Minggu, 23 Juni 2013

The Revenge Part-1

  "The Revenge" adalah salah satu dari hasil karya Green Leaper AKA Leaper. Seperti biasa, entah apa yang memotivasi Leaper untuk menulis cerita ini.

Part sebelumnya,
Setelah insiden pada "pulau kehidupan". Miyuki diselamatkan oleh seorang prajurit misterius yang dijuluki Haunter.

Happy Reading



*****
The Revenge
Part-1
Pengenalan

  Humvee berhenti pada sebuah markas kecil di dekat pulau kehidupan. Haunter menggendong Miyuki ke sebuah tenda. Miyuki memandang sekitarnya. Banyak pasukan sibuk mondar-mandir. Kemudian dia kembali memfokuskan pikiranya pada pulau kehidupan.

  "Medis! Segera suntikan anak ini dengan anti-virus!" kata Haunter ketika memasuki tenda tersebut. Para medis hanya melihat Haunter dengan bingung. "Dia digigit zombie Pak".

Haunter meletakan Miyuki di atas tempat tidur. Salah satu petugas medis memeriksa Miyuki. Miyuki sama sekali tidak bergerak karena pikiranya sedang melayang ke suatu tempat. Petugas medis segera menyuntikan anti-virus dan menutup luka gigitan dengan perban.

  "Selesai" ucap petugas medis itu
  "Terimakasih Pak" Haunter menghela napas lega.
  "Tapi... apa yang dilakukan anak kecil ini dengan pedang itu?" 
  "Ah, masalah yang itu. Jangan ditanyakan dulu Pak" Haunter kemudian menggendong Miyuki keluar dari tenda.

Haunter membawa Miyuki ke tenda evakuasi korban. Tendanya benar-benar kosong. Di situ Haunter meletakan Miyuki di kursi kemudian Haunter berjalan keluar tenda. Miyuki hanya diam.

  Sementara itu. Haunter dan seorang pengemudi Humvee yang tadi sedang duduk di dalam tenda lain. Pengemudi yang tadi tampak sedikit kelelahan.

  "Haunter, bagaimana dengan anak itu?" tanya pengemudi Humvee
  "Bagaimana apanya Hobert?"
  "Ya dia kan anak dari Prof Kafto... Apa kau tidak merasa terhormat bisa menyelamatkan anak dari salah satu orang paling terkenal di pulau kehidupan? Kau akan jadi orang terkenal!" Hobert sambil mengambil teh.
  "Aku tidak peduli jadi terkenal atau tidak. Aku hanya melakukan tugasku saja"
  "Haaaah, kau payah" keluh Hobert
  "Tapi ada sesuat yang menarik dari anak itu"
  "Hm? Ya kuakui dia memang cantik dan manis untuk seusianya t-"
  "Bukan itu. Luka yang dideritanya"
  "Heh?" Hobert memasang tampang kebingungan
  "Kulihat sekilas... Luka gigitan itu sepertinya..."
  "Sepertinya... Apa?" Hobert jadi penasaran
  "Ah, tidak. Mungkin aku hanya berdelusi"

Haunter menoleh keluar. Di depanya ada tenda evakuasi. Tenda di mana tadi dia meletakan Miyuki. Haunter spontan langsung berdiri.

  "Yah, kau ini. Selalu memikirkan sesuatu secara berlebihan" ucap Hobert
  "Tch, bukan itu. Kenapa zombie yang menggitnya tidak segera membunuhnya saja?" pikir Haunter. "Sangat aneh jika zombie hanya sekedar menggigit. Sekilas aku lihat, zombie yang menggigit anak itu sebenarnya bisa langsung mematahkan leher anak itu dengan gampang. Apalagi zombie itu tampaknya memiliki akal tidak seperti yang lain."

Tanpa disadari Haunter, dia sudah berjalan mondar-mandir di dalam tenda. Hobert hanya kebingungan memperhatikan temanya itu sambil minum teh.

  "Gigitanya tidak terlalu dalam seolah-olah memang ditujukan untuk sekedar mengifeksi anak itu. Blackheart dan ajudanya itu... Memang sengaja membiarkan anak itu untuk hidup. Tapi kenapa? Pasti ada alasan tertentu." bisik Haunter kepada dirinya sendiri.
  "Hey bung, apa yang kau pikirkan?" tanya Hobert
  "Aku ingin menemui anak itu sebentar" jawab Haunter sambil berjalan pergi.

Haunter masih berpikir keras di dalam benaknya sambil berjalan menuju tenda evakuasi. Ketika dia masuk tenda, ternyata Miyuki sudah tidak ada. Haunter melihat ke salah satu sudut tenda yang sedikit gelap. Di situ ada lubang kecil, cukup untuk seorang anak kecil.

Di sisi di sebelah lubang ada tempat parkir truk. Sudah ada beberapa truk yang keluar masuk di markas kecil ini. Berarti Miyuki melarikan diri dengan bersembunyi pada salah satu truk militer. Haunter menatap langit-langit.

  "Hmf.... Anak pintar. Truk yang keluar tidak akan diperiksa isinya sampai memasuki markas lain."

*****

  Sementara itu, sebuah truk militer lokal sedang melaju di tengah-tengah hutan. Miyuki yang bersembunyi di dalam truk hanya memandangi jalan. Ketika truk memperlambat kecepatanya, Miyuki melompat keluar. Meskipun terluka sedikit, Miyuki berlari ke dalam hutan.

  "Semoga saja, rumah yang dibuat Ayah di dalam hutan ini... masih ada" bisik Miyuki dalam hatinya.

Setelah beberapa jam dia berlari, dia akhirnya menemukan sebuah rumah kayu ditengah-tengah hutan. Dia sangat lega karena rumah itu masih dalam kondisi utuh. Miyuki membuka pintu rumah itu.

Tiba-tiba dia merasa kepalanya dihantam. Dia langsung pingsan tak sadarkan diri. Ketika dia membuka matanya, dia dalam kondisi disekap di dalam sebuah ruangan. Mulutnya ditutup dengan plester. Kaki dan tanganya diikat di kursi. Terdengar suara dari luar ruangan.

  "Memangnya harus kita bunuh anak itu?"
  "Iyalah bego! Kita ini buronan! Meskipun cuma anak kecil, tapi kalau dia memberi tau polisi bagaimana?"
  "Ya baiklah, ayo kita lakukan"

Pintu dibuka. Terlihat 4 orang laki-laki berbadan besar dan bertampang bandit masuk. Mereka memakai pakaian tahanan. Sepertinya mereka baru saja berhasil kabur dari sebuah penjara. Mereka semua memegang pisau.

Salah satu dari mereka mendekat ke Miyuki. Sisa 3 orang hanya melihat dari pintu saja.

  "Maaf nak. Tapi paman janji. Kau tidak akan merasakan sakit" ucap orang itu sambil bersiap memotong leher Miyuki.
  "Ehk, aku tidak mau melihat ini" ucap seorang buronan yang lain sambil menutup matanya.

Tiba-tiba 3 orang buronan yang  melihat jatuh. Kepala mereka mengeluarkan darah. Di belakang mereka, ada sesosok orang yang tidak asing lagi bagi Miyuki.

  "Hey! Berani kau mendekat, akan kubunuh anak ini" ancam buronan itu dengan pisau siap mengiris leher Miyuki.
  "Hmf, trik kuno dan mainstream" kata orang itu kemudian dia menghilang dalam sekejap.

Buronan kini menjadi takut. Sepertinya dia diserang oleh hantu. Tiba-tiba orang yang tadi muncul di sampingnya dan langsung menarik buronan itu menjauh dari Miyuki. Sebelum buronan itu sempat bereaksi, orang itu sudah menancapkan obat bius ke buronan itu.

Buronan langsung jatuh pingsan. Orang misterius itu mendekati Miyuki. Dia melepaskan plester dari mulut Miyuki.

  "Hey nak"
  "Kakak yang... tadi?" tanya Miyuki pada orang itu
  "Ya"
  "Apakah nama Kakak... Haunter?" tanya Miyuki.
  "Ya, mereka menjulukiku Haunter" Jawab orang itu sambil memotong tali ikatan. "Sudah, ayo kita pergi. Polisi akan tiba sebentar lagi"

******

  Di tengah-tengah hutan. Haunter berjalan di samping Miyuki. Miyuki terlihat menggandeng tangan Haunter dengan erat.

  "Hey, kenapa kau melarikan diri dari markas?" tanya Haunter
  "Aku hanya berpikir. Mungkin saja Ayah selamat dari ledakan dan sedang menungguku di rumah itu. Sayangnya... Sekarang sudah jadi tempat persembunyian buronan" Jawab Miyuki menundukan kepalanya. "Kakak Haunter tau darimana kalau aku ada di sini?"
  "Hey, kau itu anak dari prof Kafto. Aku biasanya ditugaskan untuk mengawal beliau. Beliau sering menceritakanmu." Jawab Haunter
  "Berarti Kak Haunter dekat dengan Ayahku kan?"
  "Bisa dibilang begitu. Beliau mengatakan bahwa kau itu anak yang selalu ceria dan pantang menyerah"

Mendengar jawaban itu, Miyuki berpikir sejenak. Bahkan Ayahnya mengatakan hal tersebut. Mengapa di saat-saat seperti ini dia malah pasrah? Dia akan tetap menjadi Miyuki yang ceria dan pantang menyerah.

  "Ah iya, aku hampir lupa"

  Haunter merogoh sakunya. Lalu dia memberi Miyuki sebuah pegangan pedang. Miyuki mengenali pegangan pedang yang diberikan Haunter. Itu adalah pegangan pedang miliknya. Tapi tidak ada bladenya.

  "Pedangmu itu, bisa menyembunyikan bladenya. Ada tombolnya di situ" ucap Haunter.

Mendengar itu, Miyuki menjadi lega.

  "Kakak..."
  "Hm?"
  "Terimakasih ya. Maaf telah merepotkan Kakak" kata Miyuki dengan halus.

Haunter tidak berbicara terlalu banyak. Dia hanya mengangguk saja. Entah apa maksudnya tapi sepertinya dia mengisyaratkan "sama-sama".

  "Oh iya, Kakak. Aku rasa, kita belum kenalan" Miyuki tersenyum.
  "Ah? Masa?" Haunter menatap langit. "Yah, kurasa iya. Kau sudah tau julukanku kan? Semua orang menjulukiku Haunter. Panggil saja Haunter. Meskipun aku sering dengan Ayahmu... Tapi Beliau tak pernah menyebut namamu"
  "Namaku Miyuki... Miyuki Rica. Kak Haunter bisa memanggilku Miyuki atau Rica. Senang berkenalan dengan Kakak!" Miyuki tersenyum
  "Ah Miyuki Rica ya? Nama yang bagus"

Miyuki hanya tertawa kecil. Entah apa ekspresi Haunter saat ini karena mukanya tertutup gasmask miliknya. Mungkin sekarang dia sedang tersenyum juga.

  "Eh, Kak Haunter... Aku... ada 1 permintaan"
  "Apa itu?"
  "Apakah... Kak Haunter mau menjadi Kakak untuku?

Haunter terdiam. Mereka berdua berhenti berjalan. Haunter menatap Miyuki. Kemudian dia menepuk kepala Miyuki.

  "Tentu saja. Kenapa tidak?" jawab Haunter. Miyuki menjadi sangat senang dan bersemangat. Dia memeluk Haunter. Tapi saking semangatnya, Haunter malah kehilangan keseimbangan dan jatuh. "Ah, Rica! kenapa kau tiba-tiba jadi bersemangat begini?"
  "Aku tidak tau Kakak"
  "Haaah... Ya terserah. Ayo, kita harus pergi dari sini... Adiku"
  "Oke Kakak!"

  Mereka berdua kemudian melanjutkan perjalanan. Haunter dan Miyuki sama-sama bingung. Padahal mereka berdua baru saja bertemu tapi entah mengapa, mereka tiba-tiba merasa sangat dekat.

******
Bersambung

Tidak ada komentar:

Posting Komentar