Kamis, 28 Maret 2013

Gadis Misterius di Pinggir Kuburan : Part 4

  Gadis Misterus di Pinggir Kuburan adalah sebuah cerita fiksi bergenre misteri-rada ngaco karya Leaper (Dalam hal ini, gue).
Moga-moga gue berhasil menghibur sobat readers sekalian tanpa membuat para readers sakit kepala gara-gara bahasa gue yang ambur-adul

  Episode sebelumnya, Ternyata.... Rencana Zano (yang konyol) gagal. Lebih parahnya lagi, Sesil diculik oleh setan dan Zano pun pingsan di tengah-tengah hutan dengan kepala yang mengeluarkan darah. Apa yang akan terjadi selanjutnya?

Part 3 DI SINI


**

Part 4 : Rencana yang gagal

  Pandangan gue benar-benar gelap. Gue mendengar suara air dan mencium aroma parfum... wangi amat. Apa gue sudah mati? Gue kira-kira ada di Surga atau Neraka ya? Enggak ada waktu buat mikirin itu! Gue harus mencari Sesil.

Gue membuka mata gue lalu melihat ke sekeliling gue. Ini rumahnya siapa? Gue dimana? Bagaimana caranya gue bisa ada di sini? dan yang paling terpenting... ini bau parfumnya siapa sih? Wangi amat.

  "Sudah bangun?" Terdengar suara perempuan dari sebelah kanan.

  Gue menoleh ke kanan.

  "Miranda?!" gue kaget melihat Miranda sedang duduk di tanah

  Miranda tersenyum ke gue. Senyumanya sih... di satu sisi buat gue senang karena ada cewek lain yang memperhatikan gue selain Sesil. Di satu sisi, senyumanya juga mengandung nilai mistis.

  "Gue di mana? Ini rumahnya siapa? Sesil mana? Anton mana? Andi mana?" gue kebingungan
  "Hey, hey, tanya satu per satu! aku bingung mau jawabnya gimana" keluh Miranda
  "Sori, gue tadi kebingungan" gue menghela napas.
  "Ini rumahku Zano. Di pinggir kuburan tempat pertama kamu dan Andi bertemu denganku"

  Sebentar, rumah di pinggir kuburan? Aneh... gue dan warga juga tau dari dulu gak ada rumah di pinggir kuburan tempat gue bertemu dengan Miranda.

  "Oh, begitu... Gue harus pergi menyelamatkan Sesil" gue mencoba turun dari kasur
  "Jangan!"
  "Eh? Napa?"
  "Luka di kepala kamu..." Miranda menunjuk ke kepala gue

  Gue memegang kepala gue. Kayaknya sih diperban sama Miranda.

  "Luka kayak gini sih enggak apa-apa Mir" gue nyengir
  "Dasar anak laki-laki... bisanya ngeremehin luka yang serius"
  "Berapa banyak luka yang gue terima... gue tetap akan mencari Sesil" gue turun dari kasur dan berlari ke pintu
  "Memangnya kamu tau setan itu pergi ke mana? Terus apa kamu yakin kamu bisa mengalahkan setan itu?"

  Gue berhenti. Oke... gue gak sempat berpikir sampai di situ...

  "Elu tau kagak setanya ke mana?"
  "Aku tau"

  Miranda tersenyum lagi. Kalau dia tersenyum 2x lagi, gue bakal kabur. Mistis banget Bro senyumanya. Miranda mengambil sebuah kantong.

  "I-itu kan yang..."
  "Iya... Ini kantong berisi debu yang kamu dan kedua temanmu kumpulkan ketika menginvestigasi kasus ini. Taburkan sedikit dari debu ini di rumah kamu maka kamu akan melihat jalanya."
  "Ha?" Gue syok. "Mir, lu tau dari mana?"
  "Sebelum aku jawab... Aku ingin tau satu hal..." kata Miranda

  Kampret, nih cewek bisa aja bikin gue penasaran. Pertama, dia tau kemana setan itu pergi. Kedua, kantong yang seharusnya dipegang oleh Andi bisa ada di tangan dia.

  "Apaan?"
  "Kenapa kamu... mau pergi menyelamatkan Sesil? Padahal jelas-jelas, kekuatanmu itu bukan tandingan dari setan itu kan?"
  "Mir, Sesil itu adik gue! Dia satu-satunya anggota keluarga gue yang tersisa!"
  "Zano, biarpun kamu pergi menyelamatkan dia... dia akan tetap mati dibunuh oleh setan itu. Kalau kamu pergi melawan setan itu, kamu juga akan mati!"
  "BODOH AMAT! Gue akan tetap pergi ke sana! Gue akan tetap membawa Sesil pulang apapun caranya meskipun nyawa gue adalah taruhanya!"
  "Zano...."
  "Mir... Gue mau berterimakasih elu udah menyelamatkan gue... tapi gue sayang banget sama adik gue"

  gue berjalan ke jendela terdekat. Di luar ternyata malam hari... pantesan aja senyuman Miranda begitu mistis... apalagi ini di pinggir kuburan...

  "Gue udah berjanji buat enggak tinggalin dia sendirian... gue berjanji, gue enggak bakalan biarin dia menderita. Gue enggak mau buat dia kecewa...TAPI GUE GAGAL!" gue memukul tembok. Seharusnya gue merasa sakit, tapi gue sedang emosi.
  "Zan..."
  "Kakak bangsat macam apa gue ini?! Melindungi diri saja tidak becus... Tch... Gara-gara gue keluarga gue tewas dan hanya tersisa gue dan Sesil."

  Miranda menepuk pundak gue

  "Zan, tapi Sesil juga hidup karena kamu kan? Kalau kamu tidak melindungi dia waktu perampok itu menyerang Sesil... mungkin sekarang dia enggak ada" kata Miranda. Gue tambah syok.
  "Miranda? Elu tau dari mana?!"
  "Hehe, aku bisa membaca masa lalu orang hanya dari melihat matanya saja lho"
  "Keturunan parabola ya?" kata gue
  "Paranormal Zan..." balas Miranda
  "Iya maksud gue itu"
  "Enggak Zan, itu udah jadi bawaan aku sejak lahir"
  "Kalo elu udah bisa melihat masa lalu gue. Elu sekarang tau kan? Kenapa gue sayang banget sama Sesil?"
  "Iya... Demi sebuah janji... Demi rasa sayang terhadap orang-orang yang kamu sayangi..."
  "Kalo udah tau kenapa tadi malah tanya gue?!" gue merasa sedikit kesal juga
  "Aku ingin melihat kejujuran dan komitmen kamu aja" Miranda tersenyum

  Gue udah hampir kabur.... Senyumanya semakin terlihat mistis

  "Jadi... Mir... Tolongin gue... Plissss?" gue memasang tampang imut (paksa)
  "Okelah... Aku terharu" Miranda memberi gue kantong itu sambil menghapus air matanya yang tidak sengaja keluar.
  "Makasih Miranda... Gue akan membawa pulang Sesil... dan saat gue menyelamatkan Sesil... itu adalah pertemuan terakhir antara gue dan setan itu..."
  "Zano"
  "Ah iya?"

  Telunjuk Miranda menyentuh jidat gue. Gue bingung. Apa maksudnya? Begitu gue berkedip, Miranda sudah tidak ada dari pandangan gue. Yang buat gue semakin bingung, kok gue sedang terbaring di kasur rumahnya Andi.

  "Ha? Apa yang terjadi" kata gue kepada diri gue sendiri

BLETAK!

  "ADAW!" muka gue ditimpuk pake koran. Gue menoleh ke kanan (karena dari situlah seranganya berasal). "Anton?!"
  "Syukur! Lu udah bangun Bro!" Anton terlihat lega. Gue yakin dia sangat lega karena sudah menyerang muka gue pake koran dan gue sudah bangun.
  "Ini rumahnya Andi kan?"
  "Yoi men. Gue sama warga udah nyari-nyari elu seharian tapi gak ketemu.... terus.."
  "Terus kenapa?"
  "Untung adiknya Andi dengan semangat yang tinggi terus mencari elu"
  "Hah? Dia udah dateng? Kapan datangnya"
  "Pas kejadian itu lho. Waktu lu ngilang kejar tuh setan, adiknya Andi baru aja nyampe di sini"

Tiba-tiba pintu kamar terbuka. Seorang perempuan seusia gue masuk. Orangnya... hampir sama dengan Shania (member JKT48) tapi dia bukan Shania JKT48. Plus, dia rada-rada kelihatan Sunda

Gue enggak sanggup mendeskripsikanya

  "Kang Zano!" Perempuan itu berlari menghampiri gue yang masih terbaring di kasur
  "Weh, Neng Stella" kata gue nyengir

Yoi, Namanya Stella. Dia itu adik dari Andi. Gue sebenarnya juga bingung kenapa dia dinamakan Stella tapi setau gue dia itu juga kebetulan merupakan fans berat Stella JKT48.

  "Kang Zano gak apa-apa kan?!" Stella kelihatan sangat khawaktir
  "Hehe, luka kayak gini mah enggak ada apa-apanya!" gue nyengir sambil memegang kepala gue yang sudah diperban
  "Sekelebat info aja buat lu Zan, Stella yang merawat elu. Dia juga yang nemuin elu di hutan dan membawa elu ke sini. Dia malahan enggak tidur cuma buat ngerawat elu lho." kata Anton
  "Oh ya? Gue terharu" gue tersenyum ke Stella. Men, gue terharu... tapi... Sesil masih ilang.

  Ekspresi muka gue berubah jadi sedih.

  "Kang Zano kenapa? Masih sakit?" tanya Stella
  "Sesil..." jawab gue dengan lemas
  "Sori, gak ketemu" Anton menggeleng-gelengkan kepalanya
  "Miranda di mana? Kayaknya dia tau sesuatu..." kata gue
  "Ah iya! Gue baru inget! Pas gue ngasih tau warga tentang permasalahan setan tadi malam, dia udah gak ada!"
  "Lho?! Bukanya dia berdiri di sebelah lu waktu itu?"
  "Emang sih tapi begitu gue melihat ke samping gue, dia udah enggak ada!"
  "Ha?!" Berarti tadi gue cuma mimpi ya? Kok tampak nyata sih?

  Stella tampak kebingungan.

  "Miranda?" tanya Stella
  "Yoi, gadis misterius yang gue dan Andi temui di pinggir kuburan" jawab gue

  Tiba-tiba Andi memasuki ruangan. Tanganya penuh dengan plester obat.

  "Eh, udah bangun lu?"
  "Belum, masih tidur" jawab gue asal-asalan

  Seisi ruangan tertawa

  "Kang Zano masih aja ngelawak" kata Stella
  "Gak juga sih..." gue mengelus-ngelus kepala gue. "Andi, kantong yang isinya debu menyala masih elu simpan kan?"
  "Ehm... Ilang bro. Gue udah nyari tapi enggak ketemu" Andi menggaruk-garuk kepalanya

Gue merasa ada sesuatu di kantong gue. Gue merogoh saku gue. Gue awalnya berharap itu dompet gue yang rata... Ternyata gue mendapatkan kantong yang tadi gue ngomongin.

  "I-itu kan?! Gimana caranya bisa ada di elu?! kata Andi. Gue yakin pasti dia kena serangan jantung sementara.
  "Gini... tadi kayaknya gue mimpi dikasih ini sama Miranda" kata gue ke Andi
  "Ha? Gue enggak ngerti" kata Andi
  "Sama, gue juga" balas gue. "Intinya, gue harus balik ke rumah gue. Sekarang"
  "Tapi Kang... Kepalanya..." kata Stella
  "Hehe, luka kayak gini enggak ada apa-apanya! Oke?" gue tersenyum. Seolah-olah luka di kepala gue enggak sakit. Padahal gue masih merasa pusing. Gue turun dari kasur lalu keluar dari kamar.
  "Aku ikut!" seru Stella sambil mengikuti gue

Gue dan Stella memang seperti sahabat yang susah dipisahkan kalo udah ketemu. Gue dan dia sudah mengenal satu sama lain cukup lama.

  "Cieeee" ledek Andi dan Anton kompak
  "Husss!" gue gugup
**

  Gue (diikuti oleh Stella) berjalan ke rumah gue. Gue sendiri sebenarnya gak mau kalau dia ikut. Gue enggak mau kalo dia jadi target selanjutnya dari setan tapi gue tau persis Stella itu orangnya seperti apa. Dia orangnya tidak takut terhadap apapun.

  "Stell... cuma sekedar memberi info aja... Setan ini gak bakal main-main buat nyerang elu. Gue enggak mau lu jadi targetnya." kata gue sambil menatap mata Stella (ini membuktikan kalo gue serius)
  "Eh Kang, gini-gini aku jago bela diri di sekolah lho"
  "Ya elah Neng... Akang sama Andi aja yang jago tawuran bisa kalah"
  "Hehe, enggak apa-apa. Kan ada Screamer." Stella tersenyum
  "Screamer dateng juga?!" gue syok
  "Iya, dia yang antarin aku ke sini" 

  Screamer. Nama yang aneh buat orang ya? Screamer itu teman gue. Di antara teman-teman pergaulan gue, Screamer lah yang paling ditakuti, dihormati dan paling tua. Orangnya sampai sekarang gue enggak wujudnya seperti apa karena seluruh tubuhnya selalu ditutupi seragam buatanya sendiri yang menurut gue mirip dengan tentara tapi dengan sedikit perbedaan.

Konon, Screamer menderita luka bakar yang cukup serius sehingga seluruh tubuhnya harus ditutupi oleh sesuatu. Gue masih heran kenapa dia mau dipanggil Screamer padahal nama itu kurang keren buat gue. Dia juga tidak pernah menceritakan sedikitpun masa lalunya...termasuk nama aslinya... Benar-benar teman paling misterius.

  "Jadi... ada rencana?"
  "Yah... gue bakal nyari Screamer. Minta bantuan dia, terus gue bakal mencari Sesil sampai ketemu lalu menuntaskan masalah ini kemudian kembali ke kampung ini"
  "Kalau setanya punya banyak anak buah?"
  "Gue bantai siapa aja yang nekat menghlangi gue"
  "Brutal banget kang..." Stella sedikit lemas
  "Demi Sesil dan demi orang-orang yang gue sayangi... gue akan melakuin hal yang paling gila sekalipun..." kata gue
  "Jadi keinget waktu kang Zano sendirian nekat masuk ke sarang penyamun cuma buat nyelametin aku"
  "Yah.. kalo bukan karena bantuan Screamer, mungkin gue dan neng Stella bakal lebih susah buat keluar dari situ"
  "Ahem" terdengar suara dari belakang

Gue dan Stella menoleh ke belakang. Sesosok pria yang seluruh tubuhnya ditutupi oleh seragam. Mukanya juga ditutupi tapi ditutupi oleh gas mask S10.

  "Screamer! Nongol juga akhirnya. Kebetulan gu-"
  "Udah tau..." Screamer berjalan masuk ke dalam rumah gue. Gue dan Stella mengikuti dari belakang. "Di dapur kan? Gue pasti membantu elu"
  "Sip! Makasih Bro!"

Kami bertiga sampai di dapur yang masih berantakan. Persis seperti tadi malam. Gue menaburkan sedikit debu yang menyala itu di tanah. Ajaib memang, jejak-jejak yang menyerupai tulang telapak manusia muncul.

  "Sesil... Kakak bakal membawamu pulang!" bisik gue dalam hati

Bersambung
********

  Episode selanjutnya, Setelah rencana sebelumnya gagal. Zano bertekad untuk mencari Sesil. Kali ini, dia ditemani oleh Stella dan Screamer yang memiliki kemampuan bela diri yang di atas rata-rata. Apakah Zano dan kedua temanya akan berhasil?

Episode berikutnya DI SINI

Tidak ada komentar:

Posting Komentar