Minggu, 07 April 2013

Gadis Misterius di Pinggir Kuburan : Part 5

  Gadis Misterus di Pinggir Kuburan adalah sebuah cerita fiksi bergenre misteri-rada ngaco karya Leaper (Dalam hal ini, gue).

Moga-moga gue berhasil menghibur sobat readers sekalian tanpa membuat para readers sakit kepala gara-gara bahasa gue yang ambur-adul  

  Episode sebelumnya, Setelah rencana sebelumnya gagal. Zano bertekad untuk mencari Sesil. Kali ini, dia ditemani oleh Stella dan Screamer yang mempunyai kemampuan bela diri di atas rata-rata. Apakah Zano dan kedua temanya akan berhasil?

Part 4 DI SINI 


**
Part 5 : Pertarungan terakhir

  Kampret...

  Gue mengikuti jejak yang muncul. Gue kira jejaknya bakal membawa kita (gue, Screamer dan Stella) ke tempat-tempat yang keren seperti tempat persembunyian rahasia. Ternyata jejaknya hanya masuk ke hutan lalu berputar-putar di sekitar hutan kemudian berakhir di pinggir kuburan dekat desa gue. Setan kurang ajar, kalau tujuanya di kuburan dekat desa gue kenapa juga dia harus memutari hutan dulu?!

Jejaknya berhakhir di sebuah kuburan. Batu nisanya sudah rusak, jadi tulisanya tidak terlihat lagi. Kami bertiga berdiri di samping batu nisan. Gue mencoba menabur sedikit debu di batu nisan itu tapi tidak ada efek.

  "Haah... Apa-apaan ini? Gue enggak ngerti" gue menggaruk-garuk kepala gue
  "Jangan menyerah Kang!" kata Stella
  "Yang bilang gue menyerah siapa?"

Screamer kemudian menginjak kuburan itu.

  "Woy! Enggak sopan banget lu!" gue marah
  "Screamer! Jangan begitu!" Stella juga marah
  "Diam!" kata Screamer

Gue emosi. Oke, gue akui. Sebagai teman baiknya Screamer, gue memang sangat menghormati Screamer tapi gue gak terima dia menginjak kuburan seperti itu. Screamer berlutut kemudian mengamati batu nisan.

  "Oh, begitu ya?" kata Screamer
  "Hah?" Gue dan Stella kebingungan

Screamer kemudian turun dari kuburan itu lalu entah bagaimana caranya, tanah di kuburan itu tiba-tiba amblas.

  Gue melihat ke dalam kuburan itu, ternyata itu adalah pintu rahasia ke semacam terowongan bawah tanah. Ah, begonya gue. Gue seharusnya ingat kalau Screamer itu tipe orang yang sangat teliti. Jejak yang kami ikuti terlihat memasuki terowongan itu.

  "Pintu rahasia" kata Screamer
  "Wah, jenius lu" puji gue
  "Kalian berdua saja yang kurang teliti"

Kami bertiga masuk. Gue yang memimpin jalan. Entah berapa lama kami bertiga menyusuri terowongan bawah tanah yang entah bagaimana masih cukup terang. Akhirnya kami sampai di dalam sebuah gua. Gue kaget. Bukan karena gue belum pernah masuk gua sebelumnya, tapi gua ini di bawah tanah, bagaimana caranya bisa ada cahaya yang cukup sementara tidak ada sumber cahaya sama sekali?

  Gue melihat Stella. Sepertinya dia merasakan sesuatu.

  "Stell? Elu enggak apa-apa kan?" tanya gue
  "Ehm, Kang. Aura gua ini kurang... bersahabat" kata Stella
  "Oh, bagus itu!" gue senang
  "Ha? Bagusnya di mana Kang?"
  "Berarti kita semakin dekat dengan Sesil kan? Yok! Jalan!"

Kami melanjutkan perjalanan mengikuti jejak itu. Tiba-tiba gue terpleset jatuh ke dalam sebuah lubang. Stella juga terpleset tapi dengan cepat Screamer menolong Stella. Alhasil, cuma gue yang jatuh.

  "Kang Zano!"

  BRUK

  Kampret, sakit banget! Untung gak ada tulang gue yang patah. Gue melihat ke atas. Stella dan Screamer melihat gue dari lubang yang tadi.

  "Tenang Zan! Gue akan memikirkan cara buat mengeluarkan elu!" kata Screamer.

Gue melihat sekeliling gue. Gue sepertinya ada di dalam ruangan. Bau banget men. Gimana enggak bau?! Ruangan ini dipenuhi tulang belulang manusia yang tidak lengkap. Gue gemetaran. Screamer, cepetan dikit lah! Gue ngeri!

 "Zan" terdengar suara dari belakang. Mati, Gue udah benar-benar keringat dingin.

Gue menoleh ke belakang. Miranda?!

  "Lho?! Miranda?!"
  "Ketemu lagi" Miranda tersenyum sambil berjalan mendekati gue. Dia membantu gue untuk berdiri.
  "Elu... ngapain di sini?"
  "Sssshh... Setan yang kamu incar ada di ruangan berikutnya. Dia akan melakukan ritual sebentar lagi. Ikuti aku" bisik Miranda

Gue bingung... tapi ikuti aja Miranda. Dia pergi mendekati pintu di ujung ruangan. Dengan pelan-pelan dia membuka pintu itu.

Kami berdua mengendap-ngendap di ruangan itu. Gue rasa sekarang kami ada di semacam ruangan ritual. Tempatnya luas dan berbentuk seperti lingkaran. Gue dan Miranda mengintip dari lantai 2. Di tengah-tengah ruangan, ada semacam tempat persembahan

  Gue syok, di tempat persembahan itu. Ada Sesil. Tatapan matanya benar-benar kosong dan di jarinya ada cincin. Di sebelah Sesil, ada setan yang gue incar. Ketika gue melihat ke lantai 1, gue langsung hampir pingsan. Banyak sekali tulang belulang manusia yang memakai baju perang abad pertengahan sedang berdiri menatap setan yang gue incar.

Tiba-tiba ada yang menepuk kepala secara pelan dari belakang. Gue melihat ke belakang. Screamer dan Stella.

  "Ketemu juga akhirnya" bisik Screamer
  "Eh, kalian. Gimana carany-"
  "Pakai tali. Kebetulan aja Stella bawa" bisik Screamer
  "Kang Zano berani juga ya, menyelinap ke sini sendirian" bisik Stella

Ha? Sendirian? Gue melihat sekeliling gue. Miranda sudah menghilang tanpa jejak. Kampret, sebenarnya Miranda itu setan apa manusia?!

  "Zan, ada rencana?" tanya Screamer
  "Yoi. Gue bakal turun ke lantai 1, lalu berlari ke tengah-tengah ruangan untuk merebut Sesil lalu kita kembali ke lubang yang membuat gue jatuh." jawab gue
  "Tapi... ada banyak mayat berjalan di bawah sana..." bisik Stella
  "Gue bantai siapa aja yang berani menghalangi gue"

Tiba-tiba setan yang gue incar mengangkat tanganya ke atas.

  "PASUKAN! SIANG HARI INI, KITA BERKUMPUL DI SINI UNTUK MELAKUKAN RITUAL! PEREMPUAN INI ADALAH KORBAN TERAKHIR! SETELAH DIA DIKORBANKAN, KITA AKAN BEBAS!" teriak setan itu.

Gue melihat setan itu menaruh banyak cincin di samping Sesil. Semua cincin-cincin itu adalah milik tetangga-tetangga gue. Gue udah benar-benar emosi. Gue enggak bakalan membiarkan setan bangsat itu menyentuh Sesil.

Gue melihat ke sebelah gue, ada tangga turun ke lantai 1. Tanpa ragu, gue memakai tangga itu lalu turun.

  "Hey! Jangan berani menyentuh Sesil!" teriak gue dari belakang kerumunan prajurit tengkorak.

Seisi ruangan memandang gue. Di situasi seperti ini, seharusnya gue udah pipis di celana melihat banyaknya prajurit tengkorak yang ada. Tapi untuk Sesil, adik gue yang paling gue sayangi, gue enggak peduli berapa banyak yang harus gue bantai.

  "Ah, kau!" teriak setan yang gue incar
  "Lepasin Sesil SEKARANG!" kata gue emosi
  "Memangnya kau pikir kau siapa?" kata setan itu
  "Gue adalah remaja gak laku bertampang di bawah standar yang datang untuk merebut adiknya kembali! Nama gue adalah Zano!"
  "Cih, bodoh sekali kau! Memangnya kau pikir kau bisa melawan pasukanku yang begitu banyak ini?!"
  "Demi adik gue yang paling gue sayangi, gue akan mengirimkan elu semua ke neraka satu per satu!"
  "Bravo, aku kagum. Pasukan!"

Gue langsung diserbu beberapa prajurit. Mau tidak mau, gue harus menghajar mereka. Tapi tidak seperti setan yang gue incar, prajurit tengkorak ini ternyata benar-benar lembek. Sekali pukul, mereka langsung roboh dan hancur berkeping-keping. Tetap saja, gue kalah jumlah.

Untung Stella dan Screamer turun tangan dan membantu gue. Kemampuan bela diri mereka berdua yang di atas rata-rata benar-benar membantu gue. Ketika sementara berkelahi dengan gerombolan tulang-belulang sesat, tiba-tiba sebuah batu melesat mengenai kepala seorang prajurit tulang.

  Gue melihat ke arah datangnya batu itu. Kampret, duo mayat... Si Andi dan Anton berdiri sok keren di lantai 2 dengan ketapel mereka. Menurut gue, mereka berdua lebih mirip penyanyi jalanan yang nyasar daripada pahlawan.

  "Anton! Elu lepasin gas lagi ya?!" kata Andi
  "Sori, bro" Anton nyengir gak jelas
  "Oy! Makasih Bros!" teriak gue
  "Zano, cepat! Sesil! Kita akan mengurusi prajurit-prajurit tak berguna ini!" kata Screamer sambil menendang 2 prajurit.
  "Ok!"

Gue berlari ke tempat persembahan. Setan yang gue incar menghilang entah ke mana. Yang jelas, sekarang ini Sesil masih duduk dengan tatapan mata kosong. Gue mendekati Sesil.

  "Sesil?! Elu gak apa-apa kan?" tanya gue dengan tampang yang paling galau dan absurd

Sesil tidak menjawab.

  "Ses? Ini Kakak!"

Tiba-tiba Sesil mencekik gue.

  "Ack! Ses- Lepasin woy! Sa-lah... target!" kata gue

  Sumpah, cengkraman Sesil kuat banget! Ini sih bukan Sesil yang gue kenal. Gue enggak mungkin menghajar Sesil. Gue terlalu sayang sama dia!

  "Ses, lepasin Kakak!" pandangan gue udah mulai kabur.

Sesil masih tetap mencekik gue. Tatapanya kosong. Tiba-tiba Screamer datang dan mendorong Sesil keluar dari tempat persembahan. Sesil melepaskan cengkramanya lalu jatuh. Screamer sekarang mengunci Sesil dengan bela dirinya. Sesil sama sekali tidak bisa bergerak.

  "Uhuk! uhuk! Kampret, kuat banget cengkramanya" kata gue sambil mencoba berdiri
  "Zan, cincin di jarinya cepat!"

Gue dengan cepat mencabut cincin di jarinya Sesil. Setelah itu, Sesil langsung muntah darah. Screamer melepaskan Sesil. Gue berlari ke arah Sesil.

  "Ses?!"

Sesil melihat gue. Tatapanya tidak kosong lagi. Ini adalah tatapan adik gue yang gue kenal.

  "Kakak?!" Sesil memeluk gue. Gue langsung memeluk Sesil.

Gue menoleh ke belakang, Andi, Anton dan Stella baru menyusuli gue dan Screamer. Mereka bertiga ngos-ngosan. Itu berarti mereka bertiga sudah menghabisi semua prajurit tulang yang ada. Bravo.

  Tiba-tiba Sesil menangis di pelukan gue.

  "Kak, Sesil takut..."
  "Sudah, enggak apa-apa Kakak ada di sini kok" kata gue
  "Huuu.... Sesil kira Kakak bakal biarin Sesil mati"
  "Huss Sesil!" gue menatap Sesil "Kakak kan sudah janji kan? Kakak enggak mungkin biarin kamu disakiti".
  "Kakak..." Sesil menatap gue dengan air mata yang berlinang

Gue tersenyum

  "Ses... Kakak sudah berjanji kalo Kakak enggak bakal tinggalin kamu lagi. Kakak juga sudah berjanji kalau Kakak enggak bakalan membiarkan Sesil disakiti"

Sesil tampak bingung

  "Demi orang yang paling Kakak sayangi... Demi janji Kakak terhadap Sesil dan Orang tua kita."
  "Saling menjaga satu sama lain..." sambung Sesil.
  "Demi itu Ses... Elu itu satu-satunya yang Kakak punya..."
  "Kak, Sesil minta maaf ya, Sesil enggak bisa jadi adik yang baik..."
  "Kakak juga... minta maaf, Kakak enggak bisa jadi kakak yang baik" air mata gue jatuh

Entah mengapa, situasinya menjadi sangat mengharukan buat gue dan Sesil. Kami berdua berpelukan. Gue sudah enggak kuat menahan air mata gue dan akhirnya gue menangis (juga).

  "Sesil sayang Kakak" bisik Sesil
  "Kakak juga sayang Sesil" bisik gue

Gue mendengar Anton mulai menangis.

  "Gue tau Bro... Mengharukan banget... Apalagi gue punya adik" kata Andi sambil meliriki Stella
  "Andi..." kata Anton
  "Apa?"
  "Kaki gue keinjek kaki lu" kata Anton
  "Oh sori! Gak sengaja!" kata Andi
  "Aw... Kang Zano... Stella terharu nih" kata Stella
  "Eh, ngomong-ngomong... Setan yang menjadi dalang semua ini di mana?" tanya Screamer

Gue melepaskan pelukan gue. Gue melihat ke sekeliling gue.

  "Di sono!" gue menunjuk ke lantai 2
  "Ahaha! Kalian memang makhluk luar biasa! Tapi, ini belum berakhir" kata Setan itu
  "Tidak, ini akhirnya!" kata Screamer

Dia mengambil kantong debu dari saku gue lalu melemparkanya ke setan itu. Tepat sasaran!

  "ARG!"

Lalu setan itu tiba-tiba seperti di dorong jatuh ke lantai 1. Entah mengapa, setelah jatuh, dia hancur berkeping-keping. Kami semua melihat ke lantai 2. Miranda...

  "Terima kasih, sekarang yang membunuhku sudah pulang. Kalian sudah membebaskanku" kata Miranda sambil tersenyum

Gue bingung.

  "Woi, Mir! Jelasin dulu ke kami!" kata gue
  "Apa yang harus aku jelaskan?"
  "Semuanya! Gue enggak ngerti!"

Miranda tampak menghela napas panjang...

  "Begini, kalian tau dulu ada kasus menghilangnya anak gadis di kampung kalian kan? Mayat dari anak gadis itu ditemukan di pinggir kuburan dekat kampung sebelah kan?" kata Miranda
  "Ehm, iya" kata Andi
  "Kemudian Polisi datang mencoba mengungkap kasus itu. Tapi mereka tidak menemukan petunjuk apapun tentang pelaku kasus itu kemudian mereka menutup kasus itu" kata Miranda
  "Dan biar kutebak, Pelaku dari kasus itu adalah seorang pengguna ilmu gelap beserta pengikutnya yang dari dulu bersembunyi di gua ini. Mereka ingin sekali meraih kebebasan. Tapi kebebasan itu ada harganya, yaitu mereka harus mempersembahkan persembahan." kata Screamer
  "Ya benar, dan mereka diwajibkan untuk melibatkan cincin dalam jumlah banyak untuk melakukan ritual pembebasan" kata Miranda

Gue berpikir sebentar, tapi gue tidak menemukan titik terang.

  "Oh, berarti..." kata Anton
  "Berarti mayat dari gadis yang menghilang itu adalah..." kata Andi
  "Ya benar, akulah gadis yang menghilang itu" kata Miranda

Bulu kuduk dan bulu ketek gue berdiri.

  "Akulah gadis yang dibunuh secara bengis oleh makhluk-makhluk itu. Selama mereka masih berkeliaran. Arwahku tidak akan bisa tenang." kata Miranda sambil tersenyum. "Tapi sekarang mereka sudah musnah semuanya. Jadi, aku sekarang bisa beristirahat dengan tenang. Sekali lagi, terima kasih... kalian semua"

Miranda tiba-tiba menghilang...

  "Kampret, gue masih bingung" kata gue
  "Gimana sih lu?!  Kita semua ngerti kok elu kagak?!" kata Andi
  "Mana gue tau?! Gue sama sekali enggak ngerti!" kata gue
  "Heh, yang penting Sesil sudah selamat, setanya sudah mati, dan cincin para warga sudah ditemukan" kata Anton.
  "Ah iya. Ayo kita pulang!" kata gue

  Kami segera mengambil cincin-cincin warga lalu pulang ke kampung kami. Sesampainya di kampung, kami segera menyerahkan cincin-cincin warga ke ketua RT gaul.

Kini warga sudah memiliki cincin mereka yang hilang. Sesil sudah diselamatkan dari bahaya. Misteri dari gadis yang hilang juga sudah terpecahkan. Stella, Andi, Anton, Screamer, dan Sesil tampak bahagia berkumpul bersama di pos ronda.

Gue perlahan-lahan mundur. Gue duduk sendirian di tepi sungai yang tidak terlalu jauh dari kampung. Gue masih heran kenapa Stella, Andi, Anton dan Screamer rela berkorban mati-matian demi membantu menyelamatkan Sesil?

Lagi asik-asiknya gue berpikir. Ada yang menepuk bahu gue dari samping.

  "Kang? Lagi mikir apa sendirian?"
  "Eh, Neng Stell. Gue cuma enggak habis pikir... Kenapa elu sama yang lain mau menyelamatkan Sesil?"
  "Oh, karena Kang Zano itu adalah teman yang baik!"
  "Oh" kata gue
  "dan... orang yang paling aku sayangi" kata Stella
  "Hm?" Gue langsung menoleh ke Stella. Mukanya merah seperti habis menelan cabe 1 kontainer.

Gue enggak tau kenapa, dia menyandarkan kepalanya di bahu gue.

  "Kang. Stella sebenarnya..." kata Stella dengan malu
  "Kenapa?" gue bingung
  "Ehm... yah... Stella..."
  "Elu kenapa?" gue tambah bingung
  "Yah, hm... Kita kan sudah kenalan lama... Stella..."

Nih anak kenapa sih?! Pasti kebanyakan nonton FTV nih. Gue aja enggak pernah nonton FTV seumur hidup gue.

  "Kira-kira, Kang Zano mau enggak sama Stella?" Stella terlihat sangat malu tapi dia menatap mata gue.
  "Eh?" gue malah semakin bingung. Gue yakin sekarang tampang gue terlihat sangat bego.
  "Eh, malah berduaan di sini!"

Kami berdua menoleh ke belakang. Anton...

  "Woi, gue mau buat acara nih besok sore. Zano, bantuin gue dong. Stella, Screamer nyariin elu. Mau bertanya barang-barang elu yang di bagasi mana aja. Dia lupa"
  "Ah iya! Bener!" Stella berdiri. Gue juga ikut berdiri.

Stella berlari ke kampung. Tapi ketika belum terlalu jauh dari gue dan Anton, dia berlari kembali ke gue. Di luar dugaan gue, dia malah mencium pipi gue.

  "Kang, Stella duluan ya!" Stella kemudian berlari ke dalam kampung mendahului gue dan Anton.

Gue menoleh ke Anton. Anton tampak syok berat.

  "Kampret, tuh anak kenapa ya?" tanya gue
  "Elu..."
  "Gue kenapa?"
  "Ehm, enggak. Yok, banyak hal harus disiapin buat acara gue besok"
  "Yoi. Cabot!"

  Gue dan Anton berjalan ke kembali kampung. Gue masih tetap gak mengerti si Stella kenapa ya? Kok tiba-tiba ngomongnya jadi aneh kayak gitu. Tapi yang jelas, gue baru pertama kali dibuat kelepek-kelepek dalam hati sama cewek.

Yang penting Sesil selamat dan kasus hilangnya cincin warga sudah selesai. Gue (sangat) lega!

The end
*******

Tidak ada komentar:

Posting Komentar