Gadis
Misterus di Pinggir Kuburan adalah sebuah cerita fiksi bergenre misteri-rada ngaco karya Leaper (Dalam hal ini, gue).
Episode sebelumnya, Zano dan kawan-kawanya telah menyusun suatu rencana (konyol) untuk menjebak hantu. Apakah rencana mereka akan berhasil?
Part 2 bisa dilihat DI SINI
**
Part 3 : Menangkap Makhluk
"Zano, Lu yakin kalo tuh setan bakal mampir ke rumah itu?"
"Enggak juga sih, tapi berdasarkan hasil penyelidikan kita kemarin, satu-satunya rumah yang belum kehilangan cincin cuma rumah di depan kita doang"
"Oh, tapi ngomong-ngomong gue sebenernya ragu-ragu kalo Sesil itu adek lu"
"Eh?"
"Liat aja Sesil, dia cantik terus imut dan kelihatan rada-rada Jepang. Nah elu? Tampang di bawah standar, sangar, Gak kelihatan Jepang... hidup lagi"
"Sialan lu Andi! Nanti kalo gue jadian sama adek lu jangan kaget ya!"
Itulah percakapan antara gue dan Andi yang sama sekali tidak penting ketika kami bertiga (Gue, Andi dan Anton) menunggu di tempat persembunyian kami. Anton? Dia mencoba sekuat tenaga menahan tawanya. Gue harap dia gak melepaskan gas mematikan miliknya di saat-saat kayak gini.
Sementara kami bertiga bersembunyi di depan. Sesil akan mengawasi kami bertiga yang bertampang konyol ini dari dalam rumah. Kelak, jika kami bertiga gagal menangkap setan, Sesil yang akan berteriak membangunkan seluruh warga. Itulah rencana konyol gue.
Kami bertiga menunggu dengan sabar (sambil menjaihili satu sama lain). 5 menit berlalu, tidak ada yang lewat. 10 menit berlalu, tidak ada yang lewat. 15 menit berlalu, tidak ada yang lewat. 20 menit berlalu, Anton hampir melepaskan gas mematikan dari gawang bawah karena tidak tahan menahan keusilan gue dan Andi.
"Pret, gue udah mulai ngantuk" keluh Andi
"Gue belum ngantuk" kata Anton
"Njir, soalnya lu dari tadi ketawain gue dan Zano doang"
"Hehe, sori bro. Ngomong-ngomong jam berapa ini?"
"Jam 7 malem" jawab Andi
Gue melihat ke belakang apakah Sesil masih bangun atau malah ketiduran di dalam rumah. Gue melihat dia masih ada di jendela. Dia cuma tersenyum. Pertanda kalau dia masih kuat melawan aura kantuk.
"Ssshhh!" bisik Anton ke Andi secara tiba-tiba. Anton menepuk pundak gue. "Zano, lu denger itu gak?"
Terdengar suara langkah kaki
"Siap-siap!" bisik gue
Anton dan Andi memasang kuda-kuda untuk melompat. Sekilas, mereka mirip dengan helder hanya saja kurang ekor. Suara langkah kaki tersebut makin dekat dan semakin mendekat.
"Sabar...sabar......sabar....sabar" bisik gue
Sesuatu yang berwarna putih melintas di depan kami.
"SEKARANG!"
Andi dan Anton melompat dan menahan yang melintas tadi.
"Aduh!"
"Lho?! Kamu kan...."
Ternyata yang tadi melintas adalah Miranda. Gadis yang gue dan Andi temui di pinggir kuburan. Andi dan Anton melepaskan "cengkraman" mereka berdua.
"Miranda?!" kata Andi
"Kamu kan... yang hansip itu kan?"
Gue malu.... Salah tangkap Bro. Tapi gue rasa Andi dan Anton kayaknya seneng banget tuh bisa meluk cewek cantik malem-malem. Gue lihat Anton udah nyengir gak jelas. Gue yakin tadi dia baru melepaskan gas mematikanya karena di semak-semak baunya busuk... Bleh! Gue gak tahan lagi.
Gue keluar dari tempat persembunyian gue. Tentu saja... bau gue udah berbaur dengan bau kentutnya si Anton.
"Huek, Zano! Bau amat lu!" Andi menutup hidung (hidungnya dia bukan hidungnya Miranda).
"Anton tuh! Lu main ngelepasin gas sembarangan aja" kata gue sambil melihat ke Anton yang masih nyengir
"Hahaha, sori Bro" Anton tertawa. Gue yakin dia udah kebal sama bau kentutnya sendiri
"Kalian ngapain malam-malam di sini?" tanya Miranda (sambil menutup hidungnya)
"Biasa... pekerjaan hansip" jawab Anton. "Oh iya, gue Anton"
"Miranda" balas Miranda
"AAAAAAA!" terdengar teriakan dari dalam rumah gue.
Kami berempat melihat ke rumah gue.
"SESIL!" teriak gue sambil berlari ke dalam rumah.
Gue mendorong pintu tapi pintunya tiba-tiba terkunci sendiri. Alhasil, jidat gue kejedos di pintu dan gue jatuh. Andi mencoba mendobrak pintu. Dari dalam rumah gue, terdengar suara gaduh, suara setan yang begitu horror serta teriakan Sesil yang gue yakin, lagi ketakutan.
BRUAK!
Tendangan Andi tidak cukup untuk mendobrak pintu.
"Ya elah, badan lu doang yang gede. Padahal kekuatan kecil" ledek Anton
Gue melihat sekeliling, para warga pun mulai berdatangan. Mereka tampak bingung dan ingin mendengar penjelasan.
"Anton lu jelasin semuanya ke mereka! Andi, ikut gue! Gue perlu bantuan elu!" Gue menendang pintu sampai pintu jatuh.
"Sip!" jawab Anton dan Andi bersamaan
Gue dan Andi berlari masuk ke dalam. Suara teriakan setan yang begitu horror terdengar dari dapur. Kami berdua berlari ke dapur. Sesampainya di dapur, gue melihat setan yang kami tunggu-tunggu ternyata sedang mencekik Sesil.
"KAMPRET! LEPASIN SESIL!" teriak gue dan Andi bersamaan.
"Lu ngapain niru ucapan gue?" gue menoleh ke Andi
"Gue enggak tau!" jawab Andi
"Ka-Kakak..." kata Sesil lemas
Setan yang hanya merupakan tulang-belulang itu mengalihkan tatapanya ke kami berdua. Andi menyerang setan itu dengan sebuah pukulan yang diarahkan ke kepala setan itu. Tapi hasilnya nihil, Setan itu malah menangkap pukulan Andi dengan satu tangan.
Gue turun tangan membantu Andi. Gue menendang setan itu dari tulang rusuk. Sialnya, tulangnya sangat keras seperti besi. Kaki gue sakit.
"Woy setan! Lu lepasin dia! Lu gak bisa kabur! Seluruh kampung udah pada bangun!" Andi mengancam setan itu dengan tegas
"Coba saja" jawab tulang belulang itu dengan suaranya yang begitu menyeramkan. Setan itu masih menggengam Sesil di tangan kananya.
Kampret, kalo begini terus... Sesil bisa mati! Enggak, pokoknya gue harus bebasin Sesil dari setan kampret ini. Gue berdiri dan lanjut menyerang dengan tinju dan tendangan. Andi juga mulai menendang setan itu. Tapi setan itu tetap tenang seolah-olah semua serangan kami tidak menyakitinya sama sekali. Dengan sekali menghentakan kakinya di tanah, kami berdua terlempar.
Andi terlempar keluar jendela sementara gue terlempar ke tembok dapur. Kepala gue terbentur di tembok dengan keras. Pandangan gue jadi kabur dan gue merasa pusing.
"Kakak!" kata Sesil yang sudah benar-benar lemas dicekik.
"ITU DIA!" teriak Anton sambil menunjuk ke setan. Di belakang Anton, ada beberapa warga.
Gue berdiri sambil memegang kepala gue yang sakit. Setan itu berlari menembus tembok. Gue syok ketika melihat Sesil yang digenggam setan itu tiba-tiba menembus tembok.
"Kampret, dia lari!" kata Anton
"Jangan diem aja gih. Sini lewat pintu belakang aja!" gue berlari ke pintu belakang. Gue melihat setan itu berlari membawa Sesil ke arah hutan.
Tanpa berpikir panjang, gue berlari mengikuti setan itu masuk ke dalam hutan. Mungkin karena merasa terganggu kalo gue ikuti, setan itu berbalik arah dan memukul gue dengan tangan kirinya. Gue terlempar (lagi). Kali ini terlempar ke sebuah pohon. Kepala gue menghantam pohon itu dengan keras.
Pandangan gue sudah benar-benar kabur dan semakin gelap. Gue merasa lemas sekali. Gue melihat dengan pandangan gue yang kabur, setan itu berlari membawa Sesil. Semakin jauh dan semakin jauh. Gue ingin mengikuti setan itu dan menyelamatkan Sesil tapi gue terlalu lemas.
Pandangan gue tiba-tiba semakin gelap. Gue merasa kepala gue udah berdarah kayak pancuran air di Bunderan HI. Kakak bego macam apa gue ini?! HAH! SIAAAL!!!
Pandangan gue udah benar-benar gelap dan akhirnya gue...pingsan....
Kami bertiga menunggu dengan sabar (sambil menjaihili satu sama lain). 5 menit berlalu, tidak ada yang lewat. 10 menit berlalu, tidak ada yang lewat. 15 menit berlalu, tidak ada yang lewat. 20 menit berlalu, Anton hampir melepaskan gas mematikan dari gawang bawah karena tidak tahan menahan keusilan gue dan Andi.
"Pret, gue udah mulai ngantuk" keluh Andi
"Gue belum ngantuk" kata Anton
"Njir, soalnya lu dari tadi ketawain gue dan Zano doang"
"Hehe, sori bro. Ngomong-ngomong jam berapa ini?"
"Jam 7 malem" jawab Andi
Gue melihat ke belakang apakah Sesil masih bangun atau malah ketiduran di dalam rumah. Gue melihat dia masih ada di jendela. Dia cuma tersenyum. Pertanda kalau dia masih kuat melawan aura kantuk.
"Ssshhh!" bisik Anton ke Andi secara tiba-tiba. Anton menepuk pundak gue. "Zano, lu denger itu gak?"
Terdengar suara langkah kaki
"Siap-siap!" bisik gue
Anton dan Andi memasang kuda-kuda untuk melompat. Sekilas, mereka mirip dengan helder hanya saja kurang ekor. Suara langkah kaki tersebut makin dekat dan semakin mendekat.
"Sabar...sabar......sabar....sabar" bisik gue
Sesuatu yang berwarna putih melintas di depan kami.
"SEKARANG!"
Andi dan Anton melompat dan menahan yang melintas tadi.
"Aduh!"
"Lho?! Kamu kan...."
Ternyata yang tadi melintas adalah Miranda. Gadis yang gue dan Andi temui di pinggir kuburan. Andi dan Anton melepaskan "cengkraman" mereka berdua.
"Miranda?!" kata Andi
"Kamu kan... yang hansip itu kan?"
Gue malu.... Salah tangkap Bro. Tapi gue rasa Andi dan Anton kayaknya seneng banget tuh bisa meluk cewek cantik malem-malem. Gue lihat Anton udah nyengir gak jelas. Gue yakin tadi dia baru melepaskan gas mematikanya karena di semak-semak baunya busuk... Bleh! Gue gak tahan lagi.
Gue keluar dari tempat persembunyian gue. Tentu saja... bau gue udah berbaur dengan bau kentutnya si Anton.
"Huek, Zano! Bau amat lu!" Andi menutup hidung (hidungnya dia bukan hidungnya Miranda).
"Anton tuh! Lu main ngelepasin gas sembarangan aja" kata gue sambil melihat ke Anton yang masih nyengir
"Hahaha, sori Bro" Anton tertawa. Gue yakin dia udah kebal sama bau kentutnya sendiri
"Kalian ngapain malam-malam di sini?" tanya Miranda (sambil menutup hidungnya)
"Biasa... pekerjaan hansip" jawab Anton. "Oh iya, gue Anton"
"Miranda" balas Miranda
"AAAAAAA!" terdengar teriakan dari dalam rumah gue.
Kami berempat melihat ke rumah gue.
"SESIL!" teriak gue sambil berlari ke dalam rumah.
Gue mendorong pintu tapi pintunya tiba-tiba terkunci sendiri. Alhasil, jidat gue kejedos di pintu dan gue jatuh. Andi mencoba mendobrak pintu. Dari dalam rumah gue, terdengar suara gaduh, suara setan yang begitu horror serta teriakan Sesil yang gue yakin, lagi ketakutan.
BRUAK!
Tendangan Andi tidak cukup untuk mendobrak pintu.
"Ya elah, badan lu doang yang gede. Padahal kekuatan kecil" ledek Anton
Gue melihat sekeliling, para warga pun mulai berdatangan. Mereka tampak bingung dan ingin mendengar penjelasan.
"Anton lu jelasin semuanya ke mereka! Andi, ikut gue! Gue perlu bantuan elu!" Gue menendang pintu sampai pintu jatuh.
"Sip!" jawab Anton dan Andi bersamaan
Gue dan Andi berlari masuk ke dalam. Suara teriakan setan yang begitu horror terdengar dari dapur. Kami berdua berlari ke dapur. Sesampainya di dapur, gue melihat setan yang kami tunggu-tunggu ternyata sedang mencekik Sesil.
"KAMPRET! LEPASIN SESIL!" teriak gue dan Andi bersamaan.
"Lu ngapain niru ucapan gue?" gue menoleh ke Andi
"Gue enggak tau!" jawab Andi
"Ka-Kakak..." kata Sesil lemas
Setan yang hanya merupakan tulang-belulang itu mengalihkan tatapanya ke kami berdua. Andi menyerang setan itu dengan sebuah pukulan yang diarahkan ke kepala setan itu. Tapi hasilnya nihil, Setan itu malah menangkap pukulan Andi dengan satu tangan.
Gue turun tangan membantu Andi. Gue menendang setan itu dari tulang rusuk. Sialnya, tulangnya sangat keras seperti besi. Kaki gue sakit.
"Woy setan! Lu lepasin dia! Lu gak bisa kabur! Seluruh kampung udah pada bangun!" Andi mengancam setan itu dengan tegas
"Coba saja" jawab tulang belulang itu dengan suaranya yang begitu menyeramkan. Setan itu masih menggengam Sesil di tangan kananya.
Kampret, kalo begini terus... Sesil bisa mati! Enggak, pokoknya gue harus bebasin Sesil dari setan kampret ini. Gue berdiri dan lanjut menyerang dengan tinju dan tendangan. Andi juga mulai menendang setan itu. Tapi setan itu tetap tenang seolah-olah semua serangan kami tidak menyakitinya sama sekali. Dengan sekali menghentakan kakinya di tanah, kami berdua terlempar.
Andi terlempar keluar jendela sementara gue terlempar ke tembok dapur. Kepala gue terbentur di tembok dengan keras. Pandangan gue jadi kabur dan gue merasa pusing.
"Kakak!" kata Sesil yang sudah benar-benar lemas dicekik.
"ITU DIA!" teriak Anton sambil menunjuk ke setan. Di belakang Anton, ada beberapa warga.
Gue berdiri sambil memegang kepala gue yang sakit. Setan itu berlari menembus tembok. Gue syok ketika melihat Sesil yang digenggam setan itu tiba-tiba menembus tembok.
"Kampret, dia lari!" kata Anton
"Jangan diem aja gih. Sini lewat pintu belakang aja!" gue berlari ke pintu belakang. Gue melihat setan itu berlari membawa Sesil ke arah hutan.
Tanpa berpikir panjang, gue berlari mengikuti setan itu masuk ke dalam hutan. Mungkin karena merasa terganggu kalo gue ikuti, setan itu berbalik arah dan memukul gue dengan tangan kirinya. Gue terlempar (lagi). Kali ini terlempar ke sebuah pohon. Kepala gue menghantam pohon itu dengan keras.
Pandangan gue sudah benar-benar kabur dan semakin gelap. Gue merasa lemas sekali. Gue melihat dengan pandangan gue yang kabur, setan itu berlari membawa Sesil. Semakin jauh dan semakin jauh. Gue ingin mengikuti setan itu dan menyelamatkan Sesil tapi gue terlalu lemas.
Pandangan gue tiba-tiba semakin gelap. Gue merasa kepala gue udah berdarah kayak pancuran air di Bunderan HI. Kakak bego macam apa gue ini?! HAH! SIAAAL!!!
Pandangan gue udah benar-benar gelap dan akhirnya gue...pingsan....
Bersambung
********
Episode selanjutnya, Ternyata.... Rencana Zano (yang konyol) gagal. Lebih parahnya lagi, Sesil diculik oleh setan dan Zano pun pingsan di tengah-tengah hutan dengan kepala yang mengeluarkan darah. Apa yang akan terjadi dengan Zano? Bagaimanakah nasib dari Sesil?
Part 4 DI SINI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar