Kamis, 13 Maret 2014

Zano & Kawanan : Arti Seorang Teman Part-2

  "Zano & Kawanan : Arti Seorang Teman" adalah salah satu episode dari cerita berseri "Zano & Kawanan" buatan Green Leaper.

Part sebelumnya, Zano melihat seorang anak SMA yang tidak asing lagi baginya dibawa oleh segerombolan orang tak dikenal. Bersama Hiromi, dia mengikuti mereka. Siapakah anak SMA itu? Dan apa yang akan terjadi padanya?

Happy Reading!


****************
Zano & Kawanan
Arti Seorang Teman
Part-2
Awal dari Segalanya

  Hujan yang lebat tidak menghentikan niat kami. Gue dan Hiromi terus mengikuti orang-orang yang tak dikenal itu. Kali ini, gue yakin ini bukan syuting film. Kabut tipis mulai menyelimuti pemandangan. Di satu sisi, jarak pandang kami semakin terbatas... Tetapi begitu juga dengan orang-orang tak dikenal itu.

  "Ah! Hei! Lepasin!" bentak anak SMA itu
  "Sial! Suntik dia lagi!"

Gue dan Hiromi mengawasi dari balik pohon. Hiromi ingin segera membantu tapi gue menghalanginya. Belum saatnya untuk bertindak.

  "Kelamaan! Mending kita bunuh saja di sini" usul salah satu orang
  "Bagaimana kalau sesudah kita bunuh, kita pakai dia bos?"

Hmn, oke cukup. Gue udah paham kayaknya apa yang terjadi. Mereka akan mencoba membunuh anak SMA ini.

  "Hiromi, gue punya rencana" bisik gue
  "Eh? Secepat itu?" balas Hiromi
  "Udah, ini rencana gue...."

Gue membisikan seluruh rencana ke gue ke Hiromi. Hiromi mengangguk. Gue berencana untuk membuat hutan ini terlihat seperti angker dan untuk membuat rencana dadakan itu berhasil, gue perlu kemampuan aktingnya Hiromi.

Hiromi merapikan rambutnya yang panjang dengan cepat. Dia hebat juga, bisa membuat penampilannya menjadi seram dalam sekejap. Dari wajahnya yang unyu-unyu berubah jadi serem ngalahin malam minggu dan malam jum'at. Kabut tipis, hujan yang lebat dan pohon yang tinggi benar-benar membantu.

Orang-orang tak dikenal itu membuang anak SMA yang mereka tahan ke tanah. Salah satu dari mereka menghunus pisau.

  Tepat pada saat itu, Hiromi berjalan keluar dari belakang pohon. Gue membunyikan lonceng kecil yang dibawa Hiromi. Itu udah cukup untuk menarik perhatian orang-orang tak dikenal itu.

  "Bos... Lihat" salah satu orang itu menunjuk ke Hiromi

Gue berpindah lokasi ke pohon lain. Membawa tuh anak ke hutan adalah kesalahan yang fatal.... Gue udah terbiasa berburu di hutan. Gue dan Hiromi akan membuat orang-orang jahat ini kencing di celana.

Orang-orang itu masih terfokus memperhatikan Hiromi. Sumpah, Hiromi benar-benar terlihat mirip hantu. Dia memutar-mutar payungnya.

  "Siapa kamu?" tanya salah satu orang tak dikenal
  "Mereka memanggilku... Si pemanggil iblis" jawab Hiromi

Bagus Hiromi! Terus rangkai kata-kata yang berbau mistis! Tapi... Gue harap dia enggak merangkainya yang terlalu sulit untuk gue pahami. Orang-orang tak dikenal malah tertawa. Gue mengeluarkan sebuah benang tipis tapi kuat yang tersembunyi.

Yep, benang tipis tapi kuat ini adalah salah satu dari sekian banyak senjata tersembunyi milik gue. Memakai bantuan alat khusus, gue menembakan benang yang diikat pada jarum kecil ke arah pohon yang bersebrangan. Tembakan gue menancap tepat pada sasaran.

  "Hei, ayo kita main-main sebentar" ajak Hiromi
  "Ya, kami akan bermain-main denganmu" balas salah satu orang itu sambil berjalan mendekati Hiromi
  "Nama permainan ini... Jatuh"

Orang tak dikenal itu tersandung benang tipis yang gue tembak tadi. Tepat setelah dia jatuh, gue menarik benang itu dengan cepat.

Gue mengambil sebuah jarum kecil yang gue isi dengan racun untuk melumpuhkan hewan. Seperti biasa, jarum itu udah gue ikat dengan benang. Gue bersiap untuk menembakan jarum beracun ini dengan bantuan alat khusus yang gue buat sendiri.

  "Hmm... Mungkin tidak begitu menarik jika jatuh. Bagaimana kalau... Lumpuh?" kata Hiromi

Gue menembak salah satu orang tak dikenal dengan jarum yang udah diracuni tadi. Setelah menancap, gue segera menarik kembali jarum itu kembali ke gue. Orang yang gue tembak bahkan sama sekali tidak menyadari kalau dia udah diracuni.

Tak lama kemudian, orang yang gue tembak jatuh ke tanah tak bergerak. Racunnya udah menyebar. Tenang aja, racunnya gak bakal membunuh kok. Cuma melumpuhkan aja.

  "Woi, kenapa kamu?" tanya salah satu orang tak dikenal
  "Sebenarnya kamu siapa?!" bentak salah satu orang tak dikenal lainnya ke Hiromi

Hiromi tertawa.

  "Kelihatannya menyenangkan. Kau tidak keberatan jika aku bermain juga kan? Zano?" bisik Miranda
  "Ha? Woi, Mir! Sejak kapan lu ada di samping gue?!"
  "Hihihi, aku selalu mengawasimu... Teman" Miranda menepuk kepala gue

Miranda menghilang secara tiba-tiba. Mulai dari sini, situasinya bakal jadi benar-benar mistis karena hantu yang asli (Miranda) udah memutuskan untuk ikut bermain. Hmm.... Gue penasaran apa yang akan dilakukan Miranda.

  "Mereka memanggilku, pemanggil iblis" jawab Hiromi sambil tertawa (sumpah, gue merasa ngeri)
  "Pemanggil iblis?" tanya anak SMA yang akan dibunuh
  "Dimanakah kalian menyembunyikan jantungku?" tanya Hiromi dengan nada horror. "Aku selalu mencari-carinya selama mungkin"
  "J-Jangan-jangan kau... Arwah dari orang yang mati dibunuh di dekat ini?! Yang.. Katanya jantungnya tidak ada?" tanya salah satu orang tak dikenal
  "Jantungku.... Dimana kalian menyembunyikannya?" Hiromi mengulangi pertanyaanya

Gue merasa ada yang aneh. Tiba-tiba aja ada sebuah jantung manusia jatuh di depan gerombolan orang tak dikenal. GILA! Sumpah! Bukan gue! Itu bukan rencana gue! Itu jantung manusia beneran! Tapi Hiromi kok terlihat tenang dan terus akting sebagai hantu? Apa Miranda udah merasukinya?

  "Ooh, di situ hihihihi" Hiromi tertawa. "Kalian mengambil jantungku.... Aku akan mengambil milik kalian sebagai gantinya"

  Hiromi  mengulurkan tangan ke arah salah satu orang tak dikenal. Mereka langsung berlari menjauhi. Mereka benar-benar ketakutan melihat akting Hiromi. Gue aja yang merencanakan ini ngerasa ngeri liatnya. Bahkan sebenarnya, ini semua di luar rencana gue!

Gue keluar dari persembunyian gue. Gue menghadang jalan orang-orang tak dikenal ini.

  "Wah! I-ITU KAN!!! Si iblis!"

Ehm... Buat kalian yang bingung. Gue punya 2 julukan; elang iblis atau iblis pembawa bencana. Julukan berasal karena banyak kriminal yang sering mencoba sembunyi di kampung. Nah, gue ditugaskan sama Screamer untuk mengusir mereka. Gue membuat buronan-buronan itu ketakutan (gue selalu punya cara sendiri). Tentu aja yang mencoba melawan memakai fisik, tapi gue lebih jago berkelahi. Dari situlah lahir julukan-julukan aneh gue.

  "Kalian sudah mengganggu ketenangan penghuni hutan ini" ancam gue
  "Kalian berani mengganggu teman kami dan si pemanggil iblis... Sebagai sesama iblis, kami tidak bisa mengampuni kalian"

Gue menjeling ke samping. Eh, Miranda... Tapi... Penampilannya seram dan benar-benar tidak manusiawi. Gimana enggak? Kepalanya putus. Miranda memegang kepalanya dengan tangannya. Tubuhnya ada lubang besar di perut. Gila.... Mir... Gak berlebihan tuh?
  "Apa kalian tau, siapa anak yang kalian ganggu itu... Anak yang kalian ganggu itu, adalah sahabat dari pemanggil iblis"
  "Ampun! Ampun!" pinta orang-orang jahat ini
  "Tinggalkan tempat ini dan jangan pernah ganggu anak itu serta kami lagi... Atau... Kami akan mengambil jantung kalian untuk menggantikan milik teman kami" ancam Miranda

Egh... Kalau Miranda yang ngucapin... Kalimat itu jauh lebih seram.... Maklum, dia kan hantu yang asli...

  "Iya! Kami janji!"

Orang-orang jahat itu pergi ketakutan. Sukses besar! Tapi sekarang malah anak SMA yang jadi korban mereka malah menangis ketakutan. Hiromi berjalan menghampiri anak itu.

  "Ampun! Aku gak tau apa-apa kak! Jangan ambil jantung saya" teriak anak itu

Gue mengacungkan jempol ke Miranda, Miranda juga mengacungkan jempol balik lalu menghilang. Gue bahkan belum sempat ngucapin terimakasih... Gue berjalan ke anak itu. Hiromi melepas jaket miliknya lalu memakaikan anak itu jaketnya. Anak SMA itu kebingungan.

  "Udah, sudah aman sekarang" bisik Hiromi
  "Tapi... Aku bukan yang mengambil jantung kakak"

Gue melepas topeng elang yang gue pake.

  "Woi, lu gak apa-apa kan?" tanya gue
  "Ah! Kakak kan..."
  "Bicaranya nanti saja. Malam ini kamu bisa menginap di rumahku" sambung Hiromi

*************

   Sekarang kami udah ada di rumahnya Hiromi. Stella masih ada di sini juga. Hiromi memberi anak itu handuk untuk mengeringkan rambut. Gue meminum air kemasan yang gue beli di tengah jalan tadi.

  "Ini" Akina memberi segelas teh panas
  "Terimakasih.. Kak. Maaf ngerepotin"
  "Sudahlah tidak apa-apa. Namamu siapa?" tanya Stella
  "Jurina Sastrawati" jawabnya
  "Nama yang bagus Jurina! Nama kakak Rini tapi panggil aja Stella, kalau mau panggil Rini juga gak apa-apa kok. Lalu yang ini Akina, yang itu Hiromi... Lalu yang itu... Perwakilan orang idiot seluruh Indonesia"

Gue menyemburkan air dari mulut gue ke luar rumah (karena gue memang lagi bersandar di pintu rumahnya Hiromi). 

  "Woi Neng!" gue menoleh ke Stella
  "...Namanya Zano" sambung Stella
  "Tapi elu punya yang bagus. Bisa menghasilkan begitu banyak nama panggilan. Jadi lu mau dipanggil apa? Juri? Ina? Rina? Wati? Ati? Astra?" tanya gue
  "Jurina Kak" jawab Jurina

Gue mengangguk.

  "Tetapi, apa yang dilakukan anak SMA sepertimu malam-malam sendirian?" tanya Stella
  "Aku... Ingin meminta tolong ke kak Zano" Jurina menunjuk gue
  "Harus berapa kali gue bilang, gue menolak" balas gue
  "Maaf kak"

Jurina menundukan kepalanya. Dia keliatannya terlibat dalam masalah besar. Gue bukannya gak mau nolongin dia, tapi gue gak tau mau nolong kayak apa karena gue gak tau inti masalahnya Avita apa.

  "Sudah, kamu gak usah cerita ke Zano. Dia memang begitu orangnya. Cerita saja ke kita" bujuk Stella
  "Kakak, mau mendengarkan?" tanya Jurina
  "Ya, kita ini sesama wanita. Pria itu sulit mengerti wanita... Apalagi yang satu itu, tidak pernah mengerti perasaan wanita" balas Stella
  "Ha?" gue mangap

Jurina mengangguk.

  "Bentar, gue mau tanya, orang-orang brengsek yang tadi itu siapa? Dan apa yang mau mereka lakukan ke elu?" tanya gue
  "M-Mereka... Preman dari tempat tinggal saya kak" jawab Jurina
  "Ooh, preman toh..."
  "Aku... Punya teman baik di sekolahku... Namanya, Nadia. Dulu, kami berdua sering pulang sama-sama. Tetapi suatu hari... Nadia ditodong oleh preman-preman yang tadi. Seharusnya, aku menolongnya tapi... Aku... Malah lari" Jurina menundukan kepalanya
  "Biar gue tebak, Semenjak itu hubungan elu dan Nadia semakin memburuk dan para preman itu mengincar elu karena elu udah gak jalan lagi sama Nadia" sambung gue

Jurina mengangguk suasana menjadi hening sesaat.

  "Setidaknya, preman-preman itu tidak akan mengganggu Jurina-chan lagi kan?" Hiromi menatap gue
  "Tapi... Gerombolan mereka masih banyak dan pasti akan mengganggu aku" Jurina menundukan kepalanya. "Apakah kak Zano bis-"
  "Gak"
  "Akang, kenapa Akang gak membantu dia?" tanya Stella
  "Itu termasuk masalah pribadi elu dan teman elu. Gue gak bisa berbuat apa-apa"
  "Aku... Sebagai temannya. Aku... Tidak bisa membantunya, jadi... Kumohon untuk kakak menolongku!"

Gue berjalan mendekati Jurina.

  "Woi, lu butuh pertolongan gue kan?" tanya gue
  "I-Iya kak"
  "Okelah, gue akan bantu mengatasi preman-preman itu... Tapi... Elu harus ngerti arti dari seorang teman" sambung gue
  "Arti dari seorang teman?"
  "Yoi"
  "Caranya kak?"
  "Hadapi masa lalu elu yang suram itu. Dekati Nadia, ajak dia berbicara. Katakan seluruh isi hati lu ke dia. Katakan bahwa elu benar-benar ingin meminta maaf ke dia" kata gue
  "Tapi... Dia tidak akan memaafkanku kak. Kesalahanku terlalu besar"
  "Ya elah, elu gak bakal tau kalau belum mencoba"

Stella, Akina dan Hiromi tersenyum. Jurina mengangguk.

  "Tapi... Aku tidak akan tau kapan dia akan memaafkanku kak. Aku bahkan tid-"
  "Ketika saatnya tiba nanti... Elu akan tau"
  "Tapi... Kak, apa yang terjadi kalau aku gagal?"
  "Tapi ini, tapi itu... Elu kayak orang bego tau gak?" protes gue
  "Tapi kak... Tapi..."
  "Ya elah pesimis amat lu... Dengar, yang penting lu berusaha sebaik mungkin"

*************

  Gue dan Stella berjalan pulang ke rumah masing-masing. Hujannya juga udah reda kok. Rencananya besok Hiromi dan Akina akan mengantar Jurina pulang ke rumahnya. Hoaahm, gue ngantuk.

  "Kang... Kenapa Akang berbicara sekasar itu ke Jurina?" tanya Stella
  "Dia terlalu pesimis dan berputar-putar pada masa lalunya. Gue sengaja bertingkah begitu biar dia jadi lebih berani menghadapi masa lalunya. Eneng gak lupa kan... Dulu... Seseorang yang paling gue kenal juga seperti itu"
  "Oh, begitu... Seperti Akang yang Eneng kenal. Selalu membantu... Dengan cara sendiri" Stella mengangguk. "Sekilas, Jurina sepertinya ingin menolong temannya yang satu lagi. Tapi, dia merasa dirinya tidak bisa menolong.
  "Begitulah, Gue bisa aja mengatasi para preman. Tapi... Soal hubungan pertemanannya dengan Nadia, cuma dia yang bisa mengatasinya" gue membuang botol ke tempat sampah.

Gue berhenti berjalan.

  "Itulah kenapa gue bertingkah seperti barusan di rumahnya Hiromi. Hanya Jurina yang bisa menyelesaikan masalah pribadinya dengan temannya. Gue hanya sekedar memotivasi dia" gue melihat ke langit. "Neng, apa gue bisa minta tolong?"
  "Ya bisa. Eneng akan bantu sebisa mungkin" jawab Stella
  "Tolong bilang Screamer untuk melacak orang..."

Gue mengeluarkan sepucuk kertas lalu memberinya ke Stella.

  "Oke... Eneng akan mencoba menghubungi Screamer. Begitu ada kabar darinya, Akang akan Eneng hubungi"

Gue senyum. Kami berdua melakukan tos.

  "Baiklah! Mari kita bantu Jurina" gue mulai semangat

Bersambung
************

  Part selanjutnya, Jurina mencoba memperbaiki hubungan pertemanannya dengan Nadia. Tetapi, masalahnya dari para preman masih belum selesai. Sementara itu, Zano terus mengawasi perkembangan Jurina.

2 komentar: