Senin, 02 September 2013

Zano & Kawanan : Comblangin Dong Part-4

  "Zano & Kawanan : Comblangin Dong" adalah salah satu episode dari cerita "Zano & Kawanan" buatan Green Leaper.

Part sebelumnya, Langkah pertama Andi adalah menemui rumah Yuria dan mencoba mengatakanya secara langsung. Tapi langkah pertamanya gagal total. Apakah langkah selanjutnya?

Apa yang akan terjadi? Happy Reading!




************
Zano & Kawanan
Comblangin Dong
Part-4
Usaha

Pagi hari...

  "Gue yakin ini tempatnya"
  "Lu yakin Zan?"
  "Ya elah, tiap pagi Hiromi bilang kalau Yuria sering lewat jalan di sebelah tembok ini"

  Gue menyandarkan tangga ke tembok tinggi. Pagi ini, Andi ingin bertanya beberapa hal secara langsung ke Yuria. Gue tau pagi-pagi biasanya dia jalan melewati jalan setapak di sebelah tembok tinggi ini. Andi menaiki tangga lalu dia melihat-lihat.

  "Zan, tinggi amat temboknya. Kalau kita lompat patah kaki enggak ya?" tanya Andi
  "Coba lu inget, udah berapa ratus kali kita jatuh dari atap genteng tapi gak pernah patah kaki" jawab gue
  "Gue inget. Cuman ini lebih tinggi kayaknya Zan"
  "Masa sih?" gue bingung. Pasti cuma ilusi matanya Andi doang. "Coba liat baik-baik dulu lah"
  "Hai Zano!"

Gue melirik ke samping. Yuria.... Bentar. Kok dia malah jalan ini?! Kenapa dia kagak jalan di jalan sebelah?! Ah, yang penting Andi bisa ngomong. Sekarang tinggal gue ngeles aja.

  "Yo" balas gue
  "Ngapain di sini?" tanya Yuria
  "Nnngghh, itu... Andi lagi ngecek kondisi tembok aja. Iya kan Di?" gue berpaling ke tangga. Andi dah gak ada di situ. "GAWAT!"

Gue menaiki tangga dan melihat ke sisi lain dari tembok. Ternyata benar dugaan gue... Andi jatuh dari tembok dan kayaknya kepalanya yang mendarat duluan. Pasti dia grogi waktu liat Yuria.

  "Oi! Andi! Lu gak apa-apa?" tanya gue dari atas tembok
  "P-p-pusing... ka-kamp-kampret..." jawab Andi

*********

  Siang harinya, Andi meminta gue untuk membawa dirinya ke sungai. Bukan untuk bunuh diri atau nangkep ikan atau nonton layar tenggelam tapi untuk mengantarkan surat. Mengingat tadi pagi gagal bertanya ke Yuria.

Kebetulan gue dengar dari Sesil kalau Yuria lagi ada di sungai perbatasan kampung kita dan kampung sebelah. Tempat ini selalu ramai kok. Biasanya sih sama para cewek. Tapi mereka ngumpul bukan karena ingin mandi lho. Mereka cuma sekedar refreshing otak aja.

Kebetulan juga, Yuria ada di situ. Gue dan Andi melihatnya dari jauh. Andi memasukan sebuah surat (gue gak mau tau apa isinya) ke dalam botol dan meletakanya di sungai. Botol tersebut terbawa arus.

  "Haha, jadul amat cara lu" ledek gue
  "Gue terlalu gugup buat bertanya secara langsung. Jadi gue pake media aja" balas Andi. "Tenang aja Zan. Kali ini enggak akan FUBAR kok"
  "Gak FUBAR? liat noh"

Gue menunjuk ke botol tadi. Ternyata tepat ketika botolnya melewati Yuria... Eh, dia malah berbalik ke belakang karena adiknya manggil. Hasilnya? Botolnya malah diangkat oleh banci yang kebetulan lewat. Andi langsung menepuk jidat.

  "Kampret kampret kampret!" gerutu Andi
  "Lu gak tulis nama lu di surat itu kan?" tanya gue
  "Ya enggaklah! Malahan gue enggak nulis satupun nama di situ"
  "Trus kenapa mesti panik?"
  "Gue gak mau disangka naksir sama banci aja"
  "Hahahah, Di. Ya udah, lupain aja. Yo kita pergi sebelum ada yang tau" ajak gue

*********

  Sore harinya, Andi berencana untuk memberi Yuria surat (lagi). Kebetulan Yuria dan adiknya lagi duduk di teras rumah mereka. Gue dan Andi ada di sisi lain dari sungai. Seperti biasa, kita sembunyi di balik semak-semak. Gue heran kenapa kita harus pake acara sembunyi ginian. Padahal berdiri di belakang pohon aja udah cukup.

  "Bagaimana situasinya Di?"
  "Gue tadi berhasil memusnahkan surat yang tadi siang dari banci kampung sebelah jadi gue gak perlu khawaktir lagi. Sekarang gue udah buat surat baru lagi" jawab Andi sambil mengeluarkan botol berisi surat dari tas
  "Terus?"
  "Gue bakal lemparin aja" jawab Andi
  "Dengan jarak sejauh ini?! Memangnya bisa?"
  "Pasti bisa Zan"

Andi dengan penuh perhitungan memperhatikan jarak dan sudut lemparan. Dia menarik napas dalam-dalam. Mukanya mirip orang yang kena diare. Setelah menarik napas... Andi malah buang angin. Kampret nih anak... Kalo bukan temen gue pasti udah gue bacok.

  "Sori, gue emang lagi dikit mules"
  "Sumpah gue gak nanya Di!"

Andi melempar botol miliknya. Gue memperhatikan botol itu baik-baik dan... Headshot! Lemparan Andi mengenai kepalanya Yuria. Skor 1-0 untuk klub bola dari kampung kita! Memang gak ada hubungannya dengan bola sih...

  Yuria mengelus-ngelus kepalanya. Dia mengambil botol tersebut. Adiknya melihat dengan penasaran. Yuria mengeluarkan surat dari botol itu dan membacanya. Ekspresi wajahnya yang tadi riang langsung berubah bingung.

Yuria melihat sekelilingnya dengan penuh tanda tanya lalu memberikan surat itu kepada Shiori dan...

  "Kampret!" kata Andi
  "Napa lu?"
  "Surat yang semestinya gue sampaikan ke Yuria ada di sini" Andi mengeluarkan surat dari dalam sakunya
  "Waduh... Terus yang elu isi di dalam botol itu?"
  "Gue gak tau..."
  "Lho? Akang? Kakak? Ngapain di sini?"

Kami menoleh ke belakang. Ada adiknya Andi. Spontan kami berdua langsung menyuruhnya untuk jongkok. Sebenarnya kalau tiarap bakal lebih bagus karena lebih tersembunyi tapi gue yakin Stella gak mau kotor tanpa alasan yang jelas. Yang penting semaknya cukup tinggi lah.

  "Neng, tau kan Andi lagi naksir sama seseorang?" tanya gue. "Ini sekarang dia lagi usaha buat menyampaikan surat ke Yuria"
  "Oooh Yuria" jawab Stella sambil menangguk. "Kakak kenapa gak minta bantuan aku aja? Pasti kubantu Kak"
  "Yang bener Rini? tanya Andi (sekedar pengingat, Nama asli adiknya Andi adalah Rini tapi dia dipanggil Stella karena satu alasan)
  "Iya" jawab Stella. "Eh, ngomong-ngomong Kakak lihat daftar barang belanjaanku gak?"

Gue dan Andi menatap satu sama lain. Stella terlihat kebingungan.

  "Jangan-jangan yang elu salah masukin itu..."
  "...Daftar barang belanjaanya adik gue" sambung Andi
  "Apa?" Stella kaget

**********

  Malam harinya, gue, Andi dan Stella duduk di pos ronda. Satu hari ini usaha Andi benar-benar gagal total. Andi membaca koran, gue cuma berbaring (di dalam pos), Stella duduk mengutak-atik HPnya.

  "Kakak, kalau Kakak suka dengan Yuria. Kenapa Kakak tidak langsung bilang aja di depan dia? Cara itu terkesan lebih bagus di mata cewek lho"
  "Ya elah Rin. Tau kan gue ini gimana?" keluh Andi
  "Tapi kalau terus dipendam... Nanti ada yang mendahului Kakak lho" ledek Stella
  "Tuh dengerin. Cewek aja bisa ngomong gitu" ledek gue
  "Halah, banyak bacot lu berdua. Kalian aja yang saling suka gak pernah usaha" balas Andi

Gue melirik ke Stella. Mukanya tiba-tiba jadi sedikit merah. Pikiran gue jadi rada-rada gak tenang dan gak jelas. Tunggu... Bukanya dari dulu emang pikiran gue gak jelas dan gak tenang?!

  "Kena! Hahahaha!" kata Andi sambil tertawa

Gue dan Stella cuma diem sebentar. Apa jangan-jangan Stella suka sama gue ya? Hm... Ah, gak mungkin dia suka sama gue. Yang jadi pertanyaan gue sampe sekarang cuma 1 aja. Kenapa tuh anak (Stella) lebih suka make nama panggilan "Stella" dibandingkan nama aslinya.

  "Eh, balik ke topik" kata Andi. "Zano, Rini. Ada saran?"
  "Kalau cara yang hari ini gagal semua. Berarti kita harus memakai taktik gerilya" jawab gue
  "Perang gerilya? Maksudnya Akang?" tanya Stella
  "Andi harus lebih melakukan PDKT dengan cara yang lebih frontal, langsung dan lama sementara para pembantunya Andi... Dalam kasus ini, gue dan Stella harus bertindak seperti gerilyawan"
  "Bukanya itu yang kita lakukan hari ini?" tanya Andi
  "Gak. Hari ini kita berdua sembunyi-sembunyi mulu. Kali ini, elu harus lebih mendekat secara langsung. Gue dan Stella akan membantu secara diam-diam layaknya seorang gerilyawan" jawab gue
  "Oh, Stella ngerti Kang" balas Stella. "Stella gak nyangka ternyata Akang ngerti tentang cinta juga"
  "Gak juga, kebetulan tadi malem gue baca naskah dramanya Novi yang ketinggalan di rumah gue"

Suasana menjadi hening sesaat tanpa alasan yang jelas. Cuma terdengar suara angin malam yang berhembus. Pos ronda jadi sedikit dingin. Stella terlihat sedikit kecewa. Gue gak tau kenapa.

Bersambung
***********

  Tunggu Kelanjutannya!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar