Minggu, 27 April 2014

Zano & Kawanan : Terowongan Yami Part-2

  "Zano & Kawanan : Terowongan Yami" adalah salah satu episode dari cerita berseri "Zano & Kawanan" buatan Green Leaper.

Part sebelumnya, Zano direkrut sebagai pengawal untuk sebuah ekspedisi. Zano, membicarakan hal ini dengan Hiromi.

Happy reading!


***********
Zano & Kawanan
Terowongan Yami
Part-2
Persiapan ke Terowongan Yami

  Oke, gue udah siapin semua keperluan gue buat ekspedisi nanti. Seragam PEKA (pelindung kampung) lengkap dengan semua senjata tersembunyinya. Meskipun masih jauh dari hari H, gak ada salahnya gue mempersiapkan semuanya sekaligus.

Karena gak ada hal lagi yang bisa gue buat, gue baring-baring aja di teras. Sesil, adik kesayangan gue juga udah keburu pergi sekolah. Jadi gue gak ada temen curhat di rumah. Hiromi tiba-tiba lewat depan rumah gue.

  "Pagi Hiromi!" sapa gue
  "Ah, Zano-kun! Selamat pagi. Tepat waktu!"

Hm? Tepat waktu? Siap-siap kabur ah, siapa tau dia mau minta gue untuk nyoba makanan buatannya yang mematikan semua indra dan organ dalam gue.

  "Temani aku belanja... Tolong ya?"
  "Hah? Kenapa gak sama Akina aja? Kalian kan serumah" tanya gue
  "Dia tidak hafal jalan. Tapi Zano-kun pasti hafal. Kalau dengan Zano-kun aku tidak akan tersesat"
  "Udah denger, malu bertanya sesat di jalan gak?" tanya gue
  "Sudah... Tapi jaman sekarang kalau bertanya langsung aku dibilang kepo... Terus, laki-laki banyak yang godain aku...." jawab Hiromi dengan logat khasnya

Nih anak... Kasian juga gue liatnya. Dia juga gak pintar menghindar dari suatu masalah...

  "Ya udah, gue temenin"

Kebetulan juga gue udah abis mandi. Daripada gue gak ngapa-ngapain seharian, mending gue temenin dia aja. Bukan pemandangan yang asing lagi sih kalau Hiromi dimodusin sama laki-laki... Dia punya mata yang menarik... Gak heran kenapa dia merasa kurang nyaman kalau jalan-jalan tanpa ada yang nemenin dia.... Dan yang nemenin dia harus laki-laki atau minimum... Yang tau berdebat dan berantem. Gue emang gak pinter berdebat, tapi soal berantem? Jangan ditanya...

***********

  Gue dan Hiromi udah jalan muter-muter kota Jakarta... Tapi kayaknya Hiromi sendiri gak tau mau pergi kemana. Gue sih cuma ngikutin dia jalan kemana aja... Tapi jujur, udah entah berapa jam dan kita masih belum masuk ke satu toko pun.... Jangankan toko, pedagang kaki lima aja gak disamperin...

  "Ehm, kita mau mana?" tanya gue
  "Terserah" jawab Hiromi

Terserah ya? Gue aja gak tau dia mau belanja apa...

  "Gimana kalau kita mall yang baru buka? Katanya disana bagus loh... Katanya...." usul gue
  "Jangan, banyak preman disitu..."
  "Kalau gitu, ke mall FX? Ada theater disana lho"
  "Jangan, terlalu banyak laki-laki disana"
  "Terus elu mau belanjanya di mana?"
  "Terserah"

Hiromi kayaknya mau ngajak ribut nih.... Ayolah... Maksud gue, apa masalahnya dengan preman? Ada gue. Kalau soal banyaknya laki-laki... Yah... Kemanapun kita pergi, kita bakal tetep ketemu sama laki-laki...

  "Ya udah... Elu emangnya mau belanja apaan?" tanya gue yang udah mulai dikit kesel
  "Tidak tau" jawab Hiromi
  "Elu... Gak tau mau belanja apa tapi elu tetep pengen buat belanja?!" gue syok
  "Iya" jawab Hiromi dengan wajah polosnya
  "Mi, udah pernah dikerok pake silet belom?" tanya gue dengan kesal
  "Eh? Belum pernah. Memangnya bisa ya? Sugoi!"

Nih anak..... Polos apa bego? Ataukah jangan-jangan sifatnya yang ini karena pengaruh Zaki, pacarnya? Gue tau sih, si Zaki emang pinter dalam menghasut orang lain tapi.... Gue gak nyangka kalau salah satu hasilnya bakal seperti Hiromi...

  "Gak lupakan aja.... Gue bercanda doang tadi" gue garuk kepala

Jadi.... Yah... Inilah kami, berjalan-jalan di kota tanpa tujuan yang jelas.... Mirip layangan yang hanya terbang mengikuti arah angin doang... Kecuali, gak ada orang yang ngejar... Hmn, selagi gue masih dia, mending gue tanya tentang kakaknya aja sekalian.

  "Hiromi, kakak lu yang namanya Satoru ya?" tanya gue
  "Iya, kakak aku"
  "Gue ketemu sama dia kemaren-kemaren. Gue gak nyangka dia punya wajah yang di atas standar"

  Gue ceritain apa yang terjadi di... bagain sebelumnya... Itupun kalau kalian baca. Hiromi tertawa terbahak-bahak cetar membahana mendengar sikap Juita. Gue juga menceritakan tentang ekspedisi ke terowongan Yami (gue baru aja dikasih tau sama Airi).

  "Terowongan Yami? Aku pernah mendengarnya... Nee, kita kembali ke rumahku"
  "Lha? Terus belanjanya?! Jadi gak?" tanya gue
  "Itu tidak penting, aku belum tau mau belanja apa"

Gue cuma diem... Gue gak tau mau memberi reaksi apa...

********

  Singkatnya, gue udah di rumahnya Hiromi yang bentuknya berbeda dari tipikal rumah yang bisa ditemui di Indonesia. Hiromi membawa setumpuk buku tebal. Kadang-kadang dia hampir jatuh saat membawanya, tanpa disuruh, gue langsung bantuin dia bawa semua buku... yang jumlahnya banyak...

Gue perhatikan, rata-rata warna cover buku yang dibawa Hiromi itu... Gelap dan bertema suram.... Gue mengambil sebuah buku yang warna covernya pink karena terkesan cerah dibandingkan buku-buku lain. Gue membuka buku itu dan mulai membaca isinya.

  "Kya! Jangan baca yang itu!"

Hiromi langsung mengambil buku yang lagi gue baca. Percuma, walaupun gue baca gue gak ngerti isinya apaan... Tulisannya men... Bukan aksara jawa atau alphabet yang gue kenal seumur hidup... Entah itu aksara Cina, Korea ataukah Jepang... Bagi gue sama aja.

  "Ini diary-ku" tegur Hiromi sambil memasang wajah cemberut
  "Gak heran kenapa bukunya terkesan cerah dan memancarkan aura ceria" balas gue

Hiromi memberi gue sebuah buku. Gue langsung membaca isinya... Gue mau nangis... Gue gak tau baca tulisannya Akina... Walaupun gue tau baca, gue gak ngerti dia tulis apaan. Gue kan gak tau bahasa Jepang... Jadi gue cuma liat-liat foto-foto yang ditempel di situ.

  "Ini, lihat foto yang ini Zano-kun"

Gue melihat foto yang ditunjukan oleh Hiromi. Fotonya seperti di dalam sebuah gua, rada-rada gelap dan kotor. Di foto itu ada sebuah jalan yang menuju... area yang gelap. Di area yang gelap itu, ada semacam cahaya yang menyerupai sepasang mata. Gue memperhatikan baik-baik, ada semacam bagian dari busur panah sedikit terlihat tidak jauh dari mata aneh itu.

  "Foto ini didapatkan oleh Akina dari salah satu orang yang pernah pergi ke sana. Orang itu mempunyai teman fotografer yang ditemukan tewas di dalam terowongan dengan sebuah panah abad pertengahan menancap di kepalanya. Dan inilah foto terakhir yang ditemukan di kamera dari fotografer yang tewas" kata Hiromi panjang lebar

Hm.... Jadi udah pernah ada yang buat ekspedisi di situ ya.... Gak heran kenapa gue disewa jadi sekuriti... Berarti gue punya masalah yang menunggu nih di sana nanti.

  "Apa Akina pernah ke sana?" tanya gue
  "Tidak, Akina belum pernah ke sana. Dia hanya mengumpulkan informasi tentang terowongan Yami" jawab Hiromi

Hm, okelah. Gue mulai bertanya banyak hal tentang terowongan itu ke Hiromi. Gak ada salahnya kalau gue tau apa yang menunggu kita di sana nanti.

  Ternyata, banyak sekali kasus yang pernah terjadi di terowongan Yami. Terowongan yang bekas nenek moyangnya Hiromi ini dipenuhi kisah-kisah yang menurut gue... Suram....

Banyak sekali laporan tentang kasus pengunjung terowongan yang ditemukan tewas mengenaskan dalam terowongan. Selain itu, ada banyak penampakan arwah gentayangan. Mulai dari sepasang mata merah di dalam kegelapan, sosok tak berkepala hingga suara tangisan aneh yang gak jelas sumbernya dari mana.

Untuk orang yang gak pernah pergi ke sana... Informasi yang didapatkan oleh Akina luar biasa banyak dan sangat... Berguna.

  "Oleh, karena Zano-kun.... Mendengar banyaknya kejadian tak menyenangkan yang terjadi di sana, kumohon tolong jaga kakak aku yang keras kepala itu"
  "Ya, serahkan aja ke gue. Gue janji, gue akan menjaga dia"
  "Eh? Benarkah? Sekalian, tolong juga beritahu aku dan Akina jika terjadi sesuatu" kata Hiromi. "Tapi.. Apakah Zano-kun mampu?"

Gue mengangkat alis kanan mata gue.

  "Maksudku, etto.... Aku tau Zano-kun memang sangat jago tapi... Sampai sekarang, tidak ada yang tau apa yang menyebabkan kematian orang-orang di terowongan itu... Apakah Zano-kun.. Ettoo...." Hiromi menggaruk kepalanya
  "Elu udah tau sifat gue kan?"
  "Eh?" sekarang Hiromi yang bingung

Gue menepuk kepala Hiromi.

  "Gue tidak akan membuat janji yang tidak bisa gue tepati. Jika gue sudah berjanji, maka entah bagaimanapun caranya... Gue akan tepati janji gue. Itulah, jalan hidup gue!"

Hiromi cuma senyum mendengar jawaban gue. Sekedar info buat kalian, gue gak ada maksud supaya terkesan keren atau apaan di depannya...

  "AKANG!!!!"

Mati dah gue... Itu suaranya Stella. Gue noleh keluar, dia ada di depan rumahnya Hiromi. Apa... Dia marah gara-gara liat gue menepuk kepalanya Hiromi? Dia berjalan menghampiri gue dengan aura pembunuhan.... Serem coy...

  "Sini!" Stella menarik gue
  "Eh, tunggu! Entar! Entar! Woi! Neng! Cengkraman tangan lu kuat banget! Woi!"

***********

[Bagian ini dilihat dari sudut pandang orang ketiga]

   Hiromi hanya menahan tawa melihat Zano yang sedang dimarahi Rini / Stella. Dia memang jadi suka cemburuan semenjak Airi mulai agresif mendekati Zano dan bahkan seringkali mencoba menembak Zano. Tidak heran, itu karena Zano adalah cinta pertamanya Rini sehingga dia tidak mau posisinya tergantikan oleh perempuan lain. Meskipun begitu, Hiromi juga merinding melihat kegalakan Rini.

  "Kakak, apa yang kau rencanakan di terowongan itu?" pikir Hiromi. "Apa jangan-jangan kau mencari sedang mencari itu? Tetapi, sampai kapan kau akan mencari itu?"

Hiromi menatap buku yang dimiliki oleh Akina, temannya. Buku yang covernya hanyalah selembar kertas tebal hitam pekat. Di dalamnya hanya lembar putih. Masih kosong.

Bersambung
***********

  Part selanjutnya, hari H telah tiba! Namun, Hiromi sepertinya mengetahui sesuatu tentang terowongan aneh itu. Kemudian, apakah yang sebenarnya dicari oleh kakaknya Hiromi? Bahaya apa saja yang.... Bergentayangan di dalam terowongan? Apakah Zano dengan otaknya yang di bawah standar mampu mengatasi semuanya?

Zano : Curut! Buat gue terkesan keren dikit napa?!

Diamlah, gue adalah penulis ceritanya. Gue yang berhak menulis jalan ceritanya. Ente hanya pemeran di dalam cerita. Dan sejak kapan pemeran dalam cerita boleh berdebat sama yang nulis cerita?!

Zano : Gue juga manusia nyet

Sama! Udah, durasi nih! Jangan memperpanjang durasi. Kasian pembacanya...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar