Senin, 03 Juni 2013

Zano & Kawanan : Mengejar Impian Part-2

  Zano & Kawanan : Mengejar Impian adalah sebuah cerita dari title "Zano & Kawanan" buatan Leaper. Entah apa yang memotivasi Leaper untuk menulis cerita ini.


Part sebelumnya, Sesil telah mengutarakan keinginanya untuk mengikuti kontes di sekolah. Tapi Sesil memerlukan beberapa orang untuk bisa mengikuti kontes itu. Zano telah memikirkan beberapa orang. Siapakah rekrut pertamanya?

Part 1 bisa dibaca DI SINI

Happy Reading!

****
Zano & Kawanan
Mengejar Impian
Part-2
Rekrut Pertama!

  Akhirnya... Kami semakin dekat dengan kampung. Di kota macetnya luar biasa. Sesil sudah bosen menunggu... Begitu juga gue jadi kami langsung turun berjalan kaki dari kota. Kaki gue pegel men. Gue berhenti sesaat sambil memandang sekeliling.

Tempat ini baunya seperti kandang anjing. Ada pagar di sana dan sini.

  "Kakak sakit?"
  "Enggak Ses. Kayaknya tempat ini Kakak kenal"
  "Tempat ini tempat apa ya? Sesil sering keluar rumah tapi Sesil belum pernah lewat tempat ini"
  "Kamu ini gimana sih Ses? Kayak Kakak dong. Sering keluar rumah jadi tau ini tempat apa"
  "Tapi intinya Kakak lupa kan?"
  "Iya sih"

GUK! GUK!

Kami berdua menoleh ke belakang. Ada seekor anjing helder menatap kami berdua dengan garang. Sesil langsung memeluk gue. Gue yakin dia pasti takut dengan anjing gila itu. Anjing itu pasti salah satu dari anjing liar yang belakangan ini sering mencoba memasuki kampung tapi selalu berhasil diusir oleh hansip (salah satu dari hansipnya adalah gue)

  "Heh Ses. Itu cuma 1 ekor helder doang. Bisa kita atasi" Gue menepuk kepala Sesil
  "Kak... Sesil geli liatnya"
  "Udah, kamu mundur dikit aja. Kakak mau hajar tuh anjing liar"

Anjing helder itu mulai berlari menghampiri kami. Sesil mundur beberapa langkah. Anjing itu melompat, gue langsung menangkap kepalanya lalu melemparnya ke tengah-tengah jalan. Anjing itu berdiri lagi, dia mencoba menyerang gue. Ketika dia melompat, gue langsung mengelak ke samping lalu menendang kaki anjing itu.

Anjing itu terpental kemudian dia berdiri dan melarikan diri dengan kakinya yang sekarang pincang. Gue merasa berdosa telah melukai hewan itu tapi biar bagaimanapun, anjing itu membahayakan kami. Kalau dilihat dari tingkah lakunya, pasti itu anjing yang menggigit salah satu warga kampung beberapa minggu lalu.

Gue berjalan ke Sesil.

  "Hehehe, lihat? Gampang kan?" Gue mengacungkan jempol ke Sesil. Tapi tatapan Sesil seperti orang yang melihat tsunami secara face to face.
  "K...K.... Kak.... I-i-i itu..." Sesil menunjuk ke belakang gue.
  "Ha?" Gue menoleh ke belakang.

Waduh! Segerombolan anjing liar muncul. Mereka tampaknya ingin membalas dendam. Gue kembali menoleh ke Sesil. Anjing-anjing itu mulai berlari ke arah kami.

  "Ses! Ngapain lu cuma diem di situ?! LARI!" Gue melompati pagar
  "Kakak! Sesil pake kan pake rok!" kata Sesil yang masih diam di tempat

Oh iya ya. Sesil kan pake rok SMA yang panjang. Gue kembali melompat dan langsung menggendong Sesil. Meskipun Sesil itu tergolong orang yang berat badanya ideal tetep saja dengan kaki yang pegal apapun terasa berat.

Setelah melompati pagar beberapa kali dan gue berlari menyusuri jalan sempit sampai kami berdua ada di dekat rumahnya Andi.... Sekedar catatan aja, gue menggendong Sesil dari awal sampai di sini... Huargh, capek.. Habis itu karena takut, Sesil malah memeluk gue terlalu erat tadi sampai-sampai gue susah bernapas.

Sekarang sih, gue udah enggak menggendong Sesil.

  "Uwaaa... Kakak enggak apa-apa?" Sesil melihat gue yang ngos-ngosan
  "Ses... Pelukan lu terlalu kuat... Kakak sesek napas" jawab gue
  "Ah, maaf! Sesil takut!"
  "Halah.. Lain kali... jangan... terlalu... kuat...."
  "Oh iya, Kakak tadi bilang Kakak tau orang yang bisa ngebantuin Sesil... Siapa orangnya?"
  "Hehehehe"

  Gue berjalan ke rumahnya Andi (Sesil mengikuti dari belakang). Ketika gue akan mengetuk pintu, tiba-tiba saja Andi langsung membuka pintu. Gue dan Sesil kaget.

Kami melihat Andi memakai pakaian seperti seorang samurai. Lengkap dengan pedang kayu yang ada di pinggangnya. Dengan tampangnya yang bisa gue bilang pas-pasan... Dia lebih mirip samurai yang sudah gugur di medan pertempuran atau mungkin lebih mirip ke arah bandit.

Gue dan Sesil tidak kuat menahan tawa. Apalagi muka Andi yang sepertinya baru habis dihajar massa semakin membuat penampilanya semakin lucu.

  "Andi! Ahahahahaha! Koplak amat lu coy!" ledek gue
  "Zano? Sesil?"

Tiba-tiba terdengar teriakan dari dalam rumah.

  "KAK ANDI CURANG!!!!!!"
  "Mampus dah gue..." Andi menepuk jidatnya sambil menoleh ke belakang
  "Eh? Ada apa nih?" tanya gue

Andi spontan langsung menunduk. Gue melihat Stella melempar sebuah perisai. Sebenarnya lemparan itu ditujukan pada Andi tapi malah perisainya melayang ke gue. Gue mencoba menghindar tapi...

PLAK! BRUK!

  "UARGH!!!!!"

Gue langsung jatuh ke tanah. Mengelus jidat gue. Lemparanya Stella tepat mengenai kepala gue. Gue langsung pusing. Andi berdiri, mengambil perisai itu.

  "Makasih Zan!"

Lalu dia pergi. Stella dan Sesil menghampiri gue. Mereka berdua tampak cemas... dan kenapa ada 2 Sesil dan 2 Stella?

  "Ah! Kakak!"
  "M-Maaf Kang! Gak sengaja!"
  "Heeeeeeeh.... Diem lu berdua... Gue enggak apa-apa. Ses, lu jelasin maksud kedatangan kita" Gue mengelus jidat gue. Kayaknya otak gue kena efek lemparan juga nih.

Gue mencoba untuk berdiri. Gue udah lihat Sesil dan Stella sedang berbicara tapi gue enggak memperhatikan apa yang dibicarakan mereka berdua.

  "Oh, begitu... Stella sih. Mau banget tapi pertama Stella harus menangkap Kak Andi dulu!" Stella membantu gue untuk tetap berdiri (karena gue sempoyongan).
  "Memangnya lu ada masalah apa sih Neng? Andi aja mukanya sampai pucet begitu"
  "Oh enggak. Stella dan Kak Andi lagi latihan. Gak tau kenapa dia malah kabur. Padahal baru 3 pukulan aja"
  "Hah? 3 Pukulan?!" Gue syok. Masa 3 pukulan saja mukanya Andi seperti habis dihajar warga sekampung?!
  "Intinya Kang, latihanya Stella belum selesai sampai Kak Andi menjatuhkan pedang miliknya"
  "Haaah" Gue menghela napas. "Yah... Gue bantu deh. Neng, lu punya rencana?"

Stella tersenyum ke gue... Wew... 2 Stella senyum ke gue pada waktu bersamaan. Gue pasti masih pusing. Ergh....
****

  Gue sekarang sedang sembunyi di atas pohon. Gue melihat ke salah satu pohon yang ada di depan. Stella hanya tersenyum lalu melambaikan tangan. Gue nyengir sambil mengacungkan jempol. Gue melihat ke bawah.

Andi sedang berjalan di hutan. Dia berhenti tepat di antara pohon tempat gue dan Stella bersembunyi. Tiba-tiba gue merasa pusing (efek lemparan yang tadi masih ada Bro). Gue langsung jatuh dari atas pohon.

BRUAK!

  "EARRRRGH!!!!" Gue mengelus punggung gue.
  "Lho? Zano? Ngapain lu di sini?" Tanya Andi sambil melihat gue yang jatuh tepat di depanya.
  "Gue kira gue lihat sarang burung elang di atas pohon. Jadi gue panjat aja... Eh, malah jatuh" gue ngeles
  "Hahahahaha. Parah lu... Padahal nanti kalau dikejar-kejar macan kumbang lu tiba-tiba jadi jago memanjat. Ngalahin Spiderman lagi" ledek Andi

BRUK! BRUAK!

  "Ayeeeee...." Teriak Andi terkapar di tanah setelah Stella menghajarnya. Andi menjatuhkan pedang kayunya.
  "Waah, Berhasil!" Stella melompat kegirangan
  "Hfff" Andi menghela napas pendek. "Kakak bangga sama kamu Stell! Udah pinter masang jebakan" Andi berdiri
  "Berhubung sekarang latihanya sudah selesai.. Stella mau gabung dengan Sesil untuk ikut kontes adu bakat!" ujar Stella dengan semangat.

Gue hanya tersenyum melihat tingkah kedua teman gue ini. Kakak beradik yang kontras.... Tapi ngomong-ngomong kaki gue masih pegel nih. Stella dan Andi menghampiri gue yang masih berbaring di tanah.

  "Kakinya Akang pegel-pegel ya?" tanya Stella sambil menjulurkan tangan
  "Yo. Tau dari mana?" jawab
  "Ehehehe" Stella mengedipkan mata kananya

Gue bingung. Apa maksud dari kedipan mata itu. Yang jelas, Stella sekarang resmi bergabung dengan Sesil. Andi berjalan pulang ke rumahnya sementara Gue dan Stella berjalan ke rumah gue. Di sana, Sesil sudah menunggu kami.

  "Jadi, mau bentuk kelompok dance ya?" tanya Stella
  "Yo, kayaknya Sesil masih perlu beberapa orang lagi... Eneng tanya aja detail dari kelompok dance kayak gimana sama Sesil" jawab gue
  "Memangnya Akang mau rekrut siapa lagi?" Stella menaikan alis sebelah
  "Hm...." Gue berpikir sejenak.

****
Bersambung

  Part berikutnya, Setelah sukses merekrut Stella ke dalam kelompok dance. Siapakah orang selanjutnya yang akan direkrut oleh Zano?

Tunggu kelanjutanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar