Kamis, 13 Maret 2014

Zano & Kawanan : Arti Seorang Teman Part-1

  "Zano & Kawanan : Arti Seorang Teman" adalah salah satu episode dari cerita berseri "Zano & Kawanan" buatan Green Leaper.

Ini adalah hari lain yang membosankan untuk Zano... Tetapi semuanya berubah ketika dia secara tidak sengaja bertemu seseorang yang pesimis. Zano mencoba untuk menunjukan apa arti dari seorang teman kepadanya.

Happy Reading!


****************
Zano & Kawanan
Arti Seorang Teman
Part-1
Siapa Dia?

  Hoaaaaahhmn..... Gue berjalan keluar dari kampung sebelah. Tujuan gue selanjutnya, kafe milik Juita yang didirikan di kota. Gue gak nyangka nganter undangan orang kondangan aja bisa memerlukan perjuangan yang luar binasa.

  "Z-Zano kan?"
  "Yo?"

Gue noleh ke belakang. Ada seorang petugas Polisi. Mukanya gak asing lagi... Kayaknya gue pernah ketemu gitu.... Tapi... Di mana?

  "Aku! Rizky! Inget kan? Temannya Zaki!"
  "Woooo! Gue inget! Wuish, gila bro! Elu sekarang udah beda jauh waktu terakhir kali gue ketemu!" gue baru inget dia

Rizky Dermawan namanya. Temannya Zaki. Dulu, waktu gue dan Zaki sering nongkrong bareng, dia juga sering nongkrong. Bersama-sama kami bertiga berbuat onar dimana saja kami pergi. Hahaha, masa lalu yang gila untuk dikenang.

  "Gimana kabarmu sama Zaki?"
  "Yah, Zaki semakin sukses. Dia punya pacar orang Jepang. Sekarang pacarnya tinggal di kampung gue. Kalo gue sih... Gak ada perubahan. Tetap gini-gini aja" jawab gue
  "Hmn, optimis dikit lah ko ini. Ko makin jelek" ledek Rizky
  "Brfffttt... Kampret"
  "Hahah, becanda. Mau kemana ko?" tanya Rizky sambil memakai topi Polisinya
  "Mau ke kota, anterin undangan buat temen" jawab gue
  "Kebetulan, aku juga mau pergi ke kota. Aku anterin"
  "Manteb! Makasih bro!"

Kami berdua berjalan ke mobil patroli milik Rizky. Sepanjang jalan, kami kembali bercerita kekonyolan kami waktu dulu. Misalnya, waktu Zaki iseng main-main dengan papan kamar mandi perempuan dengan laki-laki terus waktu dia mau masang kembali papan-papan itu... Dia lupa posisi yang bener.

Zaki meletakan papan perempuan di kamar mandi laki-laki dan papan laki-laki di kamar mandi perempuan. Gue gak sengaja masuk kamar mandi perempuan gara-gara Zaki. Setelah keluar dari kamar mandi perempuan, gue langsung masuk rumah sakit karena dihajar sama Stella yang waktu itu ada di dalam kamar mandi.

Kalau gue inget, itu adalah waktu pertama kalinya gue begitu sangat dekat dengan kematian.... Bahkan cewek yang mukanya polos bisa jadi berubah jadi mesin pembunuh... Hiiii, serem ah. Kenapa gue jadi curhat ke kalian?!

  "Bentar, Riz. Stop. Stop"
  "Kenapa? Kebelet?" tanya Rizky sambil menginjak rem
  "Bukan! Liat noh"

Gue menunjuk ke balik pepohonan yang lebat yang gak jauh dari jalan. Gue bisa melihat Hiromi dan seorang cewek yang gak dikenal sedang berjalan.

  "Buset... Cantik bener"
  "Yang Jepang itu pacarnya Zaki... Tapi, dia ngapain di situ" gue garuk kepala

Ada beberapa pria badan tipikal sixpack ngikutin Hiromi dan temannya. Mereka berdua kayaknya gak sadar sih. Perasaan gue jadi gak enak. Apalagi salah satu dari mereka bawa tali.

  "Perasaan gue gak enak. Kita ikutin mereka"
  "Oke" Rizky mengambil pentungan

Kami berdua keluar dari mobil patroli dan mengikuti Hiromi secara diam-diam dari kejauhan. Tiba-tiba orang-orang yang mengikuti Hiromi dan temannya menutup mulut Hiromi dan temannya dengan sapu tangan. Hiromi dan temannya tidak bergerak. Tuh kan! Udah gue duga! Pasti ada yang gak beres!

Hiromi dan temannya dibawa ke sebuah rumah sederhana di tengah-tengah hutan. Rumah itu dijaga oleh beberapa orang di pintu depan.

  Tanpa berpikir panjang, gue langsung menyerbu rumah itu. Gue bantai setiap orang yang mencoba menghalangi gue. Gue dan Rizky masuk ke dalam rumah itu. Kami berdua berdiri di depan sebuah pintu kamar.

  "Tunggu jangan! Tolong!" teriak Hiromi dari dalam
  "Suntik dia pake obat penenang! Dia terlalu memberontak!"

Gue dan Rizky memandang satu sama lain. Gue gak bisa tinggal diam kalau teman gue bakal diperlakukan secara tidak senonok!

  "Wahai pria-pria bangsat... Kalian dalam masalah besar... Dan kalian akan gue buat kencing di celana" bisik gue

GUBRAK!!!

Gue menendang pintu kamar. Sekali tendang, pintu kamar langsung jatuh ke tanah. Gue liat Hiromi dan temannya diikat di kursi. Beberapa laki-laki tak dikenal menoleh ke kami. Gue melangkah masuk dengan kedua tangan gue di saku celana (biar keliatan jagoan gitu).

Rizky mengikuti gue. Tangan kirinya berada di saku celana dan tangan satunya memikul pentungan.

  "Eh?!" Hiromi kaget
  "S-Siapa dia?!" tanya salah satu orang di dalam ruang
  "Wooi, bangsat" gue menunjuk ke orang-orang jahat ini. "Cewek Jepang yang ada di sana itu..." gue menunjuk ke Hiromi. "...Adalah teman gue"
  "Sumpah, gak ada yang nanya" balas salah satu orang
  "Diem lu! Gue gak terima kalau teman gue diperlakukan secara tidak senonok" sambung gue. "Ada pasal yang mengatur tentang pelecehan seksual kan Rizky?"
  "Betul tu..." balas Rizky
  "Hajar mereka!"

Gue dan Rizky mulai berkelahi melawan orang-orang brengsek ini. Heh, gak buruk lawan kami berdua... Tapi gue dan Rizky punya lebih banyak pengalaman berkelahi dibandingkan mereka. Kami berdua dengan gampang berhasil mengalahkan semua orang jahat di ruangan ini.

Gue melepaskan tali yang mengikat Hiromi dan temannya.

  "Z-Zano-kun? Terimakasih!" Hiromi benar-benar kaget
  "Hahah, kita kan teman Hiromi. Jangan lupa ngucapin terimakasih juga ke Rizky, temannya Zaki" balas gue
  "A-Anu... Makasih kak" kata temannya Hiromi
  "Yo" balas gue singkat. "Rizky, gimana? Lu perlu bantuan untuk membawa sebanyak ini ke mobil patroli lu?"
  "Gak apa-apa, aku tinggal hubungi kantor aja minta bala bantuan" balas Rizky
  "CUT! CUT! CUT!"

Gue dan Rizky menoleh ke sumber suara. Lho? Eh? Kenapa banyak orang tiba-tiba muncul?

  "Bagus! Akting kalian bagus sekali!" puji seorang laki-laki yang gak gue kenal
  "Nee, Zano-kun, Aku tidak tau Zano-kun juga pintar akting! Tadi itu sangat menjiwai!" puji Hiromi
  "Ha?" gue bingung
  "Meskipun sebenarnya aku terkejut karena kalian berdua masuk secara tiba-tiba dan pemeran utamanya tidak jadi ada kesempatan untuk tampil tapi... Aku tidak keberatan kita menyimpan adengan action tadi untuk film" kata laki-laki yang tadi

Orang-orang yang tadi kami hajar masih terbaring di tanah. Gue dan Rizky memandang satu sama lain dengan heran. Kami berdua benar-benar gak ngerti apa yang terjadi.

  "Neee, Zano-kun. Dia adalah sutradara dari film ini. Aku tidak tau kalau dia juga memakaimu dalam syuting film ini" kata Hiromi dengan senang
  "Syuting film?!" gue dan Rizky kaget
  "Lho? Kalian... Kenapa kaget begitu?" Hiromi memiringkan kepalanya
  "Jadi... Yang tadi... Diculik itu... Adengan dari film?" tanya gue
  "Begitulah. Ceritanya kami berdua diculik dan dibawa di sini. Kami berdua ceritanya akan diperkosa tapi tepat sebelum itu terjadi, tokoh utamanya masuk dan menyelamatkan kami. Aku tak menyangka kalau yang masuk malah orang lain" jawab Hiromi

Gue dan Rizky kembali menatap satu sama lain. Kampret... Ternyata ini cuma syuting film... Gue kirain beneran... Percuma gue dan Rizky pamer kemampuan berkelahi.

  "Aku suka akting kalian. Benar-benar di luar naskah! Adengan berkelahi ini akan jadi adengan terkeren yang pernah difilmkan!" kata sutradara
  "Ehm... Pak... Kita..." Rizky mengangkat tangan
  "Kita kirain yang tadi itu bukan syuting film pak" sambung gue
  "Pantas saja kalian berdua sangat serius" protes salah satu orang yang kami hajar tadi. "Kuat bener pukulan kalian"
  "Eeh?! Jadi yang tadi kau katakan itu serius Zano-kun?" tanya Hiromi
  "Justru karena gue gak tau kalau elu syuting film makanya gue serius banget tadi"

***************

  Gue, Hiromi, Rizky serta temannya Hiromi datang ke kafe milik Juita. Gue langsung memberi undangan ke Juita. Hiromi, dan Rizky bercerita tentang kejadian yang barusan.

Sumpah gue dan Rizky bener-bener gak tau kalau tadi itu cuma syuting film. Makanya kami berdua benar-benar serius menghajar mereka.

  "Tapi, aku benar-benar kaget Zano-kun dan Rizky-san langsung masuk ke dalam set" kata Hiromi. "Kukira mereka akting ternyata serius"
  "Yah... Habis mau gimana lagi. Gue gak bisa diem kalau teman gue perlu pertolongan" balas gue
  "Seperti Zano yang biasa" sambung Juita. "Rela melakukan apapun demi temannya"
  "Hahah, memang begitulah Zano-kun yang kukenal" sambung Hiromi

Gue mengambil minuman kaleng dari kulkas lalu membayarnya. Ya iyalah bayar! Meskipun ini kafe punya temen gue, tapi gue juga harus tau diri lah.

  "Tapi Hiromi, ngomong-ngomong elu ikut syuting... Apa elu ada rencana untuk jadi aktris?" tanya gue
  "Tidak. Aku hanya kebetulan ditawar main film itu" jawab Hiromi
  "Ooh, pasti dia juga ya? Kalian berdua beruntung" puji gue. "Tapi dari tadi diem mulu. Kita bahkan belum tau nama lu siapa"
  "Ah, aku... Avita Anggraini" jawab temannya Hiromi
  "Avita..." gue mengangguk

Gue meminum minuman yang gue beli barusan. Gila enak bener.

  "Permisi, aku ada urusan mendadak Aku pamit dulu"

Avita berdiri lalu berjalan keluar dari kafe.

**************

  Gue berjalan kembali ke kampung. Rizky ada urusan mendadak. Katanya ada perampokan jadi dia gak bisa anterin gue. Yah gak apalah. Gue juga terbiasa jalan dari kota balik ke kampung. Saat gue sedang menikmati udara seger di tengeh jalan menuju ke kampung. Gue berhenti sebentar.

  "Sampai kapan lu bakal ngikutin gue?" tanya gue. "Yo?"

Gue berbalik menghadap sebuah pohon di pinggir jalan. Ada seseorang yang mengikuti gue dari tadi. Gue gak tau dia cewek apa cowok tapi gue tau persis gue sedang diikuti dari tadi.

  "Anu... Apa kau tidak marah aku ikuti?"
  "Jangan bercanda. Gue gak mungkin marah tanpa alasan yang jelas" balas gue

Seorang siswi SMA keluar dari balik pohon itu. Memakai kacamata, pendek dan rambutnya dikuncir 2. Gue gak kenal dia siapa...

  "Oh... Anak SMA? Ada apa malem-malem keluyuran?" tanya gue. "Gak bagus lho buat cewek SMA berkeliaran malem-malem. Entar disangka gak bener lagi"
  "Kak, aku... Perlu bantuannya kakak" jawabnya
  "Ha?"

Anak SMA itu berjalan mendekati gue. Perlu bantuan gue?

  "Aku... Melihat aksi kakak tadi di tempat syuting" katanya
  "Baguslah, gue gak akan melakukan hal itu lagi di tempat syuting" balas gue
  "Apa... Kakak bisa menolongku?" tanya murid ini
  "Ha?"
  "Kumohon Kak! Cuma kakak yang bisa menolong aku!"

  Ini anak siapa? Kenal aja kagak dan tiba-tiba dia langsung minta tolong ke gue seolah-olah gue ini satu-satunya orang yang bisa menolong.

  "Ah, sori dek" gue menepuk kepalanya. "Gue gak bisa bantu. Lebih sekarang elu pulang sebelum keburu larut ya"

Gue menepuk kepala anak SMA itu lalu gue berjalan kembali ke kampung. Udah malem, gue mau tidur... Bodoh amat mau apa yang terjadi yang penting gue mau tidur di rumah gue. Gue capek 2 hari begadang.

******************

  Haha, sampai juga di depan rumah. Untuk beberapa hari ke depan, Sesil gak ada di rumah karena dia lagi sibuk syuting acara baru. Saat gue mau masuk, hp gue berdering. Hiromi nelepon gue malem-malem. Ada apa ya? Heh, gue penasaran.

  "Yo? Ada apa Hiromi?"
  "Zano-kun, etto... Gomen. Bisa aku minta tolong?"
  "Ha? Ya... Okelah... Lu mau minta tolong apaan?"
  "Bisa mampir ke rumahku dan ambilkan payung? Di tempat syuting hujan dan aku tidak bisa pulang. Aku mencoba menghubungi Akina tapi hpnya mati. Kumohon Zano-kun... Bantu aku ya? Ya? Ya?"
  "Yoi. Gue bantu dah"

Gue masuk ke dalam dan memakai seragam PEKA gue lalu cepat-cepat lari ke rumahnya Hiromi. Gue melihat ke langit, sial.... Mendung. Mana hujan rintik-rintik urah mulai turun. Payung gue rusak, jas hujan lagi dicuci... Gak ada pilihan lain selain seragam PEKA gue ini.

Sekedar ngingetin lagi, seragam PEKA gue itu benar-benar mengintimidasi. Apalagi setelah gue memasang topeng elang. Walaupun gue gak bawa senjata seperti pedang, tetapi di seluruh bagian seragam PEKA yang gue pakai ada senjata-senjata tersembunyi yang gak mungkin untuk dilepas.

Sebagai pelindung kampung yang bertugas melindungi kampung tiap harinya selalu berada dalam ancaman, udah pasti tiap anggota PEKA (PElindung KAmpung) memiliki senjata tersembunyi di seragamnya.

  "Malem!" sapa gue yang berdiri di depan pintu rumah Hiromi
  "Oh, Zano! Malam!" sapa Akina
  "Akang!" sapa Stella
  "Yo. Akina, Hiromi perlu payung. Dari tadi dia nelepon elu cuma katanya hp lu mati" gue cuekin si Stella. Dia langsung ngambek.
  "Ah iya. Hpku sedang mati. Tunggu sebentar ya Zano"

Akina mengambil sebuah tas milik Hiromi lalu memberinya ke gue. Isi tasnya itu... Payung, sendal dan jaket lengan panjang. Perasaan gue cuma minta payung doang deh... Tapi gak apalah.

  "Kang, Akang ngapain pake seragam PEKA? Apa gerombolan anjing liar mulai mendekati kampung lagi?" tanya Stella
  "Enggak sih. Jas hujan gue lagi dicuci dan semua payung gue rusak, belum sempat gue perbaiki. Gue pake seragam PEKA aja. Anti-hujan. Gue gak bawa senjatanya. Entar gue dikira orang jahat lagi"
  "Oh" Stella mengangguk
  "Ya udah, makasih Akina. Kalian, gue cabut dulu! Kasian Hiromi nunggu"

Gue berlari secepat mungkin ke lokasi syuting. Penampilan gue yang mengintimidasi sempat menakut-nakuti kru film yang bersiap-siap untuk pulang. Gila, hujannya makin deras. Saking lebatnya hujan, jarak pandang aja terbatas. Tapi... Gue udah terbiasa berburu hewan di situasi-situasi yang jarak pandangnya terbatas.

Gue memberi Hiromi tas miliknya. Lalu kami berdua berjalan kembali ke arah kampung. Iye, gue anterin. Sederas apapun hujan, seragam PEKA gue gak basah.

  "Terimakasih Zano-kun. Maaf udah merepotkan malam-malam" kata Hiromi
  "Udah, gak apa-apa. Lu itu temen gue" balas gue
  "Ngomong-ngomong, aku belum pernah melihat hujan selebat ini. Jarak pandangku bahkan terbatas" keluh Hiromi
  "Hujan begini jarang terjadi kok. Jadi nikmati aja selagi terjadi"

Hiromi tertawa. Padahal gue serius lho... Bener! Hujan selebat ini jarang terjadi. Jadi... Kalau terjadi ya... Nikmati aja hujannya. Jangan pikir yang aneh-aneh! Tapi kalau hujan selebat ini terus terjadi selama 2 hari, bisa-bisa sungai di dekat kampung meluap nih...

  "Nee, Zano-kun. Lihat!"

Gue melihat ke arah Hiromi menunjuk. Ada segerombolan pria tak dikenal sedang memikul anak SMA yang gak asing lagi. Anak SMA itu kan... Yang tadi minta tolong sama gue.

  "Dia syuting film juga ya?" tanya gue
  "Bukan! Mereka... Bukan kru film" jawab Hiromi
  "Oh sial.... Perasaan gue gak enak"
  "Nee, Zano-kun. Ayo kita ikuti!"
  "Yoi, ikuti gue Hiromi"

Bersambung
***************

  Part selanjutnya, Zano dan Hiromi melihat anak SMA yang sempat minta tolong ke Zano dibawa oleh segerombolan orang tak dikenal. Sebenarnya siapakah anak SMA itu? Dan siapakah gerombolan orang tak dikenal itu?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar