Minggu, 03 Maret 2013

Gadis Misterius di Pinggir Kuburan : Part 1

Gadis Misterius di Pinggir Kuburan

  Gadis Misterus di Pinggir Kuburan adalah sebuah cerita fiksi bergenre misteri-rada ngaco karya Leaper (Dalam hal ini, gue).

Moga-moga gue berhasil menghibur sobat readers sekalian tanpa membuat para readers sakit kepala gara-gara bahasa gue yang ambur-adul

**

Part 1 :  Miranda

  "KAKAK!"

  Teriakan dari Sesil benar-benar membuat gue terbangun dari tidur gue dan terkena serangan jantung sementara.

  "Sesil! Udah berapa kali Kakak bilang kalo bangunin Kakak itu pake perasaan bukan teriakan!" Gue mengucek-ngucek mata gue sambil mencoba menenangkan diri gue.
  "Habisnya Kak Zano kerjaanya tidur mulu sih" Sesil memasang muka cemberut
  "Siape bilang Kakak tidurr? Kakak gak tidur kok" Jawab gue mencoba buat ngeles
  "Bo'ong"
  "Iye dah, Kakak tadi  emang tidur tapi dikit doang" Balas gue mengalah sambil menggaruk-garuk kepala gue (itu style gue kalo baru bangun tidur).

Sebenarnya gue bukan tipe orang yang gak suka dibangunin kalo lagi tidur tapi berhubung yang bangunin gue adalah adik kesayangan gue sendiri, ya udah... gue bangun aja. Yap, Sesil itu adik gue.

  "Jadi, ada apa Sil? Pagi-pagi udah ngajak demo" tanya gue ngasal
  "Itu, dicariin Pak RT tuh" jawab Sisil sambil menunjuk ke ruang tamu. Pak RT mau ngapain sih pagi-pagi dateng ke rumah gue segala? Pasti mau ngajak main catur atau mau main sepakbola sama gue lagi.
  "Yo wes" balas gue. Dengan malas gue berjalan ke ruang tamu.
Di ruang tamu, gue liat Pak RT sudah menunggu gue dengan gaya mirip bos-bos kere. Dengan tampang yang masih ambur-adul dan penuh kantuk gue langsung menyapa Pak RT.

  "Yo!" kata gue dengan gaya anak gaul seadanya
  "Woy!" balas Pak RT dengan gaya ala anak gaul juga (Yoi, Beliau adalah Ketua RT yang paling gaul yang pernah gue kenal).
  "Ada apa Pak? Pagi-pagi udah datang?"
  "Gini lho Deki..."
  "Maaf Pak, nama saya Zano" kata gue
  "Bodo amat" kata Pak RT dengan logat gaul. Sialan, kadang-kadang ngeselin juga nih Pak RT. "Jadi begini lho Zano... Pak Romlah, Hansip kita lagi pulang kampung karena urusan keluarga. Akibatnya bentar malem cuma si Andi doang yang patroli. Loe bisa nemenin dia kan?" tanya Pak RT
  "Oh, itu sih pasti bisa Pak!" jawab gue bersemangat.
  "Sip lah. Itu baru namanya warga kampung yang setia" balas Pak RT.
  "Jadi, ada lagi Pak yang mau disampaikan?" tanya Gue dengan santai
  "Oh enggak, itu doang kok. Gue pamit dulu, ada urusan penting" jawab Pak RT sambil meninggallkan rumah. Beneran, ini RT paling gaul yang pernah gue kenal.
   "Iya Pak"
Gue semangat banget setelah mendengar kalo gue bentar malem bakal jadi hansip sementara. Gimana enggak? Ini kan malam minggu! Jadi gue yakin kalo bentar malem pasti rame. Selain bisa curhat sama temen-temen lain sepanjang jalan, gue bisa menjaga keamanan kampung.

Woo! Gue saking semangatnya sampe-sampe gue salto di dalam rumah (Oke, gue tau ini gak penting).

**
  Malemnya...

Suram banget... bener-bener di luar dugaan gue. Entah mengapa malam minggu kali ini sepi banget. Biasanya kalo malam minggu, seluruh anak-anak muda pada nongkrong dekat pos ronda. Udah udaranya dingin, si Andi belum dateng plus suasananya serem banget di pos ronda.... Kurang makhluk halus aja nih lalu lengkap sudah penderitaan gue...

  Tiba-tiba dari kejauhan gue melihat ada sesosok laki-laki yang badanya lebih besar daripada gue, memakai baju dan celana berwarna hijau. Mampus dah gue, itu kolor ijo ato Andi? Moga-mogahan aja itu Andi biarpun tampangnya ngalahin kesereman kolor ijo. Oh, ternyata itu Andi.
 
  "Zano, sori gue telat" Andi berlari menghampiri gue sambil membawa senter dan pentongan hansip. Dia juga memasang tampang santai.
  "Bete gue nungguin loe dari tadi" kata gue dengan kesal
  "Hehe, sori Zan"
  "Jadi gimana? Dah siap belum?" tanya gue
  "Yeps" jawab Andi sambil menunjukan senter dan pentongan
  "Mantep, jalan Bro!" gue berdiri sambil mengambil senter gue.

Kita berdua berjalan mengelilingi kampung udah persis kayak 2 intel kepolisian. Bener-bener sepanjang jalan malem ini sepi banget. Gak kayak biasanya.

  "Eh, kok pada sepi ya? Biasanya rame" kata gue
  "Mungkin gara-gara kasus 1minggu yang lalu kali" kata Andi
  "Nge? Kasus apaan?" kalimat Andi yang tadi berhasil membuat mimik muka gue berubah jadi (lebih) jelek
  "Loe gak tau?!" Andi memasang tampang kaget ke gue
  "Apaan?" Gue mulai merasa semakin bego di sini
  "Ya elah Zano..." Andi menghela napas. "Jadi begini, 1 minggu yang lalu itu ada kasus hilangnya seorang anak gadis di kampung ini"
  "Siapa?"
  "Gak ada yang tau nama dari gadis itu siapa atau dari mana dia datang. Yang kita tahu, anak gadis itu secara misterius menghilang di kampung kita" jelas Andi
  "Hast, kasian juga tuh. Trus tuh gadis ditemuin enggak?" tanya gue penasaran
  "Yoi"
  "Syukurlah... Di mana?"
  "Di pinggir kuburan dekat kampung sebelah... tapi.. sudah dalam kondisi tewas mengenaskan"
  "Kuburan dekat kampung sebelah?" Gue melihat ke depan dan ternyata... Kami berdua sudah ada di depan kuburan yang dari tadi kami bicarakan.

  Tiba-tiba gue merinding (Gue akui, gue sempet merinding waktu nulis ini. Soalnya udah malem). Gue enggak tau apakah Andi yang berdiri di sebelah gue juga ikut-ikutan merinding atau kagak... yang jelas, pikiran gue udah mulai memikirkan yang berbau horor seperti mukanya Andi yang menyaingi kolor ijo.

  "Mampus kita" bisik Andi ke gue

Gue hanya bisa diam menelan ludah. Sebenarnya kaki gue udah gemetaran nih... bukan karena takut, tapi karena gue kesemutan. Tiba-tiba saja gue melihat ada sesosok orang yang gue kenal sedang mengendap-ngendap di antara makam-makam tua yang ada sambil membawa tv. Gue menepuk bahu Andi.

  "Liat tuh di sono. Bukanya itu maling yang 2 hari lalu loe tangkap?"  gue menunjuk ke arah orang itu yang sepertinya tidak menyadari kalau kami berdua sedang memperhatikanya.
  "Bener tuh! Kayaknya dia belum bertobat juga nih" Andi mulai menunjukan tampang marahnya. Gue akui,  tampangnya sudah mirip dengan Hulk yang gagal berubah. Andi mulai berlari tapi dicegah oleh gue
  "Bentar, kita gak boleh asal nuduh dia sembarangan!"kata gue
  "Eh, Zano, gue tau tuh anak pasti nyolong lagi!" kata Andi
  "Sabar dikit lah Andi. Kita ikutin dia diam-diam dari belakang dulu. Oke?"

  Andi mengangguk-angguk. Entah apa itu karena dia mengerti apa yang gue bilang barusan atau karena ngantuk. Yang jelas, tadinya kami sempat takut kayak finalis masih dunia lain yang melihat hantu tapi sekarang kami tiba-tiba menjadi berani.

Diam-diam gue dan Andi mengikuti orang itu. Sekilas, gue sempat merasa sebagai anggota polisi (biar greget). Setelah beberapa menit kami mengikuti orang itu, tiba-tiba saja dia berhenti dekat sebuah makam di pinggir kuburan.

  "Kampret, gue kenal itu tv! Itu punya Pak Bedjo dari kampung sebelah!" bisik Andi
  "Loe yakin?" bisik gue ke Andi
  "Zano, Pak Bedjo itu paman gue. Gue tau betul barang-barangnya kayak gimana"
  "Oke, jadi... loe mau langsung sergap dia gitu? Sab-"

  Belum sempat gue selesai ngomong, Andi langsung berlari mengejar orang itu sambil berteriak "Maling". Gue gak mungkin biarin dia sendirian keliatan keren di depan makam-makam umum, jadi gue juga ikut-ikutan dia.

Terjadi aksi kejar-kejaran antara hansip sementara beserta temanya, kolor ijo... maksud gue, Andi dan orang yang kami anggap sebagai maling itu. Kami berlari di daerah kuburan masal yang seram itu selama beberapa menit sampai tiba-tiba...

  BLETAK

Ada seorang gadis yang melemparkan batu ke arah orang yang kami kejar. Lemparan dari gadis itu sukses besar membuat orang yang kami kejar itu jatuh tersungkur di tanah. Kesempatan itu gak disia-siakan oleh Andi. Dengan cepat dia menangkap orang itu.

  "Ketangkep juga loe!" seru Andi

Gue segera memeriksa barang bawaan dari orang itu.

  "Andi, ini tv punya paman loe kan?"
  "Yoi, bener. Gue bilang apa juga? Gue tau nih orang pasti nyolong lagi!"

Kami berdua lumayan senang karena berhasil menangkap maling. Tanpa kami sadari, gadis yang tadi melemparkan batu datang mendekati kami. Dia lumayan cantik orangnya dan kayaknya berumur 19 tahun, tapi gue gak tertarik sama sekali berhubung gue lagi ada di kuburan... Tempat yang aneh buat jatuh cinta...

  "Ehm, kalian berdua hansip dari kampung Sukamujur ya?" tanya gadis itu
  "Ah, yoi. Loe yang tadi lemparin batu kan?" tanya gue ke gadis itu
  "Ah, iya" jawab gadis sambil tersenyum manis
  "Oh, makasih ya! Kenalin, gue biasa dipanggil Zano dan ini temen gue namanya..."
  "Andi! Laki-laki paling ganteng di kampung Sukamujur!" potong Andi dengan penuh semangat dan rasa bangga. Sebenarnya gue pengen ngeledekin dia dikit tapi sekali-kali biarin aja lah dia sok keren di depan cewek.
  "Oh, kenalin. Nama saya Miranda" kata gadis sambil tersenyum

Miranda? Hem, nama yang asing di telinga gue... Gue belum pernah ngeliat ini cewek sebelumnya. Apa jangan-jangan dia hantu? Enggak mungkin, kakinya nyentuh tanah.

  "Nama yang bagus" puji Andi yang masih menahan maling.
  "Jadi.. Miranda, Loe ngapain malem-malem di sini?" tanya gue penasaran
  "Iya, ngapain ke sini? Mending ke rumah gue aja Mir" kata Andi
  "Ah, gombal" jawab Miranda ke Andi. "Aku cuma pengen berziarah aja kok ke makam teman aku"
  "Oh, ya udah... Makasih ya dah bantuin kita nagkep nih maling" kata gue ke Miranda
  "Iya sama-sama"

Lalu Miranda berpamitan dengan kami. Tujuan kami selanjutnya? Membawa maling ini ke Kantor RT kampung sebelah. Ketika berjalan menjauhi area pemakaman, tiba-tiba saja gue merasa ada yang aneh tapi gak tau apa...

  "Andi, elu ngerasa ada yang aneh enggak?" tanya gue ke Andi
  "Satu-satunya yang aneh di sini cuma loe doang" ledek Andi
  "Kampret"
  "Tapi beneran, gue ngerasa ada yang aneh" kata maling yang kami tangkap
  "Apaan?" tanya gue ke maling itu
  "Gue gak pernah liat tuh cewek seumur hidup. Gue biasanya lewat kuburan itu tiap malam tapi..." jawab maling itu
  "Ha diem loe! Loe gak bersyukur kita gak gebukin lo habis-habisan tadi!" kata Andi
  "Tenang Bro, jangan main hakim sendiri. Noh, kita bukan hakim" kata gue ngasal.

Gue sebenarnya tadi mau tanya beberapa hal ke Miranda tapi berhubung gue takut ntar malingnya kabur, jadi gue gak sempat bertanya. Yah bodo amat, yang penting gue dan Andi harus mengantarkan maling ini ke Kantor RT kampung sebelah. Sisanya itu urusan dari ketua RT dan hansip kampung sebelah.

Bersambung
*******


  Bagian selanjutnya, setelah membawa maling tersebut ke kantor RT kampung sebelah. Zano dan Andi pulang ke kampung Sukamujur. Sesampainya mereka di sana, Mereka mendapat kabar dari Sesil, adiknya Zano bahwa barang-barang milik warga berupa cincin menghilang. Sesil juga sempat mengatakan kalau dia sempat melihat penampakan sesosok makhluk misterius yang sempat memasuki rumah warga kemudian menghilang tanpa jejak.

Episode selanjutnya, DI SINI

1 komentar:

  1. Silahkan komentar, kritik, saran, dll.

    Saya terima dengan senang hati.

    -Green Leaper-

    BalasHapus