Jumat, 12 April 2013

[Sekedar Menulis] Zano dan Kawanan : Hanya Demi Kembalian

  Halo Sobat Readers!

  Leaper di sini. Gue lagi pengen menulis aja. Komen, kritik, saran, silahkan tinggalkan di bawah.

Tanpa lama-lama lagi, happy reading folks!

******
Zano dan Kawanan
Hanya Demi Kembalian

  Hoamz...

Gue lagi bosan tingkat dewa. Gak ada apa-apa yang bisa gue kerjain hari ini selain tiduran di sofa rumah gue. Lagi-lagi asiknya gue tidur-tiduran di sofa, tiba-tiba ada yang mengetuk pintu rumah. Gue kaget. Alhasil, gue jatuh dari kasur dengan kepala yang mendarat di tanah duluan.

Gue segera berlari membuka pintu. Oh, ternyata Anton. Tapi kok tampangnya kayak habis mengejar-ngejar maling?

  "Zan! Tolongin gue cepat!" kata Anton
  "Ha? Elu kenapa Bro?"
  "Udah cepet!" Anton langsung menarik tangan gue
  "Lho? Eh? Lho? Eh?" gue bingung

Sekitar beberapa menit Anton menarik tangan gue. Seiklas, kami berdua mirip dengan sepasang homo. Ergh, suram... Ngeri gue ngebayanginya. Tapi beneran, Anton berlari lebih kencang daripada biasanya. Gue aja sampai jatuh berkali-kali. Alhasil, tangan dan lutut gue sukses lecet.

  "Ton, sebenarnya ada apaan sih?!" tanya gue yang masih sangat bingung
  "Gue lagi mengejar seseorang!"
  "Kenapa enggak bilang dari tadi bego!" gue emosi. Kenapa nih anak gak langsung aja bilang dari tadi kek biar gue enggak bingung kayak gini. Kalo gue tau kita lagi ngejar-ngejar maling, gue pasti udah lebih semangat dari tadi.

Kami berdua berhenti di mobilnya Anton. Memang Anton hanya temen gue dari kampung tapi dia cukup kaya (monyet) untuk membeli sebuah mobil pribadi yang menurut gue lebih cocok buat dijadikan angkot. Anton langsung masuk ke dalam mobil. Tapi dia duduk di bagian belakang.

  "Elu yang nyetir!" kata Anton
  "Elu mau gue duduk di depan atau elu di belakang?" gue bercanda
  "Kampret! Gue lagi serius men!"
  "Huahaha! Sori bro" gue langsung masuk ke dalam mobil
  "Lu ikut instruksi gue aja! Gue tau tuh orang pergi ke mana!" kata Anton dengan tegas. Tampangnya membuat gue merasa seperti menjadi supir pribadinya untuk sementara.

  Begitu Anton mulai memberi instruksi, tanpa pikir panjang lagi langsung mobil melaju dengan kencang.

  "Wuaaa! Bro! Gue takut!" Anton panik
  "Gimana sih lu? Katanya mau cepet?!" gue menoleh ke belakang
  "Udah, kita ke mall di kota aja! Gue yakin orang yang gue kejar sekarang ada di sana!" kata Anton
  "Oke, mall kota! Kita datang!" kata gue sambil menginjak pedal gas

Sebenarnya kalau dari lokasi kampung kami ke mall yang dimaksud bisa memakan waktu 2 jam. Tapi berhubung gue adalah orang yang tidak pernah lulus ujian mengemudi. Maka perjalanan hanya memakan waktu sekitar 20 menit.

Sialnya di tengah-tengah jalan, ban mobil tiba-tiba kempes. Untung gue tau lokasi bengkel terdekat. Tapi berhubung Anton tidak bisa mendorong mobil... Terpaksa gue harus keluar buat mendorong mobil ke bengkel terdekat. Capek men...

  Dengan cepat tukang di bengkel menyelesaikan masalah ban itu. Setelah membayar (gue yang bayar), kami langsung melanjutkan perjalan. Tapi, ketika kami sampai di kota... Bensin habis. Air mata gue hampir keluar. Bukan, gue enggak nangis tapi Anton menaruh bawang di samping kiri depan gue. Kampret tuh anak. Gue enggak tau dari mana dia mendapat bawang-bawang itu.

Beruntung, tempat pengisian bahan bakar minyak tidak terlalu jauh. Mengingat Anton sama sekali tidak kuat mendorong mobil, MAKA gue harus mendorong mobil lagi ke pengisian bahan bakar. Sudah panas, capek, sangat menguras isi dompet gue lagi (berhubung gue lagi yang bayar). Sesudah mengisi bensin, kami melanjutkan perjalanan.

Ketika kami sampai di mall yang dimaksud, Anton langsung mengawasi jalanan dengan teliti dan serius. Setiap detil diperhatikanya. Tiba-tiba Anton langsung menunjuk ke seorang cewek cantik berpakaian hitam yang memegang kantong kresek berwarna hitam.

  "Itu dia Zan!" kata Anton
  "Sip! Gue tau!"

Gue langsung memarkirkan mobil tepat di samping cewek itu. Gue yakin cewek itu langsung kena serangan jantung sementara. Anton langsung bergegas turun dari mobil dan menghadang cewek itu. Gue juga ikut-ikutan turun.

  "Nah! Akhirnya ketemu juga lu!" kata Anton ke cewek itu sambil tersenyum
  "Lho? Elu kan?" cewek itu terlihat bingung melihat Anton

  Melihat Anton tersenyum, gue merasa gue udah sukses menangkap satu maling lagi. Anton berjalan mendekati cewek itu. Di luar dugaan gue, Anton mengeluarkan Rp.5000,00 dari saku bajunya.

  "Mbak, nih kembalianya kelebihan tadi"

APA ?! Gue syok, jantungan, lemes, galau, dan bingung. Apa-apaan ini? Apa yang sebenarnya sedang terjadi?!

  "Oh makasih!" kata cewek itu

Anton kemudian berjalan mendekati gue.

  "Bro, kita pulang" kata Anton
  "Bentar... Elu gak menangkap dia?" gue bingung
  "Tangkap? Buat apa? Emangnya dia maling? Tadi pagi dia kebetulan lewat kampung kita. Gue lihat, ternyata dia ini jual kopi. Ya udah, gue pesan kopi 1. Pas gue bayar, kembalianya lebih. Gue baru sadar kalau kembalianya lebih barusan"
  "Jadi... Perjuangan yang tadi cuma buat uang kembalian?!" kata gue
  "Yoi" jawab Anton santai
  "Enggak ada aksi maling-malingan?" kata gue
  "Enggak" jawab Anton santai
  "Kampret lu..." gue langsung lemas.

Anton dan cewek itu menertawai gue.

  "Eh, elu harus coba kopi buatan dia nih. Enak lho!" Anton nyengir
  "Iya, mau coba kopinya mas?" kata cewek itu
  "Ehm... ya udah deh... lumayan buat menenangkan gue" kata gue sambil menghela napas

  Hfft... Anton. Dia sukses membuat tangan dan kaki gue lecet, membuat gue nyetir ugal-ugalan di jalan, mendorong mobil 2 kali, menguras isi dompet gue (berhubung dia dari tadi tidak membawa uang sama sekali) dan membuat gue kebingungan dan capek di bagian akhir.

Tapi gue salut sama kejujuran dari teman gue ini. Dia rela "berkorban" mati-matian (lebih tepatnya, membuat gue berkorban mati-matian) hanya demi uang kembalian.

Ya benar, semua perjuangan hari ini hanya demi kembalian.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar