Rabu, 08 Mei 2013

Zano & Kawanan : Stella Hilang Part-2

  Gue dan Andi capek habis melewati hutan. Belum lagi ditambah suasana semakin angker gara-gara kabut tipis mulai muncul. Untung, kami sudah sampai di sebuah kampung. Ditengah-tengah kampung itu ada gedung besar. Sialnya, kampung itu sepi dan sepertinya tidak ada penghuninya.


  "Pret, gue harap kita enggak nyasar ke lokasi syuting Silent Hill" ujar Andi
  "Lu kenapa? Takut?" ledek gue
  "Enggak sih... Gue cuma enggak mau terlibat hal-hal yang berbau supranatural di sini" kata Andi

Gue melihat sekeliling. Rumah-rumah yang ada telah ditumbuhi rumput-rumput liar dan penuh dengan abu. Beberapa alat-alat rumah seperti kursi dan meja berhamburan sampai di jalan. Yang lebih buruk lagi, hawanya dingin.

Kami berdua tanpa ragu mencoba menemukan jalan ke tengah-tengah kampung terabaikan ini. Semakin ke dalam, suasanya semakin angker.

  "Ini... apa yang terjadi dengan nih kampung?!" kata Andi melihat begitu banyaknya barang-barang yang berhamburan di jalan
  "Waks! Di! Liat noh! Itu... darah kan?!" gue menunjuk ke dinding

Andi menoleh ke arah yang gue tunjukan. Mengerikan, ada banyak bercak darah di dinding. Muka Andi langsung pucat. Kayaknya dia akan pingsan.

  "Woy, kalo lu pingsan... Lu sama sekali enggak membantu!" kata gue
  "Tapi perasaan gue enggak enak Zan"
  "Sama Bro... Tapi kita datang untuk satu tujuan kan? Gue enggak akan berhenti sampe Stella ketemu!"
  "Ehm" Andi mengangguk. "Makasih Bro. Biarpun elu rada-rada gimana gitu tapi kalau lu mau sama Stella... Yah, lu dapat restu dari gue kok Bro"
  "Ngomong apaan lu Andi? Gue enggak ngerti"
  "Lu gak usah ngerti aja deh"
  "Tapi ngomong-ngomong, kita di mana nih sekarang?!"

Tepat di depan kami ada sebuah gedung besar. Ini pasti gedung yang dikatakan oleh Screamer. Gedung itu dikelilingi tembok. Dari kejauhan terdengar percakapan. Kami memutuskan untuk menuju ke sumber percakapan. Kami melihat ada 2 orang dewasa sedang berbicara. Dari tampang sangar mereka berdua, bisa dijamin mereka itu sejenis perampok...

  "Eh, Katanya hari ini kita dapet mangsa ya?"
  "Ya, cewek. Tapi susah menangkap tuh anak. Sebagian besar anak buah bos aja babak belur. Untung aja si botak bawa obat bius. Sekarang kita cuma tunggu dia sadar lalu kita telepon keluarganya minta tebusan"
  "Namanya siapa?"
  "Kalo dari KTPnya sih, namanya Stella"
  "Hahah, kayak nama pewangi ruangan. Dia disekap dimana?"
  "Lantai 2, kamar paling kiri"

Gue menoleh ke Andi. Andi sepertinya marah dan ingin menghajar kedua orang itu. Gue menepuk kepala Andi.

  "Bro, sabar. Mending kita nyelinap masuk aja" bisik gue
  "Gimana caranya? Temboknya tinggi banget!" kata Andi
  "Improvisasi!" Gue mengambil 2 batu. "Gue bakal lempar batu ini sejauh mungkin, ketika 2 penjaga itu lagi terkecoh, kita langsung lari masuk ke dalam"

Gue melempar batu. Sayangnya, kedua batu itu malah mengenai kepala penjaga-penjaga itu. Alhasil, mereka pingsan.

  "Ups...." Gue menepuk jidat
  "Sekarang men!" Andi langsung menarik gue masuk.

  Kami berdua menyelinap masuk. Memang di dalam ada beberapa penjaga, tapi kami berhasil melewati mereka tanpa ketahuan. Kami sekarang berada di depan sebuah ruangan yang paling kiri. Kami yakin ini pasti ruangan dimana Stella disekap.

Kami berdua membuka pintu itu pelan-pelan. Andi mengintip.

  "Zan, kayaknya kosong"
  "Udah, masuk aja! Siapa tau dia disekap di bagian kamar mandi"

Andi melangkah masuk. Belum terlalu jauh dia melangkah masuk, tiba-tiba ada sesosok perempuan menyerang dari samping pintu. Dengan sekali pukul, Andi langsung jatuh. Gue spontan langsung mencoba menolong Andi tapi gue juga jadi korban.

Gue melihat baik-baik sosok itu. Stella?!

  "Ah! Kang Zano! Kakak! Maaf!" kata Stella sambil mengulurkan tanganya ke gue. Gue langsung berdiri (tentu saja dibantu Stella).

Andi? Dibiarin begitu saja. Dasar, adik kurang ajar. Hahahah. Tapi beneran... Biarpun dia itu perempuan, tapi pukulanya kuat banget bro. Gue melihat Andi, Andi berdiri sendiri. Hahah, baru pertama kali kakaknya dibiarin berdiri sendiri.

  "Akang sama Kakak ngapain di sini?" tanya Stella
  "Yah, mau ngajakin main catur eh, maksud gue... mau nyelametin elu" Gue mengelus-ngelus pipi gue yang tadi kena bogem mentah dari Stella
  "Ah, biru! Ma-maaf Kang Zano!" Stella langsung mengelus pipi gue (Nih anak kenapa ya perhatian banget sama gue?)
  "Hehe, luka kayak gini mah biasa aja"
  "Stella, kok kamu enggak memperhatikan Kakakmu sendiri sih?" keluh Andi sambil memperlihatkan mukanya yang biru.
  "Iiih, Kakak gitu aja udah ngotot. Liat Kang Zano tuh! Biarpun tadi gak sengaja kena pukulanya Stella dia tetap tegar!"
  "Kampret..."Andi menundukan kepalanya
  "Oke sekarang kita keluar dari sini!" kata gue
  "Gue enggak mau tau, pokoknya gue enggak mau lewat bawah" keluh Andi
  "Terus lu mau loncat dari lantai 2 ke lantai 1?!"

Stella menepuk kepala kami berdua. Gue kurang tau perasaan Andi tapi yang jelas gue merasa seperti anak kecil yang lagi berantem terus dipisahin oleh Kakak perempuan.

  "Sssh! ada yang datang"

  Terdengar langkah-langkah kaki dari bawah sedang menaiki tangga. Kalau dari bunyinya, sepertinya ada lebih dari 10 orang. Gue dan Andi tegang. Keringat dingin bercucuran. Gue dan Andi melihat ada jendela tapi sudah dibarikade dengan kayu. Jendela itu cukup besar.

  "Gak ada salahnya kita coba bongkar barikade di jendela itu" gumam gue
  "Stella, kunci pintu itu lalu coba pakai apa saja untuk menahan mereka! Kakak sama Zano bakal coba untuk membongkar barikade jendela!"
  "Oke Kak!" jawab Stella

Gue dan Andi mencoba untuk menyingkirkan kayu yang menghalang jendela. Berat banget coy. Komplotan yang menyekap Stella mencoba mendobrak pintu. Untung Stella sudah mendorong lemari kecil tepat di belakang pintu.

  "Kampret! Kayaknya harus diungkit" keluh Andi
  "Gue akui, sekarang yang kepikiran di otak gue cuma bagaimana cara keren untuk menghabisi tuh orang-orang!"
  "Sebenarnya mereka siapa sih?" Andi tampak berpikir keras
  "Komplotan perampok. Mereka baru pindah ke kawasan ini" jawab Stella

Tiba-tiba sebuah pedang menembus pintu. Untung pedang itu tidak mengenai Stella. Langsung saja gue tarik Stella menjauh dari pintu.

  "Sekarang gimana Zan?" bisik Andi
  "Kenapa lu tanya gue?!"
  "Kang Zano kan selalu punya rencana B"
  "Menembus barikade di jendela ini adalah rencana B" kata gue
  "Kalau begitu..." Stella memegang kayu itu. "HAIYA!"

BRUAK!!
Gue dan Andi benar-benar tidak percaya apa yang baru kami lihat. Stella memukul barikade kayu itu. Hanya dengan satu pukulan, barikade kayu langsung hancur. Gue syok.... Andi juga syok... Gue yakin kalau Polisi dan TNI melihat inipun, mereka bisa ikut-ikutan syok.

  Gue tidak tau apa saja yang diajarkan oleh Screamer kepada Stella tapi apapun program latihan yang dipakai oleh Screamer telah membuat Stella kuat di luar dugaan.

  "Lho? Kenapa?" Stella melihat kami berdua yang sedang syok
  "Stell... Kalau tau begitu... Kenapa elu gak kabur dari tadi!" gue langsung lemas
  "Hehe, maaf... Stella takut nantinya Kang Zano sama Andi capek-capek datang ke sini tapi gak ketemu Stella" Stella menggaruk-garuk kepalanya.

Mendengar jawaban itu, gue dan Andi hanya diam... Nih anak, dia polos apa bego ya? Ah sudahlah, kami bertiga melihat ke luar jendela. Rupanya dibalik jendela itu ada sebuah pohon yang setinggi lantai 2.

  "Zan... Rencana B?" Andi menatap gue
  "Gampang! Kita pake pohon ini untuk turun!"
  "Atau kita bisa parkour dari sini sampai ke hutan!" kata Stella sambil melompat duluan

Gue tidak tau sejak kapan Stella bisa parkour tapi gerakanya itu lho... Lincah... Dia melompat ke pohon seperti orang hutan lalu melompat lagi ke tembok yang lebih rendah. Gue dan Andi hanya mangap.

  "Eh? Kang? Kakak? Kalian kenapa?" Stella melihat kami berdua
  "Stell! Mau lompat gimana? Gak ada tempat untuk berpijak!" Andi melihat-lihat pohon yang ada di depan
  "Bener juga sih.." pikir gue

BRUAK!
Gue menoleh ke belakang. Perampok-perampok itu sudah menghancurkan pintu. Sebagian dari mereka bawa celurit, sebagian lagi membawa pedang. Gue melihat ke bawah, ada tumpukan jerami. Entah untuk apa harus ada jerami tapi yang jelas, tumpukan itu cukup tebal untuk menahan kami berdua.

  "Gak ada waktu!" Gue langsung menendang Andi ke bawah
  "ZAAANOOO KAMPREEEET!"

Setelah menendang Andi, gue langsung lompat ke tumpukan jerami. Rencana konyol gue berhasil. Entah bagaimana caranya, kami berdua tidak mengalami luka-luka (seperti patah tulang) ketika mendarat di tumpukan jerami.

  "Zan... Kenapa ide-ide lu selalu gila?!"
  "Bersyukurlah kalau ide-ide gue gila. Jika tidak gila berarti ide-ide gue gak bakal bekerja!"
  "Selanjutnya kita ke mana?"
  "Gue harap adik lu bisa nemuin kita... Karena kalau buat naik tembok itu, kita perlu seseorang untuk menarik dari atas tembok"

Gue membantu Andi berdiri lalu kami berdua pergi ke tembok. Bravo! Stella rupanya sudah ada di situ! Gue berlutut di samping tembok.

  "Andi lu naik!"
  "Elu gimana Zan? Kalau gue naik berarti elu bakal ketingallan!"
  "Udah tenang aja!"

Andi kemudian naik ke pundak gue lalu dengan bantuan adiknya, dia naik ke atas tembok.

  "Ayo Kang!" teriak Stella
  "Stell! Andi! Bilang ke Sesil kalau gue sayang dia!"
  "Zan! Gue baru kepikiran! Elu gak bisa melompat setinggi itu... Lu kadalin gue lagi ya?"
  "Gue bukanya mau kadalin elu atau apa... tapi memang gak ada yang bisa lompat setinggi itu!" keluh gue. "Gue nanti coba cari jalan keluar lain!"
   "WOY! BOCAH INGUSAN!" teriak seorang perampok yang sudah ada di depan gue

Gue langsung mengangkat batu dan melempar. Sialnya, batu itu terlepas dari genggaman gue ketika gue mengayunkan tangan ke belakang. Alhasil, batu itu melayang dan malah mengenai kepala Andi. Andi yang sedang memegang tangan Stella terjatuh ke sisi lain dari tembok. Stella juga ikut jatuh (karena tanganya sedang dipegang Andi).

  "Ups...lagi..."

Gue menoleh ke depan. Teman-teman dari perampok tadi sudah datang... Kira-kira jumlah mereka 11 orang... Bukan! Lebih! Mana lagi mereka bawa senjata tajam.... Suram... Kira-kira gue bisa selamat enggak ya?

Bersambung
******

Part 1 bisa dibaca di DI SINI.

Episode selanjutnya? Apakah Zano bisa lolos? Yah, kita lihat saja!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar