"Zano & Kawanan : Terowongan Yami" adalah salah satu episode dari cerita berseri "Zano & Kawanan" buatan Green Leaper.
Zano, Juita, dan Airi mendengar kabar tentang sebuah tempat bersejarah. Bersama sebuah tim expedisi, mereka bertiga pergi untuk mengungkap sejarah dari tempat tersebut. Tapi, tentu saja... Ada sesuatu yang menunggu mereka di sana.
Apa itu? Baca dulu dah... Happy reading!
Zano, Juita, dan Airi mendengar kabar tentang sebuah tempat bersejarah. Bersama sebuah tim expedisi, mereka bertiga pergi untuk mengungkap sejarah dari tempat tersebut. Tapi, tentu saja... Ada sesuatu yang menunggu mereka di sana.
Apa itu? Baca dulu dah... Happy reading!
**********
Zano & Kawanan
Terowongan Yami
Part-1
Habis Dipecat, Cari Kerja Lagi
Part-1
Habis Dipecat, Cari Kerja Lagi
Gue masuk ke dalam kafenya Juita. Belakangan ini gue sering bolak-balik dari kampung ke kota buat cari kerjaan. Iye, gue baru dipecat dari kerjaan gue sebagai satpam di sebuah SMA. Sebenarnya gue harusnya menenangkan mahasiswa yang tawuran di dekat SMA, tapi karena gue jadi target bulan-bulanan maka tanpa pikir panjang, gue langsung habisin semua mahasiswa yang tawuran seorang diri..
Iye, sendirian. Gue emang jago dalam hal berantem sih. Kalian pikir kenapa gue dijuluki "iblis pembawa bencana" ? Karena gue jago berantem, dan saking jagonya, gue sampai lepas kendali dan menimbulkan kerusakan parah. Sekarang kalian tau kenapa gue dipecat. Gue menimbulkan kerusakan parah... Baik buat SMA maupun mahasiswa yang tawuran.
Waktu gue masuk, hal pertama yang menarik perhatian gue adalah Juita dan Airi yang lagi ngomong. Kemudian, kafenya Juita lagi sepi hari ini. Gak ada pelanggan lain selain Airi doang.
"Eh, Zano. Kebetulan kita lagi ngomongin kamu" sambut Juita
"Masa? Kangen ya?" tanya gue dengan nada bercanda
"Enggak juga" jawab Juita
"Kampretos lu Ju"
Gue duduk bareng Airi yang lagi minum sirup.
"Ju, ada yang bisa dimakan gak? Gue belum makan dari pagi nih..." tanya gue sambil memasang ekspresi mengemis
"Soal makanan, selalu ada kok. Nih, baca dulu menunya"
Juita memberi buku menu. Gue mengambil buku itu dan dengan semangat kelaparan yang membara membukanya. Hmn.... Oke, kayaknya hari gue makan.... Ehm.... Setelah gue liat-liat harganya... Kayaknya isi perut sama isi dompet gue beradu argumen nih...
"Air garam aja" gue menundukan kepala
Airi langsung batuk-batuk. Gue dan Juita kaget tapi mau ketawa. Soalnya gaya batuknya itu lho... Lucu banget. Selain Stella, Airi adalah orang yang kalau batuk atau bersin, suaranya lucu banget.
"Woi, minumnya pelan dikit napa. Rakus amat lu Airi" kata gue sambil menahan tawa
"Maaf, habisnya Zano lucu sih. Minum air garam" jawab Airi
"Lucunya dimana?" protes gue
"Orang yang datang ke restoran hanya untuk meminum air garam... Itu aja udah lucu banget" ledek Juita
Bener juga ya... Kalau mau minum air garam mending gue minum di rumah aja. Tapi ah... Jangan ah, di rumah gak ada siapa-siapa. Stella lagi keluar entah kemana. Adik gue sendiri lagi sibuk di sekolah. Mending di sini, ada mereka.
"Jadi bagaimana kabarmu Zano? Baik-baik saja?" tanya Airi
"Enggak juga... Baru aja dipecat"
"He?" Airi menangkat alis kirinya
"Gue seharusnya menghentikan tawuran, tapi malah menghajar semua orang di dalam tawuran. Meskipun ujung-ujungnya gue menghentikan tawurannya, tapi gue dipecat karena gara-gara gue, banyak orang luka-luka"
Airi menangguk. Pertanda dia gak ngerti. Ah sudahlah... Juita menyodorkan segelas air garam ke depan gue.
"Adikmu itu, artis. Public figure tau. Jadi cobalah setidaknya untuk mengendalikan sifatmu yang buruk itu. Kalau sifatmu buruk, opini publik tentang adikmu juga menurun" kata Juita
"Meh, kayaknya publik gak percaya tuh kalau Sesil punya kakak" keluh gue
Sekedar info aja, gak peduli berapa kali adik gue bilang ke media kalau dia punya kakak, dan kakaknya adalah gue... Tetep aja gak ada satupun orang yang percaya. Sesil sendiri aja bingung kenapa gak ada yang percaya apalagi gue.
"Zano, ettoo.... Apa gunanya ikut tawuran? Maksudku, hal itu hanya membawa kesakitan kan?" tanya Airi
"Yah... Bagaimana ya? Sebenarnya gak ada gunanya juga sih selain sok keren dan sok jago aja di muka umum" jawab gue
"Lalu, kenapa Zano masih mau ikut tawuran?"
"Ada satu hal yang buat gue betah tawuran, yaitu... Saat dimana elu gak tau membedakan antara mana temen dan mana yang musuh. Alhasil, elu hajar aja semua orang. Itu yang membuat gue betah tawuran"
Airi menatap gelas sirupnya sambil menggelengkan kepalanya.
"Aku tidak mengerti"
"Zano itu tipe orang yang tidak suka mejauh dari bahaya dan tantangan. Dalam tawuran, sudah pasti menjadi tantangan tersendiri bagi Zano karena biasanya sih, yang terlibat tawuran hanya berani main menang massa" sambung Juita
"Bener tuh Ju!" gue mengacungkan jempol
"Rini banyak sekali membicarakan tentangmu ketika terlibat tawuran antar sekolah dulu"
Emang bener sih, waktu jaman gue sekolah, gue suka ikut tawuran. Dari tawuranlah, lahirlah jati diri gue sebagai siswa paling bermasalah. Dulu kalau ada tawuran, biasanya yang maju cuma gue dan Zaki doang... Temen-temen gue yang lainnya? Kabur semuanya...
Yah, awalnya sih, emang kita berdua jadi korban bulan-bulanan anak-anak sekolah lain (karena cuma dan Zaki doang yang tersisa, lainnya kabur), tapi seiring waktu, kita udah terbiasa menerima pukulan dan bisa mengalahkan seluruh rombongan anak-anak sekolah lain... Berdua saja. Kalian jangan ikut-ikutan... Nanti kalian sulit nyari kerja kalau ada masa lalu kalian yang suram.
Jangan tawuran hanya karena kalian takut dibilang banci atau dijauhi sama yang lain. Si Dino, temen gue (dan kawanan) gak tau tawuran dan sering dipanggil banci karena alasan itu tapi gue dan yang lain sangat menghargai dia karena dia gak pernah melanggar janji. Masih banyak faktor sih yang bisa membuat kalian dihargai... Kalian harus cari tahu sendiri...
"Oke, nih Ju... Berapa harganya?"
"Jangan bercanda, kalau hanya segelas air garam kau tidak perlu bayar" Juita menahan tawa. "Kau mendapatkan simpatiku... dan hatinya Airi"
"Eh?" Airi bingung namanya dibawa-bawa
"Hah?" gue juga ikut bingung
"Cieee, sama-sama bingung. Kalian cocok deh" ledek Juita
"Hah! Berisik lu" balas gue
Juita tertawa, Airi menggelengkan kepalanya (lagi-lagi, pertanda dia gak ngerti).
"Eh, elu sendiri gimana kabarnya Airi?" tanya gue
"Aku sedang menunggu seseorang" jawab Airi
Gue menanggukan kepala gue. Siapapun orang itu, bukan urusan gue pastinya.
"Etto, tapi aku tidak punya hubungan khusus dengannya kok. Zano jangan marah ya" sambung Airi
"Ah? Kenapa gue mesti marah?" gue nahan tawa
"Itu... Ettoo... Itu..."
"Ju, satu gelas air garam lagi bisa? Gue masih lapar"
"Bagaimana kalau aku buatkan nasi goreng untuk kamu aja. Gak usah bayar..." kata Juita yang kayaknya udah mulai prihatin dengan nasib (cacing-cacing di) perut gue
"Ah? Serius? Tulus gak nih?"
Juita mengangguk. Ah, syukurlah... Awalnya gue kira Juita itu tipe cewek yang dingin kayak si Screamer. Ternyata dia orangnya baik. Dalam waktu sekejap, Juita udah langsung memberi gue sepiring nasi goreng. Tanpa ragu-ragu, gue langsung makan aja.
"Selamat dat...." kata Juita
Hm? Kalimatnya kok gak diterusin? Gue melihat ke Juita. Mulutnya terbuka seperti lagi melihat alien. Ekspresi wajahnya menunjukan kalau dia lagi kaget. Gue menoleh ke arah pintu kafe. Ebuset! Boyband! Ehm, bukan... Maksud gue, ada laki-laki masuk ke dalam kafe. Dari penampilannya dan wajahnya yang di atas standar, gue bisa tebak dia bukan orang Indonesia.
"Busyet... Cakep banget" gumam Juita sambil senyum-senyum sendiri
"Ehm, Ju... Boleh gue minta air? Abis nih air di meja ini" bisik gue ke Juita
Juita gak merespon. Gue melambaikan tangan di depan wajahnya
"Ju? Woooiiiii?? Ju? Lidah gue kebakaran nih... Boleh gue minta air gak? Di semua meja abis nih... Ju? Halo?"
"Terlalu... Cakep" gumam Juita yang masih cuekin gue
"Ju? Haloooo? Ju? Air Ju... Air...." gue mulai memasang tampang mengemis
Laki-laki itu mendekati kami. Gue masih dicuekin. Gue liat-liat meja lain, siapa tau ada air... Bah, gak ada... Mana gue dicuekin sama Juita lagi... Tch...... Airi yang lagi mengutak-atik hp miliknya menoleh ke laki-laki itu. Ekspresinya sih biasa aja.
"Nouchi Airi-san?" tanya laki-laki itu
"Ya?" jawab Airi
[Catatan; dialog yang bercetak miring dan garis bawah terjadi dalam bahasa asing. Dalam kasus ini, bahasa Jepang]
"Ju? Air Ju..... Lidah gue udah kebakaran nih... Tolongin gue lah Ju...."
"Ternyata dia orang Jepang... Gak heran kenapa ganteng banget" Juita masih berbisik ke dirinya sendiri
"Ju.... Air...... Air....." keluh gue
Airi dan laki-laki itu mulai berbicara dalam bahasa asing. Gue sih cuek aja, boro-boro bahasa asing yang mereka ngomongin. Bahasa Inggris gue aja masih jebol... Sebenarnya, nilai bahasa Indonesia gue di rapor pun amblas... Tapi sekarang bukan waktunya memikirkan itu. Gue lagi perlu air!!!!
"Ju...... Aiiiiirrrrr" kata gue dengan lemes
Juita langsung mengambil menu dan memberinya ke laki-laki itu. Kadang-kadang laki-laki itu ngomong ke Juita panjang lebar dalam bahasa entah bahasa apa itu... Jepang atau Cina atau Korea... Entahlah. Yang gue perlukan sekarang air men! AIR!!!! Gue masih dicuekin.
Juita dengan cepat menyiapkan ikan bakar dan mengantarkannya langsung ke meja dimana laki-laki itu berada. Yah, sebenarnya laki-laki itu semeja dengan gue dan Airi sih. Tapi gue kan lagi sibuk minta air sama Juita.
"Ju.... Airrrr" gue mulai merasa lidah gue udah angus karena pedis
Gue mengambil hp gue dan menelpon hpnya Juita. Biar dia nyadar kalau gue dari tadi minta air... Sial, hpnya malah dimatiin. Pffttt..... Sekarang gak ada cara lain lagi.
"Halo? Pemadam kebakaran? Lidah saya lagi kebakaran pak! Mana dicuekin lagi sama yang punya restoran. Bisa sediain air 2 tangki gak pak?"
"Mohon maaf, ini Junaidi Delivery... Ada yang bisa dibantu?"
"Ehm... Salah sambung ya... Kalau begitu, apa bisa delivery air dari kantor pemadam kebakaran?" tanya gue
"Mohon maaf, kami tidak bisa. Ada hal lain yang bisa kami antar?"
"Apa bisa mengirim rasa rindu gue ke seseorang? Sudah kerasa sesak di dada" keluh gue
"Mohon maaf, jasa itu belum tersedia... Yang tabah ya... Suatu hari nanti pasti anda akan mendapatkan pacar. Salam jones"
TUUUUTTT....
Oke, teleponnya dimatiin.
"Eh, Zano... Maaf... Air ya?" tanya Juita
"Air...." jawab gue
"Haduh.. Maaf, maaf... Maaaff"
Juita mengambil air. Gue langsung minum aja tanpa menunggu lama. Fyuh... Lega. Gue baru nyadar kalau Airi dan laki-laki itu menahan tawa melihat tingkah gue yang ngemis air. Gue garuk-garuk kepala sambil senyum ke mereka berdua. Sementara Juita masih merasa bersalah karena udah... membiarkan menahan rasa pedis dari tadi.
"Zan-o ya?" tanya laki-laki itu
"Aiiirrrr... Eh, maksud gue... Ya... Namaku, Zano" jawab gue sambil menunjuk ke diri gue sendiri
Laki-laki itu mengangguk.
"Sudah kuduga kau itu Zano" sambung laki-laki itu
"Dia bahasa Indonesia?!" kata gue dan Juita
"Salam kenal, namaku Satoru" kata laki-laki itu
"Oh... Yah... Salam kenal. Yang ini..." gue melihat ke Juita
"Namaku Juita, salam kenal" Juta tersenyum lebar
Satoru cuma mengangguk. Entah dia ngerti apa kagak gue sendiri gak yakin.
"Hiromi, banyak bercerita tentangmu Zano" kata Satoru. "Sepertinya kalian berdua cukup dekat"
"Yah... Bisa dibilang begitu" jawab gue
Gue jadi keinget sesuatu. Hiromi pernah bilang nama seseorang yang berawal dengan huruf S. Tapi gue gak begitu bisa inget waktu itu dia bilang apa.
"Bagaimana kabarnya Hiromi? Apa masakannya bagus?" tanya Satoru
"Dia sih baik-baik aja. Cuman... Yah... Itu... Masakannya...."
"Adiku yang itu memang bodoh dalam memasak. Maaf ya kalau dia membuatmu dan orang lain hampir mati keracunan"
Adik? Ooooh!!! Gue inget sekarang!
"Kakaknya Hiromi kan?" tanya gue
"Ya"
"Kakaknya Hiromi?!" Juita kaget. "Eh, Zan... Anu... Minta nomor hpnya Hiromi dong"
Gue memberi hp gue ke Juita. Biarin aja nanti dia yang nyari nomor hpnya Hiromi sendiri. Emang sih, gue baru inget kalau Hiromi punya kakak laki-laki tapi... Gue gak nyangka aja kalau kakaknya bisa punya muka di atas standar kayak gini.
"Jadi, Zano... Aku sudah mendengar banyak tentang kemampuanmu. Caramu berkelahi, kemampuanmu memegang senapan, dan keahlianmu dalam bidang yang berbau kekerasan" kata Satoru
Gue gak tau itu pujian atau celaan...
"Aku, punya tawaran untukmu. Apakah kau ingin bekerja sebagai pengawal kelompok ekspedisiku?" tanya Satoru
"Woh! Boleh tuh! Ya! Ya!" balas gue dengan semangat
"Baiklah, sudah diputuskan... Zano, persiapkan dirimu untuk mengikuti ekspedisi minggu depan" kata Satoru
"Anu... Apa... Satoru-san perlu juru masak?" tanya Juita dengan wajah yang penuh harapan
"Hmm..... Apa Zano bisa membedakan antara makanan beracun dan mana yang tidak?" tanya Satoru ke gue
"Maaf.... Gue cuma taunya yang berbau kekerasan... Tapi, kalau ada Juita, kita gak perlu takut menelan makanan beracun dalam perjalanan"
"Kalau begitu... Aku akan mendiskusikannya dengan pemimpin yang lain... Jika mereka tertarik, aku akan menghubungimu"
Satoru pamit. Setelah Satoru keluar, Juita langsung memeluk gue.
"Makasih Zan! Kamu emang teman terbaik deh. Suer!"
"Adah, adah, adah.... Juita, elu nginjek kaki gue! Sakit! Sakit! Sakit! Ju, mundur dikit Ju! Sakit! Sakit!"
"Aku tidak mengerti kalian ini kenapa" kata Airi
Bersambung
***************
Part selanjutnya, Jadi... Tiga serangkai ini direkrut ke dalam tim ekspedisi. Namun... Jika sampai Zano disewa sebagai pengawal, berarti disana ada bahaya menunggu mereka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar