Sabtu, 05 April 2014

[Parodi] Tempe Traveler



  Kru parodinya Leaper is back to action!

  Cieee elah, pake bahasa Inggris segala. Siapa tau aja tiba-tiba jadi go internasional. Oke, jadi sudah lama Leaper tidak membuat parodi film karena kesibukan di dunia nyata dan susah buat nyari film yang asli (Baca : Downloadan yang kualitasnya bagus terus bukan hardsub).

Sebenarnya Leaper ingin beli kaset film yang resmi tapi kemahalan. Kalau dibeli, dijamin Leaper bakal mengalami krisis moneter dan harga rupiah pun terhadap dollar semakin naik... Naik tajam malahan.

  Kali ini film yang diparodikan adalah "Time Traveler : The Girl Who Leapt Through Time". Emang sih setaunya gue, film ini memang diadaptasi dari animenya. Sekali lagi, itu hanya setau gue sebagai seorang Leaper.

Yep, tanpa berlama-lama lagi. Ini dia! Parodinya! Selamat membaca, semoga terhibur!



****************
Tempe Traveler

   Di sebuah lab. Seorang peneliti sedang sibuk membaca blog ini sambil menunggu syuting parodi dimulai. Kru parodi semuanya pada tidur di dalam set.

Narrator #1 : Woi, itu kameranya nyala ya?
Peneliti : Gak tau tuh. Lampu merahnya nyala
DeropOUT (Cameraman) : Nyala... Kalian kira ini lampu lalu lintas apa?

Seluruh kru langsung keluar dari set. Si peneliti kemudian memulai aktingnya. Dia sedang bekerja dengan alat-alat lab yang ada. Kemudian dia mengambil penutup toples lalu meletakan sebuah cherry di atasnya.

Peneliti tersebut mengambil sebuah cairan yang diisi dalam tabung kecil. Dengan hati-hati dia meneteskan cairan tersebut ke cherry tersebut. Beberapa ekor semut (yang kami sewa dari pawang hujan RT sebelah) mulai mengerumuni cherry tersebut. Peneliti tersebut memperhatikan semut-semut itu dengan serius.

Peneliti : Ini bakal jadi penemuan besar nih kalau cairan ini bekerja.
Narrator #2 : Sekedar catatan; cairan yang dipakai adalah air dari keran cuci piring
Peniliti : Ya elah... Ngerusak suasana aja. Padahal udah akting keren-keren

Masuklah seorang asisten peneliti.

Asisten Peneliti : Prof. Yoshiyama
Yoshiyama : Iya?
Asisten Peneliti : Ini laporan penelitian yang anda minta
Yoshiyama : Oh iya, makasih!

Prof. Yoshiyama menerima sebuah amplop besar. Begitu dibuka, isinya kertas kosong semua.

Yoshiyama : Lho? Kok kertasnya kosong semua? Mana laporannya?
Asisten Peneliti : *menjeling ke Leaper*
Green Leaper sebagai penulis : Improvisasi dikit napa? Pura-pura aja kek ada laporannya atau minimum anggap aja laporannya kita tulis pake tinta transparan

Suasana menjadi hening sesaat.

Asisten Peneliti : Ahem, professor, jangan lupa hari ini ada meeting jam 2 siang. Jangan lupa juga lunasin hutang di tukang tempe RT sebelah
Yoshiyama : Iye-iye tau ah

Prof. Yoshiyama tersenyum seolah-olah dia sedang merencanakan sesuatu. Dia memutuskan untuk pergi belanja. Tetapi yang dia belanja bukanlah kebutuhan melainkan koin-koin jaman dulu. Tahun 1972.

Kasir : Kok ente ngoleksi koin jaman purba dalam jumlah banyak gitu?
Yoshiyama : Gak tau
Kasir : Ayolah, beri tau ane gan. Ini jadi rahasia antara kita berdua
Narrator #2 : Jangan! Spoiler itu mah! Kalau jalan ceritanya bocor sekarang, apa gunanya kita buat parodi?!

***************

  Sementara itu, anak dari prof. Yoshiyama yang bernama Akari Yoshiyama sedang berlari. Sebenarnya gak juga sih, dia cuma berlari di atas treadmill sementara kru parodi hanya memasang gambar berjalan di belakangnya sehingga dia terkesan berlari dengan sangat cepat.

Akari berhenti di depan sebuah papan pengumuman kelulusan. Dia memeriksa tasnya untuk melihat nomor ujiannya apakah terpampang di papan pengumuman atau tidak.



Akari : *mengambil sepucuk kertas yang ada nomor dari tasnya* Ini nomor ujian apa nomor togel sih? Banyak bener....
Narrator #1 : Jangan-jangan properti syuting ketuker sama nomor togelnya Be4 [salah satu kru parodi]...

Akari mendekati papan itu dan mengetahui bahwa dia lulus ujian masuk universitas (setelah membaca naskah lagi). Dia sesegera mungkin mengsms ibunya yang sedang sibuk menyiapkan cairan yang baru saja dikembangkannya.

Narrator #2 : Sekali lagi, itu cuma air keran
Green Leaper sebagai penulis : Ngerusak suasana aja lu...

Yoshiyama berlari keluar dan melihat anaknya melompat-lompat dengan riang.

Akari : はばたけ 夢に向かってまっすぐ
Narrator #1 : Lho eh? lho eh? Kok jadi gini?
Akari : Di naskahnya tertulis gitu
Green Leaper sebagai penulis : Gila, sori! Ketuker! Itu lirik lagu yang di print si Yupia tadi malem
Akari : Entah kenapa kayaknya di parodi ini bakal ada banyak properti yang ketuker sama barang-barang milik kru

Untuk merayakan kelulusan Akari, Yoshiyama (dalam hal ini ibunya) memutuskan untuk membawanya jalan-jalan ke taman. Mereka naik perahu dan makan di dalam perahu kecil di danau.

Narrator #2 : Sekedar catatan, sebenarnya kita syutingnya di kota Jakarta yang lagi kerendem banjir kemudian kita manipulasi latar belakangnya
Akari : EH?! Kenapa?!
Narrator #1 : Kita gak punya cukup dana buat benar-benar syuting di Jepang

Akari melihat ada sebuah keluarga yang lengkap sedang naik perahu yang lain. Tau kan, keluarga yang lengkap itu gimana... 1 ayah, 1 anak, 1 ibu , 2 selingkuhan dan tak terhitung jumlahnya masalah rumah tangga.

Akari : Emak, ayah itu orangnya gimana?
Yoshiyama : Hmn.... Matanya 2, hidungnya 1, kakinya -
Akari  : Bukan itu maksud aku mak... Baca naskahnya deh mak
Yoshiyama : *Baca naskah* Oh, kenapa kau bertanya sekarang?
Akari : Penasaran aja... Soalnya aku gak pernah ingat mukanya ayah itu kayak gimana
Yoshiyama : Ayahmu itu baru aja balik ke Jepang. Dia lagi sibuk syuting sekaligus jualan tempe
Akari : Kok emak tau?
Yoshiyama : Sebagai anak, kamu gagal kalau tidak bisa stay up to date tentang keluarga kita
Akari : Maksud emak?!

Untuk mempersingkat durasi, kami lanjutkan ke adengan berikutnya. Di mana si Akira baru saja selesai mengikuti latihan di klub panah. Yang namanya memanah, sudah pasti ada target untuk dipanah. Karena kekurangan dana, maka DeropOUT (kru parodi) terpaksa memegang target panah.

DeropOUT : Kampret lu Per! Untung aja tadi Akari gak jadi manah. Coba kalau dia panah!
Green Leaper sebagai penulis : Udah santai. Gak mungkin kena kok
DeropOUT : Tapi kalau kena gimana jadinya?!
Green Leaper sebagai penulis : Gue akan bilang ke Yupia kalau elu itu laki-laki sejati

Sekarang, Akari sedang membantu seorang teman dari ibunya (selanjutnya akan dipanggil Goro) mengisi tempe ke dalam mobil. Salah satu teman laki-lakinya (sebut aja Gino) Akari sedang menyanyi sebuah lagu.

Akari : Itu lagunya siapa?
Gino : Oh, dari idola favorit gue! Om Oemar dari Cibubur. Judulnya pesawat tempur
Goro : Oh! Aku tau lagu yang judulnya pesawat tempur
Gino & Goro : Penguasa! Penguasa! Berilah hambamu uang! Beri hamba uang! Beri hamba uang!



Narrator #2 : Bukannya itu lagu Iwan Falls?
Narrator #1 : Jangan tanya gue. Tanya penulisnya...
Green Leaper sebagai penulis : Gue gak nulis bagian yang ini lho
Narrator #2 : Terus penulis bagian ini siapa?
Green Leaper sebagai penulis : Mari kita tanyakan pada rumput yang bergoyang

*******************

  Beberapa saat kemudian, Goro selesai menyimpan barang jualannya. Dia merasa sedikit sedih karena dia gak bakal muncul lagi untuk beberapa scene ke depan. Dia mengambil sebuah surat yang ada di jok mengemudinya. Dia baru ingat kalau itu surat untuk ibunya Akari.

Terpaksa karena malas mengulang adengan lagi, dia malah pergi ke labnya ibunya Akari lalu memberi surat itu secara live! Disiarkan secara langsung dari sini untuk anda yang di sana.

Ibunya Akari membuka surat tersebut.

Yoshiyama : Lho? Kok isinya nomor togel?!
Be4 (kru parodi) : Sori! Ketuker! Lanjut aja sesuai naskah. Anggap aja itu foto sama bunga lavender...
Yupia (kru parodi) : Ya... Tapi dalam bentuk togel

Suasana menjadi hening sejenak. Yoshiyama (alias Ibunya Akari) mengikuti naskah yang sudah diprint dengan tinta transparan. Dia menganggap nomor togel sebagai fotonya yang sedang berdiri bersebelahan dengan KepoAlpha (kru parodi).

Yoshiyama : Seinget aku, bukannya seharusnya yang ada di sebelah aku itu pria ganteng? Kok malah jadinya pria yang mukanya gak jelas gini?
Narrator #1 : Waktu mau ngeprint fotonya, kita gak sengaja gabungin fotonya si KepoAlpha sama foto itu... Karena gak ada back up filenya... Ya... Kita print aja

Sekali lagi, Yoshiyama terpaksa memakai imajinasinya lagi. Dia berpura-pura seperti meningingat sesuatu dari masa mudanya yang penuh dengan semangat yang membara itu.

Goro : Apa tuh orang ada di kelas kita waktu dulu? Aku gak inget... Tapi dia memakai seragam sekolah kita
Yoshiyama : Maaf, aku harus pergi!
Goro : Ya elah bro... Sinetron banget style ngomongnya

Yoshiyama pergi menyebrangi sebuah jalan dan tak sengaja ditabrak oleh gerobak milik tukang tempe yang sedang lari karena gak mau disiram mukanya pake air oleh Yupia (kru parodi, make-up).

**************

  Entah-beberapa saat kemudian, Akari diberi tahu bahwa tukang bakso langganannya sudah datang. Akari berlari keluar tetapi membatalkan niatnya setelah mendengar bunyi telepon. Tanpa mengangkat teleponnya, dia sudah tahu bahwa ibunya sedang dalam kondisi kritis.

Dia berlari menyusul ibunya di rumah sakit. Ibunya masih tertidur pulas dan sepertinya tidak akan bangun.

Akari : Entar, jadi peranan ibuku ini cuma bakal tidur terus?
Narrator #1 : Begitulah
Yoshiyama : Akari, pengen bakso...
Tukang bakso : *Muncul entah dari mana* Sooo baksooo!!!
KepoAlpha (kru) : ITU SIAPA YANG NGIJININ TUKANG BAKSO MASUK DALAM SET?!

Terjadi kejar-kejaran antara kru dan tukang bakso. Sementara itu, Akari dan Yoshiyama hanya melanjutkan parodi sesuai naskah yang separuh isinya masih dalam proses printing.

Yoshiyama : Akari, kamu pergi ke lab lalu minum cairan penjelajahan waktu yang sudah ibu buat dan temui orang yang ada di foto ini.
Akari : Ibu yakin itu cairan penjelajahan waktu? Bukan alkohol 90% atau racun tikus?
Yoshiyama : Melihat kinerja kru parodi yang kacau balau, sebenarnya gak juga sih... Tapi gak ada salahnya mencoba kan?
Akari : Tapi kalau ternyata cairan itu adalah racun tikus, terus nanti kalau aku mati gimana dong?
Narrator #2 : Santai, nama lu kan muncul di awal dan daftar pemain film jadi gak mungkin tewas segampang itu
Akari : Tapi kalau aku mati?
Green Leaper sebagai penulis : Kami akan bilang ke pembaca bahwa kau adalah seorang pemeran parodi yang setia... dan professional.

Singkatnya, Akari langsung pergi ke lab dan meminum cairan tersebut. Tetapi sialnya dia malah lupa bertanya pada ibunya tentang tanggal dan lokasinya. Dia menutup mata dengan harapan supaya tidak terjadi hal-hal tidak diinginkan.

Saat membuka matanya, dia berada di dalam kota yang terbakar dan zombie-zombie berkeliaran di jalan.

Akari : EH?! Ini di mana?!
Zombie #1 : Paaarrrroooodiiii nyaaasaaaarrrrrrrr......

Akari kembali menutup matanya lagi. Ketika dia membuka matanya, dia malah berada di dalam dunia Starwars. Dia terus mencoba, hampir segala jenis dunia mungkin sempat dihampirinya mulai dari dunia air, dunianya 007, sampai dunia gaib. Beruntung dia sampai pada Jepang jaman dahulu.

Narrator #1 : Entah gimana caranya gue juga ikut dalam perjalanan waktu
Akari : Maksudnya? Bukannya ini juga bagian dari parodi?
Narrator #1 : Bego, liat sekeliling lu... Gak ada kamera, gak ada kru parodi yang laen. Berarti kita bener-bener melakukan perjalanan waktu
Akari : Terus sekarang harus gimana?
Narrator #1 : Yah... Ikut naskah yang ada aja. Menurut naskah yang ada di tangan gue, kita mesti cari emaknya elu dulu di sebuah SMA.
Akari : Mantep, dimana?
Narrator #1 : Mestinya gue yang tanya, dimana?

Suasana menjadi hening...

Narrator #1 : Jangan bilang elu sendiri gak tau dimana emak lu sekolah dulu dimana...
Akari : Enak aja! Aku tau kok! Tapi gak tau jalannya dimana.
Narrator #1 : Ya udah terserah... Kita coba tanya orang dulu...
Akari : Tapi ini kan malem... Mana ada orang? Semuanya udah pada tidur
Narrator #1 : Udah tenang aja...

Tiba-tiba saja ada seorang perempuan lewat. Akari melihat foto yang diberi ibunya. Perempuan yang lewat mirip sekali dengan ibunya waktu masih SMA. Narrator #1 juga melihat foto yang dibawa Akari. Akari langsung menghampiri ibunya (yang pada waktu ini masih SMA).

Akari : Ib- eh, maksudnya... Yoshiyama-san?
Narrator #1 : Gak sopan banget manggil nyokap lu gitu
Akari : Berisik, pada waktu ini ibuku belum mengenalku
Yoshiyama (SMA) : Ya?
Akari : Perkenalkan, namaku Akari dan yang ini.... Ehm... Ettoo.....
Narrator #1 : Walking the path of Heaven, the man who will rule everything... *Menepuk dada dengan penuh rasa bangga* Tendou Souji!

Sekedar informasi, nama dari Narrator #1 bukanlah Tendou Souji. Itu adalah referensi ke arah hal yang suka ditontonnya. Apa yang suka ditontonnya? Hanya dia yang tau...

*********

  Akari menunjukan foto yang dipenganggnya pada ibunya yang masih SMA. Sekeras apapun ibunya mengingat, dia tidak bisa mengingat laki-laki yang berada tepat di sebelahnya pada foto itu meskipun laki-laki itu memakai seragam yang sama dengan sekolah ibunya.

Besoknya, ibunya Akari kembali lagi menemui Akari dan Narrator #1 yang sedang berkeliaran di bawah jembatan (gak ada kost yang murah.. Maklum lah). Ternyata tidak ada satupun siswa atau guru yang bisa mengingat laki-laki yang ada di foto itu.

Akari : Hmmm... Gimana nih? Gak ada satupun yang tau laki-laki ini
Narrator #1 : *Baca naskah dari awal* Gimana kalau kita tulis nama dari laki-laki ini dan tempat untuk ketemuannya di media cetak?
Akari : Mana bisa, ini bukan parodi!
Narrator #1 : Pikirkan aja, gimana kalau laki-laki itu adalah orang yang sama dengan elu? Dengan menulis namanya di media cetak, bisa aja dia membaca di masa depan!
Akari : Masuk akal *mengecek nama laki-laki misterius di belakang foto*

Akari ditemani dengan Narrator #1 mewujudkan ide tersebut dan menentukan bahwa 2 hari ke depan, dia akan menemui laki-laki misterius tersebut di lab kimia sebuah sekolah. Tentu saja dia sudah meminta ijin untuk masuk.

  Ternyata ide dari Narrator #1 bekerja! 2 hari kemudian, seorang laki-laki misterius (sebut saja Hogo) datang menemui Akari di tempat yang dimaksud.

Pria misterius yang disebut Hogo : Padahal aku belum memperkenalkan diri...

Tidak ada waktu untuk memperkenalkan diri. Durasi men, durasi.

Hogo : Ahem... Terserah. Namamu Akari ya?
Akari : Iya. Bang mau beli tempe? Murah lho
Hogo : Hanying, aku ke sini karena namaku tertulis di media cetak
Akari : Oh... Kok namanya Hogo? Padahal di belakang foto namanya lain
Hogo : Baca di atas....

Hoi, bagian yang itu gak boleh dibaca sama pemain parodi. Ingat, masalah durasi nih!

Hogo : Ahem, jadi ada apa ajak aku ketemuan? Padahal aku lagi asik-asik nonton Engdonesian Dodol
Akari : Ini ibuku pengen nyampein pesan ini *memberi sepucuk surat*
Hogo : *membaca surat yang dikasih langsung nangis*
Narrator #1 : *Ikutan baca, kemudian menangis juga*
Akari : Hmm... Isinya pasti sangat mengharukan
Narrator #1 & Hogo : Kami gak bisa baca tulisan ini....
Akari : ................

  Hogo, walaupun tidak mengerti tulisan ibunya Akari tetapi dia tau itu sesuatu yang bersifat sangat mengharukan.

Hogo : Yah, kau sudah melakukan hal yang sangat luar biasa untuk ibumu. Waktunya untukmu kembali ke... waktu asalmu.
Akari : Caranya gimana? Kita cuma tau cara ke sini tapi gak tau cara kembali!
Hogo : Gampang... Bangun!

***********

  Akari terkejut. Pandangan sekelilingnya tiba-tiba berubah. Seluruh kru parodi terlihat sedang membereskan properti parodi dan semuanya menggulung kaki celana mereka. Akari sudah kembali lagi ke waktu darimana dia berasal.

Narrator #1 : Woi, tidur mulu... Ayo cepet, kita pindah
Akari : Eh? Tidur?
DeropOUT (kru) : Tadi waktu lagi syuting, kamu langsung ketiduran. Waktu kita mau bangunin, eh malah banjir. Jadi kita batalin deh proyek parodinya
Akari : BANJIR?! TIDUR?! Tapi... Aku beneran berpetualang sama Narrator #1 tadi!
Narrator #1 : Apaan? Dari tadi gue sama yang laen sibuk beres-beresin barang

Akari malah menjadi bingung apa yang sebenarnya terjadi sementara para kru membereskan barang-barang lain.

Akari : Berarti... Tadi itu mimpi... Lalu nasib parodinya?
Yupia (kru) : Udah dibilang tadi kan? Batal
Akari : EH?!?!!?

The End
**************

2 komentar:

  1. Jeng jeng, mangut mangut
    Sekali-kali boleh dijadikan proyek nih parodinya
    pasti lebih greget :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Proyek, maksudnya kayak dibikin film-film gitu? XD
      Gak pernah kepikiran ke sana sih... Wuahahaha

      Hapus