"Zano & Kawanan : Rumah Sakit Berhantu" adalah salah satu episode dari cerita berseri "Zano & Kawanan" karya Green Leaper.
Zano baru saja disewa sebagai seorang Satpam di rumah sakit karena dia mampu melawan aura kantuk namun ada sesuatu yang tidak beres (pasti sudah diketahui gara-gara judulnya). Apakah itu? Apakah Zano bisa memecahkan hal yang tidak beres (dengan memakai otaknya yang miring)?
Happy Reading!
Zano baru saja disewa sebagai seorang Satpam di rumah sakit karena dia mampu melawan aura kantuk namun ada sesuatu yang tidak beres (pasti sudah diketahui gara-gara judulnya). Apakah itu? Apakah Zano bisa memecahkan hal yang tidak beres (dengan memakai otaknya yang miring)?
Happy Reading!
**********
Zano & Kawanan
Rumah Sakit Berhantu
Part-1
Rumah Sakit Baru!
Gue berjalan dengan lesu ke arah pos ronda. Kebetulan hari ini seluruh Kawanan pada ngumpul di pos ronda yang udah kami anggap sebagai mabes sementara sampai kami menemukan tempat yang lebih... "bagus".
Canda dan tawa menghiasi wajah para Kawanan. Gue yakin mereka enggak menertawakan muka gue atau pohon tomat yang tumbuh di kampung sebelah. Memang gak ada hubunganya sih dengan pohon tomat, anggap aja gue memperpanjang durasi gitu ato semacamnya.
"Zan, lo kenapa?" sapa Andi
"Gue baru dipecat di hari pertama kerja sebagai Satpam di rumah sakit" jawab gue
"Ya elah, baru dipecat aja muka dah dibuat sejelek kompor meleduk..." balas Andi
"Kasian kompornya... Disamain dengan muka Zano" sambung Anton
Seluruh Kawanan tertawa terbahak-bahak. Gue gak tersinggung... Kalau gue jadi kompor, gue pasti gak mau disamain dengan orang yang tampangnya... Yah, di bawah standar.
"Memangnya kenapa bisa dipecat Kang?" tanya Stella
"Karena gue bilang sesuatu ke salah satu pasien terlama rumah sakit pas dia mau keluar tinggalin rumah sakit"
"Apaan tuh?" tanya Novi
"Terimakasih telah berkunjung... Datang kembali lagi ya" jawab gue
Seluruh Kawanan yang tadinya ceria tiba-tiba jadi diam membisu. Mereka menatap gue dengan tampang yang seolah-olah mengatakan "Ya ampun.. Idiot banget". Emangnya kenapa? Gue salah apa?
"Sesil gak heran kenapa Kakak dipecat" kata Sesil sambil menundukan kepalanya
"Mungkin Zano-kun terlalu lama bekerja di tokonya Andi" sambung Hiromi
"Gue merasa bersalah membiarkan elu kerja terlalu banyak di toko gue" kata Andi
"Apa salah gue?!" tanya gue
"Zano, kau kerja di rumah sakit!" jawab seluruh Kawanan kompak
Gue diem sebentar. Biar gue berpikir dulu... Gue kerja di rumah sakit. Terus orang datang ke rumah sakit karena sakit. Kalau gue ngucapin "datang lagi ya" apa itu berarti gue udah nyumpahin mereka? Oke, sekarang gue tau gue salahnya di mana...
"Hari ini... Aku membuat kue. Ehm... Aku ingin kalian mencobanya"
Hiromi membuka penutup keranjang yang dibawanya. Memang sih ada kue di dalamnya. Gue baru tau kalau Hiromi bisa masak kue.
"Weleh, beneran nih?" tanya Anton
"Iya. Ah, aku lupa air minumnya! Tunggu sebentar, akan kuambil!"
"Oi, nyante aja kali... Gue bis... Yaaah, dia udah pergi..." kata gue
"Gue yang pertama!" kata Anton sambil langsung mengambil sepotong kue
Seluruh Kawanan langsung mengambil kue dan mulai memakanya. Gue belum ngambil karena gue lagi kepikiran soal harga tempe yang lagi naik.
BRUAK!
Tiba-tiba Anton langsung jatuh pingsan. Seluruh Kawana mulai kelihatan cemas...
"Waduh! Ton. Oi, lu gak apa-apa?" tanya gue
BRUAK!
Andi, Novi, Natalia dan Stella juga ikut-ikutan pingsan. Sekarang hanya tersisa gue dan Sesil. Semoga mimpi buruk gue gak jadi kenyataan...
"Ses, ini gawat! Kita mesti telepon pemadam kebakaran!"
BRUAK!
Sesil juga ikut-ikutan pingsan. TIDAAAK! Apakah ini semua gara-gara harga tempe eh, maksud gue gara-gara masakan Hiromi? Gue sendiri baru tau kalau Hiromi bisa buat kue tapi... Ah, gue coba cium aromanya dulu.
Aroma kue sih baik-baik aja. Gue mengambil sepotong kue dan menjilatnya. Huek.. Gue gak mau menyinggung perasaan Hiromi sih, tapi rasanya benar-benar membunuh gue. Sekarang gue tau kenapa Kawanan pada pingsan semua...
"Lho? Mereka semua kenapa?" tanya Hiromi
"Ehm itu..." gue diem bentar. "Mereka tadi malam kompak begadang. Jadi habis makan, langsung tidur" gue ngeles
"Wah... Nanti mereka jadi gemuk" balas Hiromi
Gue lebih memilih jadi gemuk daripada tewas. Tapi sekarang masalahnya, Hiromi udah datang... Membawa minuman. Gue gak peduli minumanya dia bikin sendiri atau beli di toko tapi yang jelas kalau gue makan makananya Hiromi, gue pasti langsung mati. Kalo beruntung, gue cuma kolera...
"Oh iya, Zano-kun... Aku baru ingat, kemaren waktu aku menjenguk Akina di rumah sakit, aku lihat iklan lowongan kerja menjadi satpam"
"Apa? Akina sakit? Gue harus ke sana untuk menjenguknya"
"Eh, iya. Aku antar ya. Sekalian aku bawakan kuenya untuk Akina"
"Ah! Jangan!" balas gue
"Eeeh? Kenapa" tanya Hiromi dengan logat lucunya
"Kuenya mendingan ditinggal disini aja. Siapa tau Kawanan masih ada yang mau makan" jawab gue (iya gue ngeles).
Coba bayangin kalo kuenya Hiromi dimakan sama Akina yang lagi sakit. Bukanya baikan malah tambah sakit.
"Yah... G-Gue masih mau makan" jawab Anton yang masih terbaring dengan lemas
"Wah, arigatou Anton-kun!" balas Hiromi dengan senang
"Ya..."
Anton... Gue gak akan melupakan pengorbanan elu demi Akina... Gue tidak akan membiarkan pengorbanan ini sia-sia.
Gue diem sebentar. Biar gue berpikir dulu... Gue kerja di rumah sakit. Terus orang datang ke rumah sakit karena sakit. Kalau gue ngucapin "datang lagi ya" apa itu berarti gue udah nyumpahin mereka? Oke, sekarang gue tau gue salahnya di mana...
"Hari ini... Aku membuat kue. Ehm... Aku ingin kalian mencobanya"
Hiromi membuka penutup keranjang yang dibawanya. Memang sih ada kue di dalamnya. Gue baru tau kalau Hiromi bisa masak kue.
"Weleh, beneran nih?" tanya Anton
"Iya. Ah, aku lupa air minumnya! Tunggu sebentar, akan kuambil!"
"Oi, nyante aja kali... Gue bis... Yaaah, dia udah pergi..." kata gue
"Gue yang pertama!" kata Anton sambil langsung mengambil sepotong kue
Seluruh Kawanan langsung mengambil kue dan mulai memakanya. Gue belum ngambil karena gue lagi kepikiran soal harga tempe yang lagi naik.
BRUAK!
Tiba-tiba Anton langsung jatuh pingsan. Seluruh Kawana mulai kelihatan cemas...
"Waduh! Ton. Oi, lu gak apa-apa?" tanya gue
BRUAK!
Andi, Novi, Natalia dan Stella juga ikut-ikutan pingsan. Sekarang hanya tersisa gue dan Sesil. Semoga mimpi buruk gue gak jadi kenyataan...
"Ses, ini gawat! Kita mesti telepon pemadam kebakaran!"
BRUAK!
Sesil juga ikut-ikutan pingsan. TIDAAAK! Apakah ini semua gara-gara harga tempe eh, maksud gue gara-gara masakan Hiromi? Gue sendiri baru tau kalau Hiromi bisa buat kue tapi... Ah, gue coba cium aromanya dulu.
Aroma kue sih baik-baik aja. Gue mengambil sepotong kue dan menjilatnya. Huek.. Gue gak mau menyinggung perasaan Hiromi sih, tapi rasanya benar-benar membunuh gue. Sekarang gue tau kenapa Kawanan pada pingsan semua...
"Lho? Mereka semua kenapa?" tanya Hiromi
"Ehm itu..." gue diem bentar. "Mereka tadi malam kompak begadang. Jadi habis makan, langsung tidur" gue ngeles
"Wah... Nanti mereka jadi gemuk" balas Hiromi
Gue lebih memilih jadi gemuk daripada tewas. Tapi sekarang masalahnya, Hiromi udah datang... Membawa minuman. Gue gak peduli minumanya dia bikin sendiri atau beli di toko tapi yang jelas kalau gue makan makananya Hiromi, gue pasti langsung mati. Kalo beruntung, gue cuma kolera...
"Oh iya, Zano-kun... Aku baru ingat, kemaren waktu aku menjenguk Akina di rumah sakit, aku lihat iklan lowongan kerja menjadi satpam"
"Apa? Akina sakit? Gue harus ke sana untuk menjenguknya"
"Eh, iya. Aku antar ya. Sekalian aku bawakan kuenya untuk Akina"
"Ah! Jangan!" balas gue
"Eeeh? Kenapa" tanya Hiromi dengan logat lucunya
"Kuenya mendingan ditinggal disini aja. Siapa tau Kawanan masih ada yang mau makan" jawab gue (iya gue ngeles).
Coba bayangin kalo kuenya Hiromi dimakan sama Akina yang lagi sakit. Bukanya baikan malah tambah sakit.
"Yah... G-Gue masih mau makan" jawab Anton yang masih terbaring dengan lemas
"Wah, arigatou Anton-kun!" balas Hiromi dengan senang
"Ya..."
Anton... Gue gak akan melupakan pengorbanan elu demi Akina... Gue tidak akan membiarkan pengorbanan ini sia-sia.
************
Gue sukses melamar jadi sekuriti di rumah sakit yang baru berdiri ini. Gue langsung diwawancara pas gue datang dan gue bisa langsung kerja 2 hari ke depan. Sekalian gue jenguk Akina. Kalo bukan karena dia, gue sampe sekarang masih nyasar di Jepang.
Ketika gue masuk, Hiromi dan Akina sedang berbicara dengan bahasa Jepang. Spontan, gue langsung balas pake bahasa sunda. Gue sukses membuat mereka bingung. Ha! 1 sama bung!
"Oh, Zano kan?" tanya Akina
"Yeps, gue datang untuk menjenguk" balas gue
"Aw. Arigatou!"
"Iye-ye, apa lu kata dah" balas gue (gue gak ngerti dia ngomong apa barusan)
"Oh iya, aku lupa membeli kue tadi di toko tapi aku membawa beberapa kue buatan sendiri. Lebih baik kalian makan berdua" kata Hiromi
GAWAT! Gue langsung pucat dan gemetaran. Keringat dingin mulai menetes. Gue melihat ke Akina. Dari sorot mata Akina, sepertinya dia juga tau kemampuan membunuh ehm... Maksud gue, kemampuan memasak Hiromi yang bahkan lebih buruk daripada gue.
"H-Hiromi... Apa tiap kali lu masak elu gak pernah nyobain?" tanya gue
"Tidak.. Kata Zaki itu bisa buat gemuk. Aku tidak mau gemuk" jawab Hiromi
Oke, gue paham sekarang apa masalahnya. Berarti selama Zaki pacaran dengan Hiromi, Zaki selalu memperbaiki masakan Hiromi secara diam-diam. Kalau Hiromi masak sendiri dan ingin mencobanya, maka Hiromi bisa mati. Selama ini Zaki selalu melindungi Hiromi dengan caranya tersendiri...
"Baik... Silahkan" kata Hiromi sambil memberi potongan kue
Gue menjeling ke Akina. Dia memberi bahasa isyarat dengan cara memainkan jari-jarinya. Gue paham sih maksudnya apa dan gue mulai membalas dengan bahasa isyarat juga. Hiromi tidak menyadari kami sedang berkomunikasi.
*Catatan : Dialog yang dicetak miring dan garis tebal terjadi dengan bahasa isyarat
"Zano"
"Ada apa Akina?"
"Jangan dimakan, itu berbahaya"
"Gue tau. Tadi udah jatuh korban jiwa"
"Apa kau bisa mengatakan yang sebenarnya ke Hiromi? Dia lebih dekat denganmu dan adikmu dibandingkan aku"
"Gak bisa, Gue gak mau buat dia jadi sedih. Untuk membuatnya sadar, perlu waktu dan konspirasi yang panjang"
"Lalu bagaimana ini Zano? Kita harus menghindar. Kau punya ide?"
"Ada sih, moga-moga aja berhasil"
"Baiklah. Aku mempercayakan hidup kita padamu Zano"
Gue menghela napas pendek. Komunikasi dengan bahasa isyarat selesai. Waktunya untuk menghindari masakan Hiromi. Semoga aja kemampuan lidah gue cukup untuk membuat Hiromi percaya.
"Eh, Hiromi. Apa elu yakin Akina diperbolehkan makan kue?" tanya gue
"Ah iya benar juga... Ah! Bagaimana kalau aku tinggalkan kue ini di sini saja. Nanti kalau dokter bilang boleh makan baru kalian berdua makan. Kalau tidak... Ya, kurasa tidak apa-apa kalau Zano-kun mau memakan semuanya" balas Hiromi
"Ehm..." Gue menggaruk kepala. "Hiromi, elu lupa sesuatu?" tanya gue
"Tidak" jawab Hiromi
"Perasaan gue bilang elu lupa angkat jemuran" balas gue
"Kyaaa! Gawat! Aku lupa! Aku pergi dulu ya!"
Hiromi langsung berlari keluar. Gue dan Akina menghembuskan nafas lega. Akhirnya kita berhasil menghindari kematian yang mengerikan...
"Fyuh..." Akina membershikan keringat yang bercucuran di jidatnya. "Hampir saja. Arigatou Zano"
"Yoi... Setidaknya pengorbanan Anton gak sia-sia" balas gue dengan perasaan lega
"Oh iya, tadi ada seorang cewek lain datang menjenguk. Dia bilang kalau kau akan datang"
Cewek lain? Yang pasti dia bukan anggota kawanan karena seluruh cewek di Kawanan sedang pingsan karena makanan yang dibawa Hiromi. Orang dari kampung gue pun gak ada yang kenal dengan Akina. Jadi siapa?
"Namanya siapa?" tanya gue
"Miranda kalau enggak salah" jawab Akina. "Dia juga bilang sesuatu yang tidak beres tentang rumah sakit ini"
"Apa?"
Miranda menampakan dirinya? Apa Akina adalah tipe orang yang sama kayak gue; bisa berinteraksi dengan hantu juga? Dan sesuatu yang gak beres dengan rumah sakit ini?
"Sesuatu yang gak beres... Dengan rumah sakit ini?" tanya gue
"Bukan hanya rumah sakit ini, sebenarnya ada sesuatu yang tidak beres dengan Miranda juga"
Bersambung
************
Tunggu kelanjutanya!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar