"Zano & Kawanan : Terowongan Yami" adalah salah satu episode
dari cerita berseri "Zano & Kawanan" buatan Green Leaper.
Part sebelumnya, Zano direkrut sebagai pengawal untuk sebuah ekspedisi. Zano, membicarakan hal ini dengan Hiromi.
Happy reading!
Part sebelumnya, Zano direkrut sebagai pengawal untuk sebuah ekspedisi. Zano, membicarakan hal ini dengan Hiromi.
Happy reading!
***********
Zano & Kawanan
Terowongan Yami
Part-2
Persiapan ke Terowongan Yami
Oke, gue udah siapin semua keperluan gue buat ekspedisi nanti. Seragam
PEKA (pelindung kampung) lengkap dengan semua senjata tersembunyinya.
Meskipun masih jauh dari hari H, gak ada salahnya gue mempersiapkan
semuanya sekaligus.
Karena
gak ada hal lagi yang bisa gue buat, gue baring-baring aja di teras.
Sesil, adik kesayangan gue juga udah keburu pergi sekolah. Jadi gue gak
ada temen curhat di rumah. Hiromi tiba-tiba lewat depan rumah gue.
"Pagi Hiromi!" sapa gue
"Ah, Zano-kun! Selamat pagi. Tepat waktu!"
Hm?
Tepat waktu? Siap-siap kabur ah, siapa tau dia mau minta gue untuk
nyoba makanan buatannya yang mematikan semua indra dan organ dalam gue.
"Temani aku belanja... Tolong ya?"
"Hah? Kenapa gak sama Akina aja? Kalian kan serumah" tanya gue
"Dia tidak hafal jalan. Tapi Zano-kun pasti hafal. Kalau dengan Zano-kun aku tidak akan tersesat"
"Udah denger, malu bertanya sesat di jalan gak?" tanya gue
"Sudah... Tapi jaman sekarang kalau bertanya langsung aku dibilang
kepo... Terus, laki-laki banyak yang godain aku...." jawab Hiromi dengan
logat khasnya
Nih anak... Kasian juga gue liatnya. Dia juga gak pintar menghindar dari suatu masalah...
"Ya udah, gue temenin"
Kebetulan
juga gue udah abis mandi. Daripada gue gak ngapa-ngapain seharian,
mending gue temenin dia aja. Bukan pemandangan yang asing lagi sih kalau
Hiromi dimodusin sama laki-laki... Dia punya mata yang menarik... Gak
heran kenapa dia merasa kurang nyaman kalau jalan-jalan tanpa ada yang
nemenin dia.... Dan yang nemenin dia harus laki-laki atau minimum...
Yang tau berdebat dan berantem. Gue emang gak pinter berdebat, tapi soal
berantem? Jangan ditanya...
***********
Gue dan Hiromi udah jalan muter-muter kota Jakarta... Tapi kayaknya
Hiromi sendiri gak tau mau pergi kemana. Gue sih cuma ngikutin dia jalan
kemana aja... Tapi jujur, udah entah berapa jam dan kita masih belum
masuk ke satu toko pun.... Jangankan toko, pedagang kaki lima aja gak
disamperin...
"Ehm, kita mau mana?" tanya gue
"Terserah" jawab Hiromi
Terserah ya? Gue aja gak tau dia mau belanja apa...
"Gimana kalau kita mall yang baru buka? Katanya disana bagus loh... Katanya...." usul gue
"Jangan, banyak preman disitu..."
"Kalau gitu, ke mall FX? Ada theater disana lho"
"Jangan, terlalu banyak laki-laki disana"
"Terus elu mau belanjanya di mana?"
"Terserah"
Hiromi
kayaknya mau ngajak ribut nih.... Ayolah... Maksud gue, apa masalahnya
dengan preman? Ada gue. Kalau soal banyaknya laki-laki... Yah...
Kemanapun kita pergi, kita bakal tetep ketemu sama laki-laki...
"Ya udah... Elu emangnya mau belanja apaan?" tanya gue yang udah mulai dikit kesel
"Tidak tau" jawab Hiromi
"Elu... Gak tau mau belanja apa tapi elu tetep pengen buat belanja?!" gue syok
"Iya" jawab Hiromi dengan wajah polosnya
"Mi, udah pernah dikerok pake silet belom?" tanya gue dengan kesal
"Eh? Belum pernah. Memangnya bisa ya? Sugoi!"
Nih
anak..... Polos apa bego? Ataukah jangan-jangan sifatnya yang ini
karena pengaruh Zaki, pacarnya? Gue tau sih, si Zaki emang pinter dalam
menghasut orang lain tapi.... Gue gak nyangka kalau salah satu hasilnya
bakal seperti Hiromi...
"Gak lupakan aja.... Gue bercanda doang tadi" gue garuk kepala
Jadi....
Yah... Inilah kami, berjalan-jalan di kota tanpa tujuan yang jelas....
Mirip layangan yang hanya terbang mengikuti arah angin doang... Kecuali,
gak ada orang yang ngejar... Hmn, selagi gue masih dia, mending gue
tanya tentang kakaknya aja sekalian.
"Hiromi, kakak lu yang namanya Satoru ya?" tanya gue
"Iya, kakak aku"
"Gue ketemu sama dia kemaren-kemaren. Gue gak nyangka dia punya wajah yang di atas standar"
Gue ceritain apa yang terjadi di... bagain sebelumnya... Itupun kalau
kalian baca. Hiromi tertawa terbahak-bahak cetar membahana mendengar
sikap Juita. Gue juga menceritakan tentang ekspedisi ke terowongan Yami
(gue baru aja dikasih tau sama Airi).
"Terowongan Yami? Aku pernah mendengarnya... Nee, kita kembali ke rumahku"
"Lha? Terus belanjanya?! Jadi gak?" tanya gue
"Itu tidak penting, aku belum tau mau belanja apa"
Gue cuma diem... Gue gak tau mau memberi reaksi apa...
********
Singkatnya, gue udah di rumahnya Hiromi yang bentuknya berbeda dari
tipikal rumah yang bisa ditemui di Indonesia. Hiromi membawa setumpuk
buku tebal. Kadang-kadang dia hampir jatuh saat membawanya, tanpa
disuruh, gue langsung bantuin dia bawa semua buku... yang jumlahnya
banyak...
Gue
perhatikan, rata-rata warna cover buku yang dibawa Hiromi itu... Gelap
dan bertema suram.... Gue mengambil sebuah buku yang warna covernya pink
karena terkesan cerah dibandingkan buku-buku lain. Gue membuka buku itu
dan mulai membaca isinya.
"Kya! Jangan baca yang itu!"
Hiromi
langsung mengambil buku yang lagi gue baca. Percuma, walaupun gue baca
gue gak ngerti isinya apaan... Tulisannya men... Bukan aksara jawa atau
alphabet yang gue kenal seumur hidup... Entah itu aksara Cina, Korea
ataukah Jepang... Bagi gue sama aja.
"Ini diary-ku" tegur Hiromi sambil memasang wajah cemberut
"Gak heran kenapa bukunya terkesan cerah dan memancarkan aura ceria" balas gue
Hiromi
memberi gue sebuah buku. Gue langsung membaca isinya... Gue mau
nangis... Gue gak tau baca tulisannya Akina... Walaupun gue tau baca,
gue gak ngerti dia tulis apaan. Gue kan gak tau bahasa Jepang... Jadi
gue cuma liat-liat foto-foto yang ditempel di situ.
"Ini, lihat foto yang ini Zano-kun"
Gue
melihat foto yang ditunjukan oleh Hiromi. Fotonya seperti di dalam
sebuah gua, rada-rada gelap dan kotor. Di foto itu ada sebuah jalan yang
menuju... area yang gelap. Di area yang gelap itu, ada semacam cahaya
yang menyerupai sepasang mata. Gue memperhatikan baik-baik, ada semacam
bagian dari busur panah sedikit terlihat tidak jauh dari mata aneh itu.
"Foto ini didapatkan oleh Akina dari salah satu orang yang pernah pergi
ke sana. Orang itu mempunyai teman fotografer yang ditemukan tewas di
dalam terowongan dengan sebuah panah abad pertengahan menancap di
kepalanya. Dan inilah foto terakhir yang ditemukan di kamera dari
fotografer yang tewas" kata Hiromi panjang lebar
Hm....
Jadi udah pernah ada yang buat ekspedisi di situ ya.... Gak heran
kenapa gue disewa jadi sekuriti... Berarti gue punya masalah yang
menunggu nih di sana nanti.
"Apa Akina pernah ke sana?" tanya gue
"Tidak, Akina belum pernah ke sana. Dia hanya mengumpulkan informasi tentang terowongan Yami" jawab Hiromi
Hm,
okelah. Gue mulai bertanya banyak hal tentang terowongan itu ke Hiromi.
Gak ada salahnya kalau gue tau apa yang menunggu kita di sana nanti.
Ternyata, banyak sekali kasus yang pernah terjadi di terowongan Yami.
Terowongan yang bekas nenek moyangnya Hiromi ini dipenuhi kisah-kisah
yang menurut gue... Suram....
Banyak
sekali laporan tentang kasus pengunjung terowongan yang ditemukan tewas
mengenaskan dalam terowongan. Selain itu, ada banyak penampakan arwah
gentayangan. Mulai dari sepasang mata merah di dalam kegelapan, sosok
tak berkepala hingga suara tangisan aneh yang gak jelas sumbernya dari
mana.
Untuk orang yang gak pernah pergi ke sana... Informasi yang didapatkan oleh Akina luar biasa banyak dan sangat... Berguna.
"Oleh, karena Zano-kun.... Mendengar banyaknya kejadian tak
menyenangkan yang terjadi di sana, kumohon tolong jaga kakak aku yang
keras kepala itu"
"Ya, serahkan aja ke gue. Gue janji, gue akan menjaga dia"
"Eh? Benarkah? Sekalian, tolong juga beritahu aku dan Akina jika terjadi sesuatu" kata Hiromi. "Tapi.. Apakah Zano-kun mampu?"
Gue mengangkat alis kanan mata gue.
"Maksudku, etto.... Aku tau Zano-kun memang sangat jago tapi... Sampai
sekarang, tidak ada yang tau apa yang menyebabkan kematian orang-orang
di terowongan itu... Apakah Zano-kun.. Ettoo...." Hiromi menggaruk
kepalanya
"Elu udah tau sifat gue kan?"
"Eh?" sekarang Hiromi yang bingung
Gue menepuk kepala Hiromi.
"Gue tidak akan membuat janji yang tidak bisa gue tepati. Jika gue
sudah berjanji, maka entah bagaimanapun caranya... Gue akan tepati janji
gue. Itulah, jalan hidup gue!"
Hiromi
cuma senyum mendengar jawaban gue. Sekedar info buat kalian, gue gak
ada maksud supaya terkesan keren atau apaan di depannya...
"AKANG!!!!"
Mati
dah gue... Itu suaranya Stella. Gue noleh keluar, dia ada di depan
rumahnya Hiromi. Apa... Dia marah gara-gara liat gue menepuk kepalanya
Hiromi? Dia berjalan menghampiri gue dengan aura pembunuhan.... Serem
coy...
"Sini!" Stella menarik gue
"Eh, tunggu! Entar! Entar! Woi! Neng! Cengkraman tangan lu kuat banget! Woi!"
***********
[Bagian ini dilihat dari sudut pandang orang ketiga]
Hiromi hanya menahan tawa melihat Zano yang sedang dimarahi Rini /
Stella. Dia memang jadi suka cemburuan semenjak Airi mulai agresif
mendekati Zano dan bahkan seringkali mencoba menembak Zano. Tidak heran,
itu karena Zano adalah cinta pertamanya Rini sehingga dia tidak mau
posisinya tergantikan oleh perempuan lain. Meskipun begitu, Hiromi juga
merinding melihat kegalakan Rini.
"Kakak, apa yang kau rencanakan di terowongan itu?" pikir Hiromi. "Apa jangan-jangan kau mencari sedang mencari itu? Tetapi, sampai kapan kau akan mencari itu?"
Hiromi
menatap buku yang dimiliki oleh Akina, temannya. Buku yang covernya
hanyalah selembar kertas tebal hitam pekat. Di dalamnya hanya lembar
putih. Masih kosong.
Bersambung
***********
Part selanjutnya, hari H telah tiba! Namun, Hiromi sepertinya
mengetahui sesuatu tentang terowongan aneh itu. Kemudian, apakah yang
sebenarnya dicari oleh kakaknya Hiromi? Bahaya apa saja yang....
Bergentayangan di dalam terowongan? Apakah Zano dengan otaknya yang di
bawah standar mampu mengatasi semuanya?
Zano : Curut! Buat gue terkesan keren dikit napa?!
Diamlah,
gue adalah penulis ceritanya. Gue yang berhak menulis jalan ceritanya.
Ente hanya pemeran di dalam cerita. Dan sejak kapan pemeran dalam cerita
boleh berdebat sama yang nulis cerita?!
Zano : Gue juga manusia nyet
Sama! Udah, durasi nih! Jangan memperpanjang durasi. Kasian pembacanya...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar