Zano & Kawanan : Nyasar di Jepang adalah sebuah cerita yang merupakan bagian dari "Zano & Kawanan".
Cerita ini terinpirasi dari fanfict postingan Kak Aziz di Blognya.
Inilah link postinganya ;
Fanfict for Stella part 30
Fanfict for Stella part 31
Cerita ini terinpirasi dari fanfict postingan Kak Aziz di Blognya.
Inilah link postinganya ;
Fanfict for Stella part 30
Fanfict for Stella part 31
****
Zano & Kawanan
Nyasar di Jepang
Part-2
Arrival!
"Ehm, permisi? Konnichiwa!Apakah bapak melihat adik saya? Orangnya tidak terlalu pendek, matanya dua, hidungnya satu?"
"Eh?"
"Ehm... Indonesia? Bapak mengerti? LP Cebongan? Eyang Subur? Sambel botol?"
Itu adalah percakapan gue dan seorang Bapak-bapak yang sedang membaca koran. Memang tidak nyambung (dan sepertinya tidak akan pernah nyambung) tapi apa salahnya bertanya? Malu bertanya sesat di jalan, kebanyakan bertanya disangka wartawan.
Oh iya! Gue baru inget! Gue bawa peta. Gue mengeluarkan peta dari dalam tas gue. Dengan semangat, gue membuka peta itu. Tapi... Peta yang gue bawa adalah peta kota Bali. Suram... Sisa isi tas gue cuma papan catur, kompas, buku kecil serta pena dan bekal gue sendiri. Gue juga bawa tenda sih, gue sendiri enggak tau bagaimana caranya tenda itu bisa kebawa.
Baju sama yang keperluan yang lain dibawa sama sesil. Gue gentayangan gak jelas alias berjalan sembarang arah. Selama perjalanan, beberapa orang memperhatikan gue. Mungkin karena penampilan gue yang mirip Jack Sparrow.
Beberapa menit lamanya gue berjalan, gue menemukan sebuah peta. Beruntung! Peta itu ada tulisan bahasa Inggris... Walaupun enggak bisa bahasa Inggris tapi gue minimal bisa tau gue ada di mana. Gue melihat beberapa tanda-tanda di peta lalu gue mencari-cari kota tujuan gue ; Akiba.
Gue melihat dari lokasi sekarang ke Akiba. Gue menyalin nya di buku kecil. Tanpa ragu gue mengikuti rute yang gue gambar. Jika rutenya lurus, gue berjalan lurus meskipun didepan gue ada kursi (dan sepasang orang yang sedang mungkin berpacaran). Gimana ngelewatinya? Gue lompati aja. Bodoh amat mau dibilang gak sopan atau apa.
Gue (terus) berjalan mengikuti rute. Menyebrang jalan tanpa memperhatikan lampu di persimpangan (serius, jangan ditiru).
Saking seriusnya gue memperhatikan rute yang gue gambar di buku. Gue gak sengaja menabrak seseorang.
“Aaah!”
Gawat, suara cewek. Gue melihat orang yang gue tabrak. Ternyata bener... Cewek.... Rambutnya sih panjang coklat. Secara fisik sih... Dia lebih mirip orang Indonesia daripada Jepang.
“Maaf! Gak sengaja!” Itulah kata kami berdua kompak.
Hal pertama yang gue pikirin adalah gue merasa jadi jomblo tipikal FTV. Nyasar, nabrak cewek di pinggir jalan lalu digampar... Ya! digampar bukan jadian.
“Orang Indonesia ya?” tanya kami berdua kompak.
“Lu duluan” kata gue
“Jangan, kamu aja yang duluan” balas cewek itu
“Gak ada gregetnya, lu aja yang duluan” balas gue
“Oke, memang iya. Saya dalah orang Indonesia. Kamu?”
“Ya saya juga orang Indonesia”
Sekilas, wajah cewek itu jadi sangat senang. Seolah-olah dia baru menemukan anak anjing miliknya yang sudah hilang selama 5 abad. Jujur, gue merasa makin mirip dengan pemeran FTV yang kadang-kadang Sesil tonton.
“Oh iya, kenalkan! Nama saya Novi” kata cewek itu sambil memperkenalkan dirinya
“Zano” balas gue
“Jadi... Zano bisa ngomong bahasa Jepang?” tanya Novi
“Sama sekali kagak. Elu?”
“Enggak” Novi menggeleng-gelengkan kepalanya. “Zano... Kalau boleh tau... Ini di mana?”
Mendengar pertanyaan itu, gue cuma melihat sekeliling gue. Berharap ada sedikit petunjuk. Tetapi yang ada hanyalah gedung-gedung tinggi, jalan yang rapi yang dipenuhi tulisan-tulisan aneh. Mungkin itu aksara Jepang.
“Yah... Soal itu...” Gue menggaruk-garuk kepala (kepala gue bukan kepala Novi).” Gue sendiri lagi nyasar”
“Ihahahaha” Novi hanya tertawa. Gue hanya memberi Novi tatapan kosong. “Kok kita bisa sama ya Zano? Ahahahaha” Novi menggelengkan kepalanya.
Gue diam sejenak. “Novi, kalo gue boleh tau... Tujuan lu ke mana? Kali aja tujuan kita sama”
“Tujuanku Akiba tapi aku gak tau jalanya. Zano tujuanya ke mana?”
“Sama. Gue juga Akiba. Kebetulan nih gue udah gambarin rutenya” jawab gue sambil menunjukan rute yang gue gambar.
“Kebetulan juga ya? Dunia ini terasa sempit” balas Novi
Gue sendiri gak ngerti maksudnya apaan tapi yang gue tau, Novi satu tujuan dengan gue dan kami memutuskan untuk berjalan bersama-sama. Sepanjang jalan, Novi terus bertanya tentang gue.
Nih cewek kepo apa penasaran apa wartawan? Bingung gue... Gue hanya bisa menjawab sambil berusaha untuk tidak melenceng dari rute alias nyasar lagi.
“Jadi... Zano sendiri baru tiba di Jepang?”
“Begitulah men. Malahan in yang pertama kali. Elu sendiri baru tiba juga?”
“Iya. Aku datang ke sini sama teman-teman. Tapi malah kesasar”
“Oh begitu...” Gue mengelus dagu. Bayangkan gaya detektif yang lagi memikirkan cara untuk memecahkan jendela dengan gigi.
“Aku kayaknya pernah mendengar nama Zano di suatu tempat... Tapi aku gak inget” keluh Novi
“He? Memangnya gue begitu terkenal ya?” tanya gue
“Hm... Aku gak bisa ingat...”
Ketika sementara berjalan, kami mendengar suara berisik dari belakang.
Gue dan Novi menoleh ke belakang. Seekor kuda liar berlari ke arah kami. Semua orang mencoba untuk menghindar.
Gue sebenarnya pengen berpikir, ini kuda asalnya dari mana, bagaimana caranya seekor kuda berkeliaran di kota dan kenapa kita yang jadi target tapi gue rasa gak ada waktu untuk berpikir.
“Kudamu Zano?” tanya Novi
“Bukan! Lari!”
Kami berdua lari. Sekarang gue yakin kita pasti udah nyasar dari rute tapi tak apa-apalah. Gue sendiri gak tau sudah berapa lama kami dikejar. Di depan ada rumput tinggi yang mungkin... Merupakan sebuah pagar. Gue yakin kami berdua bisa lompat melewati rumput itu.
“Novi! Lompat!”
Kami berdua melompat. Ternyata di balik rumput ada pekerjaan galian saluran pembuangan yang baru. Kampret, udah lubangya gede.. dalam banget lagi...
“AAAAA!” Novi berteriak histeris.
Jujur, gue gak mau kalau Novi terluka. Jadi gue peluk aja dia. Supaya nanti kalau jatuh, gue yang terbentur di tanah. Bukan, gue gak modus tapi gue yang menyuruh dia untuk melompat.
BRUAK!
“Aku gak mau mati, aku gak mau mati, aku gak mau mati, aku gak mau mati” keluh Novi yang masih memeluk gue.
“Nov... Menyingkir... Lu berat...” keluh gue
“Ah! Maaf!” Novi kemudian menyingkir dari depan gue. “Ini.. Di mana?”
Gue (masih terbaring di tanah) melihat sekeliling. Sepertinya kami berdua ada di dalam saluran pembuangan. Banyak terowongan sana-sini serta aliran air kotor yang baunya kurang bersahabat dengan hidung dan hampir semua tempat berdebu. Novi saja sampai menutup hidungnya.
“Ini... Saluran pembuangan” kata gue
“Zano, kamu kuat menahan bau busuk ini ya?”
“Di kampung gue udah terbiasa mengurus hal-hal yang berkaitan dengan sampah” Gue berdiri sambil menatap ke atas. Kampret, ternyata lubang galianya dalam juga...
“Haah, kalau dilihat sih... Sepertinya lubang ini baru saja digali. Pasti nanti ada orang yang datang kan untuk menolong kita kan?” Novi kayaknya mencoba untuk tetap optimis
Gue cuma diam. Yang gue gak habis pikir itu... Kenapa ada kuda berkeliaran di kota dan kayaknya kuda itu memang mengincar kami.
“Sepertinya gak bakal ada yang nolongin deh... Liat aja sekeliling kita... Segala sesuatu yang ada di sini terlihat udah kak diurus berabad-abad. Alat konstruksi yang di atas juga kelihatanya gak dipake sama sekali dalam jangka waktu yang lama”
“Bener juga” Novi melihat keadaan sekitar kami. “Terus gimana nih Zano? Pasti ada jalan keluar lain kan?”
“Ya kita coba telusuri terowongan dulu. Gimana?”
“Okelah. Tapi jangan tinggalin aku ya” keluh Novi
“Iye-iye...”
Kami berdua mulai menelusuri terowongan. Jujur, kok gue berasa seperti lagi syuting FTV? Ah bodoh amat... Yang penting kita harus keluar dulu dari sini hidup-hidup lalu menemukan kembali rute perjalanan.
Part berikutnya, Zano bertemu dengan
Novi dan mereka berdua jatuh ke dalam saluran pembuangan bawah tanah. Mereka
memutuskan untuk pergi mencari jalan keluar. Apakah mereka akan berhasil?
Part selanjutnya
Beberapa menit lamanya gue berjalan, gue menemukan sebuah peta. Beruntung! Peta itu ada tulisan bahasa Inggris... Walaupun enggak bisa bahasa Inggris tapi gue minimal bisa tau gue ada di mana. Gue melihat beberapa tanda-tanda di peta lalu gue mencari-cari kota tujuan gue ; Akiba.
Gue melihat dari lokasi sekarang ke Akiba. Gue menyalin nya di buku kecil. Tanpa ragu gue mengikuti rute yang gue gambar. Jika rutenya lurus, gue berjalan lurus meskipun didepan gue ada kursi (dan sepasang orang yang sedang mungkin berpacaran). Gimana ngelewatinya? Gue lompati aja. Bodoh amat mau dibilang gak sopan atau apa.
Gue (terus) berjalan mengikuti rute. Menyebrang jalan tanpa memperhatikan lampu di persimpangan (serius, jangan ditiru).
Saking seriusnya gue memperhatikan rute yang gue gambar di buku. Gue gak sengaja menabrak seseorang.
“Aaah!”
Gawat, suara cewek. Gue melihat orang yang gue tabrak. Ternyata bener... Cewek.... Rambutnya sih panjang coklat. Secara fisik sih... Dia lebih mirip orang Indonesia daripada Jepang.
“Maaf! Gak sengaja!” Itulah kata kami berdua kompak.
Hal pertama yang gue pikirin adalah gue merasa jadi jomblo tipikal FTV. Nyasar, nabrak cewek di pinggir jalan lalu digampar... Ya! digampar bukan jadian.
“Orang Indonesia ya?” tanya kami berdua kompak.
“Lu duluan” kata gue
“Jangan, kamu aja yang duluan” balas cewek itu
“Gak ada gregetnya, lu aja yang duluan” balas gue
“Oke, memang iya. Saya dalah orang Indonesia. Kamu?”
“Ya saya juga orang Indonesia”
Sekilas, wajah cewek itu jadi sangat senang. Seolah-olah dia baru menemukan anak anjing miliknya yang sudah hilang selama 5 abad. Jujur, gue merasa makin mirip dengan pemeran FTV yang kadang-kadang Sesil tonton.
“Oh iya, kenalkan! Nama saya Novi” kata cewek itu sambil memperkenalkan dirinya
“Zano” balas gue
“Jadi... Zano bisa ngomong bahasa Jepang?” tanya Novi
“Sama sekali kagak. Elu?”
“Enggak” Novi menggeleng-gelengkan kepalanya. “Zano... Kalau boleh tau... Ini di mana?”
Mendengar pertanyaan itu, gue cuma melihat sekeliling gue. Berharap ada sedikit petunjuk. Tetapi yang ada hanyalah gedung-gedung tinggi, jalan yang rapi yang dipenuhi tulisan-tulisan aneh. Mungkin itu aksara Jepang.
“Yah... Soal itu...” Gue menggaruk-garuk kepala (kepala gue bukan kepala Novi).” Gue sendiri lagi nyasar”
“Ihahahaha” Novi hanya tertawa. Gue hanya memberi Novi tatapan kosong. “Kok kita bisa sama ya Zano? Ahahahaha” Novi menggelengkan kepalanya.
Gue diam sejenak. “Novi, kalo gue boleh tau... Tujuan lu ke mana? Kali aja tujuan kita sama”
“Tujuanku Akiba tapi aku gak tau jalanya. Zano tujuanya ke mana?”
“Sama. Gue juga Akiba. Kebetulan nih gue udah gambarin rutenya” jawab gue sambil menunjukan rute yang gue gambar.
“Kebetulan juga ya? Dunia ini terasa sempit” balas Novi
Gue sendiri gak ngerti maksudnya apaan tapi yang gue tau, Novi satu tujuan dengan gue dan kami memutuskan untuk berjalan bersama-sama. Sepanjang jalan, Novi terus bertanya tentang gue.
Nih cewek kepo apa penasaran apa wartawan? Bingung gue... Gue hanya bisa menjawab sambil berusaha untuk tidak melenceng dari rute alias nyasar lagi.
“Jadi... Zano sendiri baru tiba di Jepang?”
“Begitulah men. Malahan in yang pertama kali. Elu sendiri baru tiba juga?”
“Iya. Aku datang ke sini sama teman-teman. Tapi malah kesasar”
“Oh begitu...” Gue mengelus dagu. Bayangkan gaya detektif yang lagi memikirkan cara untuk memecahkan jendela dengan gigi.
“Aku kayaknya pernah mendengar nama Zano di suatu tempat... Tapi aku gak inget” keluh Novi
“He? Memangnya gue begitu terkenal ya?” tanya gue
“Hm... Aku gak bisa ingat...”
Ketika sementara berjalan, kami mendengar suara berisik dari belakang.
Gue dan Novi menoleh ke belakang. Seekor kuda liar berlari ke arah kami. Semua orang mencoba untuk menghindar.
Gue sebenarnya pengen berpikir, ini kuda asalnya dari mana, bagaimana caranya seekor kuda berkeliaran di kota dan kenapa kita yang jadi target tapi gue rasa gak ada waktu untuk berpikir.
“Kudamu Zano?” tanya Novi
“Bukan! Lari!”
Kami berdua lari. Sekarang gue yakin kita pasti udah nyasar dari rute tapi tak apa-apalah. Gue sendiri gak tau sudah berapa lama kami dikejar. Di depan ada rumput tinggi yang mungkin... Merupakan sebuah pagar. Gue yakin kami berdua bisa lompat melewati rumput itu.
“Novi! Lompat!”
Kami berdua melompat. Ternyata di balik rumput ada pekerjaan galian saluran pembuangan yang baru. Kampret, udah lubangya gede.. dalam banget lagi...
“AAAAA!” Novi berteriak histeris.
Jujur, gue gak mau kalau Novi terluka. Jadi gue peluk aja dia. Supaya nanti kalau jatuh, gue yang terbentur di tanah. Bukan, gue gak modus tapi gue yang menyuruh dia untuk melompat.
BRUAK!
“Aku gak mau mati, aku gak mau mati, aku gak mau mati, aku gak mau mati” keluh Novi yang masih memeluk gue.
“Nov... Menyingkir... Lu berat...” keluh gue
“Ah! Maaf!” Novi kemudian menyingkir dari depan gue. “Ini.. Di mana?”
Gue (masih terbaring di tanah) melihat sekeliling. Sepertinya kami berdua ada di dalam saluran pembuangan. Banyak terowongan sana-sini serta aliran air kotor yang baunya kurang bersahabat dengan hidung dan hampir semua tempat berdebu. Novi saja sampai menutup hidungnya.
“Ini... Saluran pembuangan” kata gue
“Zano, kamu kuat menahan bau busuk ini ya?”
“Di kampung gue udah terbiasa mengurus hal-hal yang berkaitan dengan sampah” Gue berdiri sambil menatap ke atas. Kampret, ternyata lubang galianya dalam juga...
“Haah, kalau dilihat sih... Sepertinya lubang ini baru saja digali. Pasti nanti ada orang yang datang kan untuk menolong kita kan?” Novi kayaknya mencoba untuk tetap optimis
Gue cuma diam. Yang gue gak habis pikir itu... Kenapa ada kuda berkeliaran di kota dan kayaknya kuda itu memang mengincar kami.
“Sepertinya gak bakal ada yang nolongin deh... Liat aja sekeliling kita... Segala sesuatu yang ada di sini terlihat udah kak diurus berabad-abad. Alat konstruksi yang di atas juga kelihatanya gak dipake sama sekali dalam jangka waktu yang lama”
“Bener juga” Novi melihat keadaan sekitar kami. “Terus gimana nih Zano? Pasti ada jalan keluar lain kan?”
“Ya kita coba telusuri terowongan dulu. Gimana?”
“Okelah. Tapi jangan tinggalin aku ya” keluh Novi
“Iye-iye...”
Kami berdua mulai menelusuri terowongan. Jujur, kok gue berasa seperti lagi syuting FTV? Ah bodoh amat... Yang penting kita harus keluar dulu dari sini hidup-hidup lalu menemukan kembali rute perjalanan.
Bersambung
********
Part selanjutnya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar