Minggu, 17 Maret 2013

[Parodi] Resident Vevil 2 : Apocalypse

Halo Sobat Readers!

  Hari ini Leaper nongol kembali secara tiba-tiba untuk menemani kalian. Ah, mungkin saja sobat readers sudah pernah melihat/membaca parodi asal-asalan Resident Vevil. Kali ini, Gue mempersembahkan sobat readers kelanjutannya. Gak pake lama lagi, selamat tidur! Eh, maksud saya, selamat membaca!

Catatan kecil, kayaknya kali ini bakal sedikit lebih serius berhubung RE Apocalypse adalah seri yang paling gue sukai... tapi gue bakal berusaha untuk tetap melenceng dari benang merah.

*Lagu Shonici - JKT48 diputar*


******

Resident Vevil 2 : Apocalypse

   Virus-T telah menyebar ke seluruh kota. Hanya dalam waktu sekejap, seluruh kota dilanda kepanikan atas kenaikan harga bawang... Eh, maaf, seluruh kota dilanda kepanikan atas munculnya zombie di mana-mana.

Situasi di kota benar-benar kacau galau balau.

Polisi mengerahkan seluruh kemampuan dan peralatan mereka untuk mencoba mengendalikan situasi yang kacau. Pemadam Kebaran sibuk berlari mengelilingi kota untuk memadamkan kebakaran-kebakaran yang timbul akibat kekacauan. Bang Muklis sibuk mencari toko bangunan untuk membeli nasi goreng. Gatot Kaca sementara galau karena gagal pulang kampung. Sementara para penjual daging lagi sibuk-sibuknya menjual dagangan mereka pada para zombie.

Narator #1 : Masih banyak kekacauan-kekacauan lain yang ditimbulkan.

Narator #2 : Tapi kami tidak akan membahasnya karena keterbatasan waktu.

Narator #1 : Ya benar....

Green_Leaper sebagai penulis : Ehm, jangan kelamaan coy. Sobat Readers bakal muak kalo dalam beberapa menit ke depan gak ada sedikit action.

Narator #1 :  Rica Leyona udah datang belum? Dia kan salah satu tokoh utama.

Green_Leaper sebagai penulis : Bentar lagi nyampe kok. Kejebak macet katanya. Gue udah nyuruh dia buat lompat dari atap mobil ke atap mobil lain biar greget... Eh, maksud gue, biar cepet nyampe.

Narator #2 : Eh, itu! Dia udah sampai!

  Di tengah-tengah kekacauan yang terjadi di kota, Rica datang ke kantor hansip untuk menyelamatkan temannya yang terjebak di kantor tersebut. Sambil mengkokang senjatanya, dia mendobrak masuk. Terlihat beberapa orang masih mencoba melawan zombie. Di antara orang-orang itu, Stella Cornellia terlihat mencoba melepaskan tangannya yang diborgol (tanpa alasan yang jelas) sementara dari belakang ada zombie yang mendekat.

Stella : *melihat ke belakang* AAHH!!!

Narator #1 : Dengan gesit Rica sendirian menghabisi zombie-zombie itu dengan pistol yang dibawanya

Rica : Em....

Narator #1 : Kenapa?

Rica : Gue belum pernah pegang senjata...

Stella : TOLONG!

Narator #2 : Gak ada waktu! Keker aja terus tarik pelatuknya sebelum Stella digigit!

Narator #1 : Gue sendiri merasa enggak apa-apa kalo dia digigit.

Narator #2 : Kampret, biarpun ini parodi tapi zombie-zombie yang disewa itu zombie asli yang Leaper kumpulin dari berbagai belahan dunia akhirat!

DOR!

  Satu zombie yang sementara sibuk berkaca pada cermin jatuh karena sebuah peluru menembus kepalanya.

Rica : Maaf, gak sengaja

DOR!

Rica kembali melepaskan sebuah tembakan dan kali ini tembakannya mengenai zombie yang hampir menggigit Stella. Zombie itu jatuh, tewas (lagi).

Stella : Makasih Ric!

Rica : *melepaskan borgol dari tangan Stella* Sama-sama

Stella : Selanjutnya kita gimana?

Rica : Gak tau. Apa yang bakal lu lakuin kalo dalam situasi kayak gini?

Stella : Foto bareng dulu!

Narator #1,2 dan Rica : Ha? Foto bareng?

Stella : Kapan lagi bisa foto bareng sama zombie asli ?

Kemudian merekapun foto bareng zombie tentu saja tanpa digigit dan tanpa sepengetahuan Green_Leaper sebagai penulis.

Green_Leaper sebagai penulis : WOY!

Narator #1 : Mampus kita, zombienya zombie datang

Green_Leaper sebagai penulis : Lagi ngapain hah?

Rica : Kita lagi... em...

Narator #2 : Kondangan!

Narator #1 : Yoi, kita lagi kondangan

Green_Leaper sebagai penulis : Jangan bodong

Stella : Bohong

Green_Leaper sebagai penulis : Itu maksud gue. Lu semua pada foto bareng kan?

Stella : Iya..

Green_Leaper sebagai penulis : Kalian....

Narator #1 : Mati... Kita semua bakal diceramahin nih...

Green_Leaper sebagai penulis : Kampret! kok gak ngajak-ngajak gue ?!

  Suasana menjadi hening sesaat...

Rica : Oke, kita sudah foto bareng tadi. Gue rasa waktunya buat kita segera keluar dari kota ini.

Stella : Member yang lain gimana?

Rica : Gampang, kalo Leaper yang nulis naskahnya, gue yakin mereka semua pasti baik-baik aja kok.

Lantas, Rica dan Stella berlari menuju ke perbatasan kota, yaitu sebuah jembatan kayu lapuk yang menghubungkan kota dengan kota lainnya. Ada banyak orang juga yang berpikiran sama, mereka ingin makan sayur jengkol keluar dari kota. Sayangnya, jembatan itu sudah diblokade oleh militer. Alhasil, seluruh orang yang ingin keluar malah terjebak seperti lagi orang-orang yang demo ngotot buat menurunkan harga Tomcat di pasaran.

Tentara #1 : Untuk menunjukan betapa hebatnya kami, kami akan memberi tau lu semua kalo kita memblokade seluruh kota hanya dalam 5 menit!

Penduduk #1 : Woy, Gue pengen keluar!

Jendral : Waktunya gue muncul nih... Ahem, Perhatian penduduk kota yang sama sekali gue gak pengen 

kenal! Demi alasan keamanan! Lu semua gak boleh ninggallin ini kota!

Penduduk #1 : KAMPRET1 LU GAK BISA BEGITU!

Jendral : Jelas gue bisa! HAHAHAHA!

Tingkah laku dan muka sang Jendral benar-benar membuat penduduk menjadi marah, sehingga mereka mencoba menjatuhkan barikade pagar kayu yang dibuat militer. Anehnya, pagar kayu itu tidak mau jatuh.

Jendral : Tembak mereka

Tentara #1 : Pak?

Jendral : Tembak mereka bego!

Tentara #1 : Pak, kenapa kita gak bisa biarin mereka gitu aja. Toh nanti mereka juga mati dimakan zombie satu per satu.

Jendral : Tembak mereka atau gue sebarin foto upil lu yang gak sengaja jatuh di dalam senjata!

Tentara #1 : PASUKAN! BERSIAP!

Tentara lainnya : *Mengacungkan senjata ke arah kerumunan warga*

Sementara itu, di antara kerumunan...

Stella : Gak mungkin kan kalo mereka nembak sipil?

Rica : Sebenarnya sih enggak mungkin tapi gue lupa satu hal

Stella : Apaan tuh?

Rica : Di naskahnya tertulis kalo militer bakal menembaki seluruh warga

Stella : Waduh!

Figuran tanpa nama : Tenang aja, nama lu berdua kan ada di bagian awal. Kalo gue lihat pola menulisnya Leaper, nama-nama yang tertera di awal cerita punya kemungkinan 98% selamat.

Tiba-tiba militer mulai menembaki penduduk. Ada beberapa penduduk yang bertindak seperti orang tawuran ada juga yang mencoba berlari. Rica dan Stella adalah salah satu dari orang-orang yang mencoba kabur dari hujan peluru.

Figuran Tanpa Nama : *tertembak* AKH! Saya...Punya...Nama... *tewas*

Tentara #1 : Sebenarnya gue gak inget kapan gue suruh buat tembakin warga sipil tapi... ya udah *menembaki warga*

  Sementara itu, di suatu perkemahan kamp Umbrella yang masih aman. Seorang dokter yang cetar membahana bak ikan paus yang terdampar di daratan sedang sibuk mencoba mengetahui lokasi anaknya yang hilang. Dokter Marwoto namanya.

Dokter Marwoto : Mana tuh monyet.... Seharusnya dia ada di sekolahnya... *mengutak-atik komputer*

Asisten Dokter Marwoto : Dok, kita harus pergi sekarang.

Dokter Marwoto : Gue enggak bakalan pergi tanpa anak gue!

Asisten Dokter Marwoto : Tapi dok...

Dokter Marwoto : KAMPRET! GUE ENGGAK MAU PERGI TANPA ANAK GUE!

Asisten Dokter Marwoto : Ba-baik...

Seisi kamp pun pergi meninggalkan Dokter Marwoto sendirian. Dia mengambil HPnya dan menghubungi seseorang.

Dokter Marwoto : Halo? Ah, iya ini gue... Begini... bisa bantuin gue nyari anak gue? Itu lho, yang matanya dua dan idungnya satu. Iya.. Ah, oke makasih! Sekalian, acarnya 1 ya!

  Beberapa jam pun berlalu... Kota sekarang sudah hampir sepenuhnya dikuasai zombie. Polisi dan hansip gagal mempertahankan keamanan. Beberapa helikopter melintas memecah keheningan kota sementara Rica, Stella dan 2 orang lain (yang kurang penting buat gue sebut namanya) berhasil bersembunyi di dalam sebuah Gereja yang mereka sendiri barikade.

Penduduk #1 : Lu yakin, di sini aman?

Stella : Paling tidak lebih aman daripada di tengah jalan...

Rica : Lagian hanya 1 pintu buat masuk-keluar. Jadi kita gak perlu kawaktir.

Narator #1 : Di sisi lain, kalo ada zombie yang menyusup ke dalam. Kalian juga gak bakal bisa keluar...

Stella : Ssshhh! Kalu lu atau Leaper yang ngomong, pasti tetap aja terjadi.

Tiba-tiba muncul beberapa Leaper Licker. Sebuah muntan atau zombie atau apa sajalah yang berbentuk seperti manusia tapi tidak mempunyai mata.

Licker #1 : Makasih udah buat kita gak perlu susah payah ngejar-ngejar kalian!

Stella : *melirik Narator #1*

Narator #1 : ..... *Merasakan aura pembunuhan yang kuat* Permisi, gue ke toilet dulu! *kabur*

  Tanpa ragu-ragu, para Licker mulai menyerang Rica, Stella dan orang-orang lainya. Rica sebagai satu-satunya orang yang bersenjata, mau tidak mau harus melawan Licker-Licker yang dengan gesit selalu menghindari semua tembakan.

Rica : Kalau kayak gini kapan selesai?! *meng-reload pistol*

Salah satu Licker menjulurkan lidahnya yang tajam dan kuat ke arah pistol yang dipegang Rica. Lidahnya yang tajam melukai tangan Rica dan merusak pistol. Licker itu kemudian mendekati Rica untuk menggigitnya. Ketika akan digigit, Stella berlari dan menendang Licker itu sekuat tenaga. Licker itu terpental. Tidak menerima ditendang, Licker itu mengalihkan perhatianya ke Stella. Licker itu menjulurkan lidah ke arah kakinya Stella untuk memutilasinya.

Stella menghindari serangan yang dilancarkan dengan cara breakdance. Memang tergolong cara yang aneh untuk menghindari suatu serangan tapi benar-benar efektif karena semua serangan dari Licker meleset.

  Tiba-tiba, Veranda sambil menaiki unta. Masuk menerobos jendela. Pecahan kaca jendela membunuh beberapa Licker. Veranda melompat dari unta dan mulai menghajar semua Licker yang tersisa sampai mereka babak belur.

Para Licker pun ngotot pada Leaper kalo mereka lain kali ingin main di parodi yang lebih menjanjikan sebuah masa depan cerah buat mereka. Leaper memutuskan untuk nantinya merekomendasikan para Licker untuk ikut syuting film The Raid 2 atau jika mereka ditolak, mereka akan direkomendasikan untuk ikut syuting bersama Om Iko Uwais di film action lainya.

Narator #1 : Setelah sukses menyelamatkan semua orang. Veran...

  GUBRAK!!!

Unta yang tadi dinaiki Veranda jatuh menimpa 2 orang.

Narator #2 : Ralat, setelah sukses menyelamatkan semua orang dikurangi 2, Veranda disambut oleh teman-temannya.

Rica dan Stella : Ve!

Veranda : Rica, Stella!

Mereka bertiga berpelukan. Sejenak, mirip Teletubies.

Stella : Gimana caranya lu tiba-tiba kok jadi jagoan?

Veranda : Yah, di parodi sebelumnya gue kesandung kulit pisang...

Rica : Kulit pisang?!

Veranda : Iya, tangan lu kenapa Ric?

Rica : Ah, enggak apa-apa kok. Cuma luka dikit doang kok.

Stella : Sini, biar aku aja yang obatin.

Veranda : Ini, pake ini aja *memberi Stella kotak P3K*

Stella dengan cepat mengobati luka pada tangan Rica.

Rica  : Wow, makasih Stell

Stella : Itulah gunanya teman Ric

  BRUK, BRUK

Para zombie sudah mulai memukul pintu. Mencoba mendobrak masuk. Barikade yang menghalang pintu mulai rusak satu per satu.

Veranda : Gawat, kita mesti cepat! *memberi Stella dan Rica pistol*

Stella : Tapi kita mau ke mana? Satu-satunya jalan masuk cuma lewat pintu depan!

Pedagang Siomay : Neng, siomay Neng?

Rica : Lho? Perasaan tadi ini orang gak ada

Pedagang Siomay : Oh, emang saya gak ada. Saya cuma kebetulan dengar ribut-ribut aja terus dateng ke sini.

Stella : Abang masuk lewat mana?

Pedagang Siomay : Lewat sana Neng *menunjuk ke sebuah lubang besar tembok di bagian belakang gedung*

Veranda : Sejak kapan ada lubang besar di situ?

Pedagang Siomay : Oh, kebetulan tadi Jaka Tingkir numpang lewat. Dia enggak sengaja nabrak tembok tadi.

Veranda : *melirik ke Green Leaper sebagai penulis*

Green_Leaper sebagai penulis : Sori, Soalnya lokasi syutingnya bersebelahan aja nih. Jadi jangan kaget kalo dia nyasar ke sini.

DOR! Sebuah peluru melesat ke tanah. Stella, Veranda, dan pedagang Siomay melihat ke Rica

Rica : Maaf, gak sengaja

BRUAK !

Pintu depan diterobos oleh gerombolan zombie lapar. Tanpa ragu mereka langsung menyerbu pedagang siomay (bukan dagangannya). Stella, Rica, dan Veranda kabur lewat lubang besar yang tidak sengaja dibuat oleh Jaka Tingkir yang tadi tidak sengaja masuk area syuting parodi Resident Vevil 2.

  Sementara itu, di sebuah gedung kecil yang diubah menjadi kamp oleh UBCS (Umbrella Biohazard Countermeasure Service)....

Nemesis, sebuah proyek Umbrella yang memiliki tingkat kejelekannya tidak manusiawi ini berjalan mendekati kamp itu dengan chaingun (bukan chainsaw).

Nemesis : STARS!

  Dengan brutal, Nemesis menghabisi seisi kamp itu.

Ilmuwan Jahat : Hahaha! Sambutlah kreasi terbaik gue! Nemesis!

Nemesis : STARS!

Narator #1 : Terbaik? Bentar, Oi Nemesis!

Nemesis : ?

Narator #1 : 1 + 1 hasilnya berapa?

Nemesis : STARS!

Narator #1 : Terbaik dari mana? 1 + 1 aja dia enggak tau

Green_Leaper sebagai penulis : Bayarannya cuma cukup buat dia ngomong STARS doang

Narator #2 : Lha enggak bisa ditambahin?

Green_Leaper sebagai penulis : Kalo gue tambah bayarannya, berarti lu berdua gue pecat

  Sementara si Leaper dan para Narator sedang berdebat, kita kembali lagi ke Veranda dan teman-temannya yang sedang berlari.

Rica : Bentar, Kita ngapain nih?

Veranda : Kita harus menyelamatkan anak Dokter Marwoto. Beliau membuat kesepakatan dengan gue

Stella : Kesepakatanya adalah?

Veranda : Kalo kita menyelamatkan anaknya yang terperangkap di sekolah, beliau bakal membawa kita 
 keluar dari kota ini dengan helikopter evakuasi yang dibawa sama pilot pribadinya.

Rica : Pilot pribadinya orang Indonesia enggak?

Veranda : Eh? Gue enggak tau... Emangnya kenapa Ric?

Rica : Gue harap pilotnya orang Indonesia, gue yakin pasti dia lagi ketiduran.

Veranda : .....

Stella : Ya udah, gue pengen keluar dari kota ini. Ayo kita ke sekolah!

Veranda : Sip, inget nama anaknya itu Siska. Kata Dokter Marwoto, itu kepanjangan dari Siswi Kenangan Abadi.

Mereka bertiga pergi ke sekolah. Yang jelas mereka tidak akan belajar atau membeli siomay atau foto bareng zombie di sana. Sesampainya mereka di sana, mereka bertiga berpencar untuk menghemat waktu dan tenaga. Veranda berjalan sendirian sementara Stella berjalan bersama Rica.

Setelah beberapa menit lamanya mereka bertiga menggeledah sekolah. Stella dan Rica menemukan seorang anak kecil bernama Siska. Ketika mereka akan keluar membawa Siska, tiba-tiba muncul beberapa zombie.

Stella : Wah, mereka udah muncul

Siska : Kak, aku takut. *memeluk Stella*

Rica : Enggak apa-apa Siska, mereka lambat. Saking lambatnya, walaupun kita semua ngesot kita masih 10 kali lebih cepet.

Stella : Betul tuh kata Kak Rica

Siska : Bukan mereka, aku takut sama yang di sana! *menunjuk ke gerombolan zombie anjing*

DOR! Sebuah peluru melesat ke tanah. Stella dan Siska melihat ke Rica

Rica : Maaf, gak sengaja

Tanpa ragu-ragu, gerombolan zombie anjing itu mulai berlari ke arah mereka bertiga. Stella, Siska dan Rica berlari ke arah pintu keluar. Stella sambil menggandeng tangan Siska, menembaki zombie yang menghalang jalan ke pintu keluar sementara Rica mencoba menembaki zombie anjing yang mengejar mereka dari belakang.

Gerombolan zombie anjing dengan lincah menghindari tembakan-tembakan dari Rica dan semakin mendekati mereka bertiga. Tiba-tiba saja, Veranda muncul dari pintu keluar. Melihat teman-temanya dikejar-kejar, Veranda sekali lagi menunjukan kejagoanya. Alhasil, gerombolan zombie anjing dan zombie manusia dihajar sampai babak belur.

Setelah menyelamatkan teman-temanya. Mereka berempat membawa Siska ke lokasi yang ditentukan oleh Dokter Marwoto, yaitu di atap sebuah gedung bertingkat mewah milik Dokter Marwoto. Ketika baru di lantai 1, Stella dan Rica terkejut melihat betapa tingginya gedung itu.

Stella : Wow...

Siska : Itu punya bapak aku lho

Rica : Bapak kamu kaya juga ya

Siska : Hehe, bapak aku pasti lagi nungguin kita di atap gedung

Stella dan Rica : Atap gedung?!

Siska : Iya, atap gedung. Masa helikopter parkir di basement?

Veranda : Berapa tingkat ya?

Siska : Kalo enggak salah terakhir kali aku naik lift, ada sampai lantai 100.

Stella : Ya gak apa-apalah... Berhubung masih ada listrik cadangan, gue yakin lifrnya masih bisa dipake.

Narator #2 : Yoi, gue enggak bisa bayangin kalo tiba-tiba listriknya mati terus lu semua terpaksa pake tangga naik ke lantai 100.

Rica, Stella, Veranda : SSSHHH!!!!

Tiba-tiba saja listrik cadangan padam. Akibatnya, seluruh fasilitas tidak bisa dipakai.

Rica, Stella, Veranda : *melirik ke Narator #2*

Narator #2 : Ehm...aduh, perut gue mules... *kabur*

DOR! Sebuah tembakan melesat ke tanah. Stella, Veranda dan Siska melihat ke Rica

Rica : Maaf, gak sengaja

Veranda : *Menghela napas panjang* Ya udah, mau enggak mau kita harus pake tangga.

Mereka berempat (dengan terpaksa) naik ke atap lewat tangga. Sesampainya di atas, mereka disambut oleh Dokter Marwoto. Siska berlari memeluk bapaknya. Suasana menjadi mengharukan untuk sejenak (paling tidak buat Marwoto dan anaknya).

Dokter Marwoto : Terimakasih lu bertiga udah menyelamatkan anak gue. Sekarang, mari, kita bersama-sama meninggalkan kota ini pake helikopter pribadi gue. Kita mesti cepat, soalnya Pemerintah bakal membom kota ini habis-habisan dini hari nanti

DOR! Sebuah tembakan dilepaskan ke udara. Marwoto, Stella, Veranda dan Siska melihat ke Rica

Rica : Apa? Bukan gue!

Stella : Kalo bukan Rica yang nembak, trus siapa?

Ilmuwan Jahat : GUE! MUAHAHAHAHA!

 Ilmuwan Jahat muncul ditemani banyak pasukan USS (Umbrella Security Service) dan Nemesis (yang kejelekanya tidak manusiawi).

Ilmuwan Jahat : Halo Marwoto! Kita bertemu lagi! *senyuman jahat*

Dokter Marwoto : Cih, elu!

Siska : Papa kenal dia?

Dokter Marwoto : Dia....

Ilmuwan Jahat : HAHAHA!

Dokter Marwoto : ....Siapa?

Ilmuwan Jahat : Kampret, gue kira lu masih inget gue....

  Suasana menjadi hening...

Ilmuwan Jahat : Tahan mereka semua!

Pasukan USS #1 : Termasuk pilot pribadinya Marwoto?

Ilmuwan Jahat : Enggak usah, pilot pribadinya Marwoto lagi tidur mirip kebo. Dia enggak bakal bangun

  Dalam waktu yang singkat, Veranda dan teman-temanya diborgol. Namun, Veranda berhasil melepaskan diri dari borgol tersebut. Dia menghajar beberapa pasukan USS yang mencoba menembakinya.

Ilmuwan Jahat : TAHAN TEMBAKAN!

Veranda : Ha?

Ilmuwan Jahat : Nemesis, lawan dia!

Nemesis : STARS!

Dokter Marwoto : Hati-hati! Nemesis itu berbahaya dan luar biasa jelek!

Nemesis mulai menyerang Veranda. Terjadi pertarungan sengit antara Veranda dan Nemesis. Nemesis menyerang, Veranda menghindar. Veranda menyerang, Nemesis menghindar. Tukang mie tek-tek lewat, semuanya berhenti buat makan sejenak lalu melanjutkan syuting parodi.

Berkali-kali Nemesis dibuat seperti anak pramuka oleh Veranda tapi sepertinya Nemesis tidak bakal mati-mati juga. Ketika semua orang sementara sibuk memperhatikan pertarungan, Stella diam-diam melepaskan borgol dari tanganya lalu tanpa ketahuan, melepaskan borgol dari tangan Rica, Siska, dan Marwoto.

Sayangnya, mereka ketahuan oleh salah seorang pasukan USS. Akhirnya terjadi adengan baku tembak juga. Stella dan Rica yang sudah berhasil mengambil pistol mereka kembali, dengan gampang menghabisi semua pasukan USS. Selama aksi baku tembak itu, Marwoto tewas tertembak melindungi anaknya. Sementara Ilmuwan Jahat tewas tertembak peluru nyasar dari Rica.

  Melihat Veranda masih tawuran dengan Nemesis, Stella dan Rica mencoba menolong teman mereka dengan cara melemparkan sapu ijuk ke arah Nemesis.

Veranda : Nah, ini yang gue perlukan!

Veranda mengambil sapu ijuk lalu mengubahnya menjadi senjata yang paling mematikan. Sapu runcing (sejenis dengan bambu runcing cuma terbuat dari sapu ijuk). Dengan senjata barunya, dia mengalahkan Nemesis dengan cepat.

Veranda : Ayo cepat! Matahari hampir terbit!

Veranda, Stella, Rica dan Siska berlari ke arah helikopter pribadi Dokter Marwoto. Mereka membangunkan pilot yang sementara molor. Kemudian, pilot itu menerbangkan helikopter keluar dari kota.

Ketika helikopter sudah jauh, matahari terbit dan sebuah rudal besar jatuh dan meledak di kota.

Rica : Sudah selesai... Kita selamat... Haah, senangnya!
Stella : Gue baru dapat kabar dari Nabila kalo dia dan member lainya udah ada di tempat aman bersama gerombolan orang-orang yang selamat dari kota.
Siska : *menangis* Papa... Hiks...

Stella, Rica dan Veranda melihat Siska yang menangis. Lalu mereka bertiga memeluk Siska. Sejenak Veranda berpikir kalau semuanya sudah selesai... Tidak ada lagi kekawaktiran tentang serangan zombie yang terlintas di pikiranya.

  Tapi, Veranda tau satu hal. Perusahaan Umbrella masih hidup dan mereka akan tetap berusaha untuk menyempurnakan virus T. Selama virus T masih ada, ancaman zombie akan tetap menghantui dunia. Dan dia bertekad untuk mencegah hal yang sama terjadi di kota lain.

Setelah memikirkan hal itu, Veranda tiba-tiba menyadari satu hal lain lagi...
Sepertinya akan ada sekuel lagi...

The End (?)
*********

  Nah, Sobat Readers... Demikian Parodi Resident Vevil 2 : Apocalypse! Gue harap parodi itu berhasil menghibur Sobat Readers sekalian walaupun gue sendiri rada-rada gak yakin...

Silahkan komentarnya.

Salam Zombie Hangat!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar