh tapi aku sangat takut. Menurut Rattler, ada kemungkinan jika alien mencoba menyerang lagi. Bisa jadi Rattler tidak salah karena militer bersenjata lengkap mulai memenuhi jalanan.

Aku benar-benar kebingungan dan sangat takut harus berbuat apa. Walaupun Rattler mengatakan bahwa aku tidak perlu takut, tetap saja aku takut sebuah peluru melesat menembus kepalaku. Aku ingin pergi ke Zona Merah... Tetapi di sisi lain aku tidak mau mati. Ah, tidak! Aku tidak akan mati di sini maupun di Zona Merah nanti. Aku harus tetap kuat. Besok, apapun yang terjadi, aku harus tetap kuat dan tenang.

Jika aku ketakutan hanya karena baku tembak di sini... Bagaimana nanti dengan Zona Merah? Aku harus berani. Aku harus tetap hidup dan menemukan aztifak yang dijanjikan. Apapun yang terjadi!

Untuk sekarang... Kurasa aku akan tidur dulu. Selamat beristirahat dunia, aku akan kembali lagi menyambut esok hari.
  ~ Yumeka ~

________________________________________________________

*********************
Bersambung

3 komentar: