Zano
& Kawanan : Mengejar Impian adalah sebuah cerita dari title "Zano
& Kawanan" buatan Leaper. Entah apa yang memotivasi Leaper untuk
menulis cerita ini.
Part sebelumnya
Happy Reading!
Part sebelumnya
Happy Reading!
******
Zano & Kawanan
Mengejar Impian
Part-9
Hari H!
"Kakak!"
"WAAAA!"
Gue kaget. Saking kagetnya, gue sampai jungkir balik ke belakang. Kepala gue mendarat di tanah duluan. Gue berdiri sambil mengelus-ngelus kepala gue.
"Ayo Kak! Nanti kita telat!" kata Sesil
"Ha?" gue kebingungan. "Eh, adiknya Andi mana?!"
"Kak Stella udah pulang duluan. Tadi dia mau bangunin Kakak tapi takut Kakak ngamuk" jawab Sesil. "Ayo Kak cepet Kakak mandi dulu!"
"He?" gue makin bingung. "Oh iya! Hari ini kamu tampil!"
Gue langsung lari ke kamar mandi. Saking terburu-buru, gue mandi tanpa membuka baju dan celana gue. Sekaligus... Gue cuci piring dan cuci pakaian di dalam kamar mandi. Gue berganti pakaian lalu menyusul Sesil yang lagi menunggu gue di teras.
"Lho? Kakak ngapain pake itu?" tanya Sesil
Gue melihat baju yang gue pake... Duh... Ternyata gue salah pake baju! Enggak, gue bukan keluar pake bajunya Sesil. Gue gak tau mau ngejelasinnya gimana... Tapi paling tidak penampilan gue seperti ini...
"He?" gue makin bingung. "Oh iya! Hari ini kamu tampil!"
Gue langsung lari ke kamar mandi. Saking terburu-buru, gue mandi tanpa membuka baju dan celana gue. Sekaligus... Gue cuci piring dan cuci pakaian di dalam kamar mandi. Gue berganti pakaian lalu menyusul Sesil yang lagi menunggu gue di teras.
"Lho? Kakak ngapain pake itu?" tanya Sesil
Gue melihat baju yang gue pake... Duh... Ternyata gue salah pake baju! Enggak, gue bukan keluar pake bajunya Sesil. Gue gak tau mau ngejelasinnya gimana... Tapi paling tidak penampilan gue seperti ini...
Gue melepaskan tuh baju yang penuh rumput. Untung gue pake baju kaos di dalam dan lebih pentingnya lagi, kaos yang gua pake ini adalah kaos yang lumayan rapi.... Habis dilindas gerobak bakso. Karena takut terlambat, langsung aja gue tarik tangan Sesil untuk pergi.
"Kakak! Ke jalan raya yang di dekat rumahnya Kak Andi!" pinta Sesil
"Ha? Lombanya dilaksanakan di jalan raya ya?" tanya gue
"Bukan! Kak Screamer sudah setuju nanti dia yang ngantar"
"Oh..."
Gue berjalan ke tempat yang dikatakan Sesil. Di situ sudah ada sebuah mobil. Screamer sedang bersandar pada pintu mobil.
"Cepat naik" kata Screamer sambil masuk ke dalam mobil ketika melihat kami
Kami berdua masuk. Sesil duduk di bagian depan. Gue duduk di bagian paling belakang. Gue sendiri kurang tau kenapa tapi gue suka duduk di bagian paling belakang mobil. Sekedar catatan aja, bagian belakang ini juga bisa dipake untuk bagasi.
"Pasang sabuk pengaman. Kuberi waktu 3 detik" kata Screamer sambil menyalakan mesin mobil
"Ha?" gue baru inget... Di tempat gue duduk gak ada sabuk pengaman. Mati...
Tiba-tiba Screamer mulai menginjak gas. Mobil melaju dengan kencang. Gue terlempar ke belakang mobil. Ya, kepala gue kejedos kaca di bagian belakang. Mimpi buruk gue jadi kenyataan... Screamer mulai balapan.
Ketika belok kiri, gue terlempar ke kanan. Hasilnya kepala gue kejedos di kaca bagian kanan mobil. Ketika belok kanan, gue terlempar ke kiri. Kepala gue kejedos juga di jendela bagian kanan mobil. Ketika ada tanjakan sedikit, mobil jumping di udara (IYE BENERAN!). Gue juga ikut-ikutan melayang... Kepala gue kejedos di atap mobil.
"P-P-Pelan dikit napa?" keluh gue yang udah merasa pusing (karena dari tadi kejedos terus)
Screamer menginjak rem. Gue terlempar ke depan. Kepala gue? Kejedos di kursi mobil. Screamer membuka pintu mobil.
"Sudah sampai" kata Screamer
"Makasih Kak Screamer!" ucap Sesil
"Ya-ya-ya. Pergilah dan buat Silvia bangga" jawab Screamer. "Zano. Bagaimana kabarmu di belakang? Sudah menjadi satu dengan bagasi?"
"Lu nyetir normal dikit napa?! Gue belum mau mati!" gue ngelus-ngelus kepala gue
"Kau tau motto ku ketika menyetir kan?" tanya Screamer
"Heh... Kemudikanlah seperti kau mencurinya" jawab gue. "Ya... Trims Bro"
"Ya... Kau tau cara membuka pintu belakang?"
"Gue gak sebego itu kok Mer"
"Aku tau... Hanya jaga-jaga saja. Aku ada sedikit urusan dengan kepolisian. Ketika selesai, aku akan kembali"
Gue dan Sesil keluar dari mobil. Mobil melaju dengan kencang. Gue doain semoga tidak terjadi adengan fast and furious (Balap gila-gilaan). Sesil menarik tangan gue untuk masuk. Gue baru kepikiran aja... Sejak kapan Sesil udah punya kostum dance sendiri?
"Permisi pak" ucap Sesil kepada satpam yang jaga pintu sekolah (udah jadi kebiasaanya)
"Sesil, kamu diikuti makhluk halus tuh" kata satpam itu
"Pak saya manusia" keluh gue
"Dia Kakak saya pak" balas Sesil
"Oh maaf. Silahkan masuk!"
"Terimakasih pak!" balas Sesil
Kami berdua masuk. Kebetulan sudah ada rombongannya Sesil dan peserta-peserta lain di sini. Kami tentu saja pergi ke rombongannya Sesil. Semuanya cewek kawanan memakai kostum yang sama...
"Ini kostum dance punyaku sih... Daripada enggak ada yang pake, mending dikasih buat mereka aja" kata Silvia sambil melihat muka gue
"He?" gue memasang ekspresi datar
"Oke girls... Mari kita briefing sebentar"
"Aa?" gue makin bingung
"Zanoooo"
Gue noleh ke belakang. Gue kirain siapa... ternyata si kembarannya Casper. Si Miranda. Gue udah mulai merasa ngeri sendiri berhubung yang bisa liat dia diantara mereka cuma gue... Dan (mungkin) Screamer.
"Miranda? Ngapain lu di sini?" bisik gue
"Menonton saja tidak menyenangkan" jawab Miranda
"Ugh... Ya terserah lu aja dah. Tapi jangan coba-coba buat kejadian aneh-aneh di sini ya"
"Tidak... Aku berjanji"
"Kakak ngomong dengan siapa?" tanya Sesil
Gue menatap Sesil. Anggota dancenya Sesil juga menatap gue dengan kebingungan. Suara gue pasti sedikit kebesaran tadi. Gue enggak mungkin kasih tau keberadaan Miranda begitu aja. Mereka mana percaya coba?
"Eh... Ada siapa nih?" tanya seorang siswi seumuran dengan Sesil. Gue gak kenal... Obama juga kayaknya gak kenal dengan nih anak.
"Oh.. Manda... Kamu ya" jawab Sesil dengan lesu
"Maaf ya. Tapi malam ini aku yang bakal menang" balas anak itu yang tadi namanya Manda... Kalo gue gak salah denger
"Sombong banget" keluh gue
"Aku tidak tau kau siapa. Tapi kalo soal adu bakat, aku lebih berpengalaman daripada siapapun di sekolah" pamer Manda. "Apalagi yang berhubungan dengan menyanyi, menari dan olahraga"
Gue malah kepikiran Screamer. Kalo gue bandingkan cunguk sombong ini dengan Screamer... Jelas-jelas Screamer menang mutlak. Gue juga coba bandingkan anak sombong ini dengan seekor burung onta... Tapi gue gak bisa temukan siapa yang lebih tangguh... Jujur, gue sendiri gak tau kenapa gue malah kepikiran burung onta.
"Manda!" teriak seorang siswa. Gue gak mau tau dia siapanya Manda
"Permisi dulu... Sesil. Lebih baik kau mundur saja" Manda berjalan ke arah laki-laki itu
"Hoi, Ses. Apa tuh anak selalu begitu?" tanya gue
"Ah... Iya. Dia memang selalu begitu. Lupakan saja apa yang dia bilang"
"Kembali ke topik!" seru Silvia. "Ehm... Zano, bolehkah kau permisi sebentar?"
"Ya, gue tau. Gue bakal cari tempat duduk"
Gue pergi meninggalkan Sesil dan para cewek sendirian. Kebetulan masih sepi. Mungkin karena ketempoan. Gue duduk di kursi paling belakang. Panggungnya lumayan luas... Halaman sekolah udah tertata rapi.
"Oi"
Gue noleh ke belakang. Ada segerombolan makhluk halus eh, maksud gue... Ada Andi dan Anton. Ngapain mereka berdua ke sini?
"Ngapain kalian berdua di sini?" tanya gue
"Heh, memangnya lu doang yang tertarik buat lihat acara ini?" tanya Anton
"Menurut Screamer telepon dari Screamer barusan, yang datang di acara ini hanya teman-teman dari kontestan doang. Yang keluarga mungkin cuma gue sama elu" sambung Andi
"Memangnya penting ya?" tanya gue
"Enggak juga sih... Gue sendiri heran kenapa Screamer nelpon tadi" jawab Andi sambil garuk-garuk kepala
Kami bertiga duduk bersebelahan... Memandang panggung luas di depan yang kosong. Kami udah persis kayak patung hidup. Gue gak tau berapa lama gue menunggu, semakin hari tempat acara semakin dipenuhi dengan penonton. Akhirnya acara dimulai juga.
Pembawa acaranya? Gue yakin pasti salah satu siswa atau siswi di sekolahnya Sesil. Gue kurang begitu memperhatikan kelompok lain yang sedang tampil. Akhirnya yang gue tunggu-tunggu tampil juga. Kelompoknya Sesil...
Gue gak peduli menurut orang lain... Tapi menurut gue udah bagus. Andi dan Anton memperhatikan dengan serius. Gue kurang tau kenapa sampai mereka bisa mimisan di saat seperti ini. Setelah kelompoknya Sesil, giliran si Manda yang tampil. Kampret... Suaranya bagus! Atau terlalu bagus. Gue berdiri dari kursi.
"Mau ke mana lu Zan?" tanya Andi
"Ke toilet..." gue berlari memutari panggung
Iya, untuk ke toilet, kita harus melewati belakang panggung. Karena terburu-buru, gue tersandung kabel. Siapa sih yang mau naruh kabel semba-... Lha?! Bentar. Kabel ini terhubung ke perekam suara yang ada di belakang panggung.
Gue mendekati perekam suara tersebut. Tombol "Play" sedang ditekan. Hm... Perekam suara ini gak terhubung ke audio di panggung. Gue mengintip... Manda sedang asik bernyanyi di panggung. Meskipun jarak gue dan Manda cukup dekat, anehnya, gue gak dengar suara keluar dari mulutnya. Suara merdu berasal dari perekam suara...
Hehehe... Kampret nih anak. Bermain curang ya? Gue udah baca peraturannya, lipsinc tidak diperbolehkan dalam bentuk apapun. Gue kurang suka sama yang beginian... Tapi gue gak mau mempermalukan anak itu juga.
Tiba-tiba Manda jatuh dari panggung. Tentu saja... Suara lipsincnya masih bermain. Gue heran kenapa dia bisa jatuh. Tiba-tiba Screamer merangkak keluar dari bawah panggung... Tentu saja dia keluarnya di belakang bukan di depan.
"Screamer?"
"Sudah kuduga... Anak itu tidak akan bermain jujur" Screamer menatap gue. "Sini Zano! Cepat!"
Screamer segera menggendong gue ke kamar mandi. Gue heran dan bingung... Ini orang kenapa sih?! Bukannya tadi dia lagi ada urusan dengan Polisi?
"Mer, bukannya elu ada urusan sama Polisi?" tanya gue
"Memang" jawab Screamer
"Ngapain elu di sini?!" tanya gue. "Oh, jangan-jangan elu tertarik untuk menonton Sesil dan kelompoknya dari bawah panggung? Mentang-mentang mereka pake rok"
"Tidak, sama sekali tidak. Aku di sini karena ada urusan Kepolisian" jawab Screamer. "Kau harus tau Zano... Manda... Salah satu temannya diduga terlibat kasus narkoba. Aku di sini untuk menangkap temannya itu"
"Heh! Itu kan bakal membuat kepanikan!" gue syok
"Tidak... Lebih baik kau segera masuk ke kamar mandi... Dan kita tidak bertemu di sini. Kau mengerti?"
"Iye-iye, terserah lu dah"
Gue segera masuk dalam kamar mandi alias toilet. Selesai dengan urusan pribadi gue. Gue berlari ke belakang panggung. Sesil dan peserta-peserta lain sedang berkumpul di belakang. Manda gak kelihatan di mana-mana.
"Eh, Kakak" sapa Sesil
"Akang!" sapa Stella
"Yo!" gue melihat sana-sini. "Anu... Manda mana?"
"Dia ketahuan bermain curang jadi dia didiskualifikasi. Sepertinya dia udah pulang duluan. Diantar sama temannya" jawab Novi
Jangan-jangan! Jangan-jangan Screamer berencana menangkap teman Manda di saat mereka sedang dalam perjalanan pulang?! Apakah... Kejadian jatuhnya Manda di panggung tadi juga merupakan ulah Screamer?
"Screamer pintar ya?" puji Miranda yang tiba-tiba muncul di belakang gue
"Itulah dia" jawab gue
"Zano-kun... Kau berbicara dengan siapa?" tanya Hiromi
"Hm... Mencurigakan..." gumam Novi
"Kakak tidak apa-apa kan?" tanya Sesil
"Heeeh! Jangan main borong!" gue ngeles
"Anu... Bukannya pengumuman pemenang akan berlangsung setelah band sekolah tampil? Bagaimana kalau kita pergi duduk di kantin?" usul Stella
"Ah! Setuju!" jawab para cewek
Mereka pergi... Dan gue ikut-ikutan dibawa. Mati... Gue mesti ngomong gimana nih?! Enggak mungkin mereka percaya kalau gue ngomong sama Miranda. Gue ditarik oleh Stella ke dalam sebuah kelas. Para cewek lain tidak menyadari itu. Kelasnya sepi... Enggak ada orang. Peserta lain juga enggak kelihatan. Gue udah merinding... Latarnya lebih cocok untuk adengan pembunuhan daripada romantis.
"Oke Kang. Ini waktunya untuk menjelaskan semuanya"
"Menjelaskan?" gue (pura-pura) bingung
"Jangan pura-pura bingung... Belakangan ini Akang mulai bertingkah aneh"
Jangan-jangan dia cemburu?!
"Tolong jelaskan... Kenapa tingkah Akang jadi aneh begini? Apakah Eneng kurang perhatian?" tanya Stella
"Ha?" gue gak ngerti. "Bukannya gue dari dulu sudah aneh begini?"
"Kenapa Akang suka ngomong sendiri?" tanya Stella
"Yah... Itu..." gue garuk-garuk kepala. "Kalo Akang ngomong... Jangan diketawain ya?" tanya gue
"Eneng janji" jawab Stella
"Ya... Baru-baru ini... Miranda menampakan dirinya"
Suasana menjadi hening. Stella menatap gue kebingungan untuk beberapa saat lalu dia tertawa. Gue bersyukur dia gak ngamuk... Tapi tadi katanya dia udah janji untuk tidak tertawa... Kampret...
"Maaf. Hahahahaha" Stella menutup mulutnya
"Sudah gue duga Eneng kagak bakal percaya" keluh gue
"Tidak. Eneng percaya kok sama Akang. Eneng cuma... Salah paham aja. Hahahaha"
"Salah paham?" gue memasang tampang datar
"Eneng kira Akang ada simpanan"
"Simpanan?" gue makin gak ngerti. Nih anak kenapa sih?!
"Tidak, lupakan. Hahahaha. Eneng yakin Akang enggak bakal ngerti" Stella lalu memeluk gue
Andi... Kenapa adik lu bisa seaneh ini? Gue merasakan kehadiran makhluk astral. Gue menoleh ke jendela di sebelah kiri. Miranda menahan tawa melihat gue yang sedang kebingungan dengan tingkah adiknya Andi.
"Kalian berdua memang cocok" kata Miranda
"Kang... Stella sayang Akang" bisik Stella
"Hm... Rini dan Zano..." bisik Miranda. "Aku penasaran bagaimana caranya dia dipanggil dengan sebutan Stella"
"Eh... Bukannya sekarang lebih baik kalau kita keluar? Bentar yang lain cariin" bisik gue ke Stella
"Iya.. Ayo Kang!"
Kami berjalan keluar. Di depan kelas Sesil udah menunggu kami. Mukanya senang sekali. Kayaknya dia "melihat" dan mendengar apapun yang kami bicarakan di dalam kelas.
"Kakak" Sesil senyum-senyum sendiri
"Yo Ses?"
Sesil memeluk gue dan Stella. Gue gak ngerti apa yang sedang terjadi. Argh! Apakah ada orang yang bisa ngejelasin kenapa gue bingung?! Gue gak tau kenapa gue bingung! Tiba-tiba Anton muncul... Bukan dengan gaya superhero tapi dengan gaya seperti orang habis dikejar-kejar preman.
"Dicariin dari tadi... Ses! Kelompok lu menang tuh!" kata Anton sambil ngos-ngosan
"Ah? Yang bener Kak Anton?"
"Masa gue boongin elu?"
"Wah!" Sesil kelihatan senang sekali. "Kak Stella! Ayo kita panggil yang lain!"
"Ayuk" jawab Stella
*******
Wuaaah.... Gue ngantuk walaupun ini masih siang. Sesil dan para cewek pulang dengan sebuah piala. Di akhir acara, seorang talent hunter dari sebuah stasiun TV yang baru aja berdiri datang dan menawarkan pekerjaan untuk Sesil dan kelompoknya sebagai pengisi acara games.
Mereka semua setuju untuk mengikuti tesnya. Gue sebenarnya pengen mengikuti Sesil, tapi kata talent hunternya, cuma peserta doang yang boleh ikut. Tuh kan... Salah paham. Gue bukannya mau ikut daftar. Gue cuma mau ikutin Sesil dari belakang. Gue takut ada apa-apa.
Berhubung gue dan Screamer tidak selalu bisa bersama Sesil, gue akhirnya menaruh harapan gue ke Miranda. Gue, Andi, dan Anton pulang ke kampung. Kami bertiga nongkrong di pos ronda. Kira-kira 2 jam berlalu... Para cewek kembali. Kebetulan mereka melewati pos ronda.
"Kakak!" sapa Sesil
"Eh, jagoan Kakak udah pulang!" balas gue. "Bagaimana tadi hasilnya? Apakah Sekutu udah menembus pertahanan Jerman?" tanya gue
"Kakak ngomongin apa?" tanya Sesil
"Itu referensi ke D-Day. Dalam bahasa Indonesia, Hari-H. Mungkin Kang Zano membuat referensi itu karena dia dari kemarin terus menyebut Hari H. Arti sebenarnya dari pertanyaan Kang Zano itu, bagaimana dengan hasil tes yang tadi" jawab Stella
"Jenius" balas gue
"Dari kita semua... Cuma Sisil yang tembus. Mulai besok dia bisa kerja di stasiun TV baru itu" ucap Novi
"Apa?" gue kaget
"Apaa?" Anton juga kaget
"Apaaaa?" Andi juga kaget
Gue bukan kaget seolah-olah ada mimpi buruk. Gue seneng sih karena Sesil kelihatannya seneng juga. Di satu sisi, itu berarti gue bakal lebih sering sendirian di rumah...
"Tenang aja Kak. Sesil tetap tinggal di rumah kok. Jarak dari rumah ke stasiun TV gak jauh kok" kata Sesil
"Ooooh" gue merasa lega
"Oh iya... Ini" Sesil memberi gue uang
"Ini apa?"
"Ini uang. Masa Kakak lupa?"
"Bukan itu maksud Kakak. Maksudnya, kenapa Sesil kasih ini buat Kakak? Dapetnya dari mana?" tanya gue
"Dari hasil kontes adu bakat tadi Kak. Uang ini cukup buat biayain Kakak kuliah"
Tunggu dulu.... Gue merasakan ada konspirasi di sini...
"Lho?" gue bingung
"Zano, apakah kau tau alasan Sesil untuk mengikuti kontes ini?" tanya Novi
"Eh, gue gak kepikiran sampe di situ" jawab gue
"Begini Kak... Sebenarnya Sesil udah tau Kakak pengen kuliah dari dulu tapi Kakak enggak mau menjadi beban untuk orang lain... Jadi Kakak selalu berusaha keras untuk mengumpulkan uang untuk kuliah. Karena Kakak selalu memprioritaskan Sesil, jadi semua uang yang kekumpul cuma cukup untuk sekolahnya Sesil dan makan sehari-hari"
Gue syok. Andi dan Anton mulai menahan tangis. Gue kira mereka terharu, ternyata mereka menginjak kaki satu sama lain.
"Sesil merasa kalau Sesil udah jadi beban buat Kakak... Jadi Sesil selalu memikirkan cara untuk membantu Kakak... Lalu Sesil memutuskan untuk mengikuti kontes ini. Sesil tau kalau sendirian, Sesil gak akan menang... Jadi Sesil mengundang Kak Stella, Hiromi-san, dan Kak Novi" jelas Sesil
"Lalu ketika kami berdiskusi di rumahnya kalian. Sesil memberi tau rencananya" sambung Novi
"Jika menang, selain mendapatkan hadiah uang... Para peserta juga akan diberi kesempatan untuk kerja oleh talent hunter dari stasiun TV... Kalau Sesil lolos dan bekerja, berarti Sesil akan dapat uang juga. Itu sudah pasti meringankan beban Zano" sambung Anton sambil mengelus-ngelus dagu
"Kami setuju untuk membantu Sesil. Selain karena kami merasa tertantang, kami kagum denganmu Zano-kun" sambung Hiromi. "Kau itu pantang menyerah ya"
Sesil memeluk gue sambil menangis. Tanpa gue sadari, air mata gue juga jatuh. Spontan gue memeluk adik kesayangan gue juga.
"Kakak! Maaf kalau Sesil udah jadi beban buat Kakak"
"Sesil gak pernah jadi beban buat Kakak kok" jawab gue. "Makasih Ses... Kalian juga... Makasih" gue terharu...banget
Anggota kawanan hanya tersenyum. Mungkin... Hari ini dan konspirasi anggota Kawanan kali merupakan hal yang gak bisa gue lupakan... Terimakasih Sesil... Terimakasih juga kawanan!
"Hey Zano... Aku mendengar bunyi banjir" bisik Miranda
"GA-GAWAT! GUE LUPA MEMATIKAN KERAN DI KAMAR MANDI TADI PAGI!!" Gue menepuk jidat
Tanpa ragu-ragu. Gue berlari meninggalkan semua orang. Argh! Karena terburu-buru tadi pagi gue lupa matiin keran di kamar mandi. Kampret, pasti ketika gue buka pintu rumah... Banjir bandang akan merembes keluar! Aaargggh!!!!!
The End
*********
Catatan si Leaper ; Ahahahah, Episode selesainya lebih cepat. Padahal incarannya Leaper bakal ada 10 part.
wkwkwkwk lucu ceritanya
BalasHapusGyehehehe, Terimakasih Sobat Reader!
Hapus