Rabu, 10 Juli 2013

Zano & Kawanan ; Mengejar Impian Part-4


  Zano & Kawanan : Mengejar Impian adalah sebuah cerita dari title "Zano & Kawanan" buatan Leaper. Entah apa yang memotivasi Leaper untuk menulis cerita ini.

Part sebelumnya, Setelah sempat kebingungan tentang rumah Hiromi. Zano dan Andi berhasil menemui Hiromi. Hiromi pun bergabung. Siapakah orang selanjutnya yang akan direkrut Zano?

Happy Reading!


***** 
Zano & Kawanan
Mengejar Impian
Part-4
Anggota terakhir!

  Gue dan Andi sedang berjalan dengan santai. Kebetulan cuaca hari ini cerah banget. Angin di kampung terasa segar dan sejuk walaupun ini siang hari. Belum pernah gue merasakan hari seperti hari ini.

  "Eh, Di"
  "Nape?"
  "Adik lu... Novi biasa memanggil Stella dengan sebutan Rin kan?" tanya gue
  "Oh yang itu! Lu gak tau ya? Rin itu diambil dari Rini. Rini itu nama depan adik gue" jawab Andi
  "Apa?" gue kaget
  "Lu udah temenan dengan adik gue dari sebelum masehi sampe sekarang lu kagak tau nama lengkapnya?!" Andi menatap gue dengan syok
  "Yang gue tau dia itu namanya Stella doang" jawab gue

Andi menggelengkan kepalanya. Gue sendiri baru tau kalo "Rini" itu nama depanya Stella. Udah seumur hidup gue temenan dengan Stella tapi gue gak tau kalo dia punya nama depan "Rini".

  "Heh, lalu kenapa dia dipanggil Stella?" tanya gue (Ya, gue jadi dikit kepo)
  "Itu karena waktu mau melahirkan adik gue, keluarga gue lagi kena krisis keuangan. Kebetulan ada orang yang datang beli memborong pewangi ruangan. Jadi bokap sama nyokap setuju buat memasukan nama produk itu ke nama adik gue" jawab Andi panjang lebar.


Gue enggak tau mau jawab apa... Jadi... Nama adiknya Andi itu berasal dari nama produk pewangi ruangan?

  "Lagian... Dia itu mempunyai banyak nama samaran dan julukan. Seluruh anggota kawanan tau tuh. Masa lu sebagai ketua kagak tau?!" sambung Andi
  "Ma-mana gue tau..."

Ternyata benar... Memang ada konspirasi terselubung. Gue sendiri yang kagak tau sementara yang lain semua sudah tau. Ah masa bodoh.

  "Eh, tadi lu bilang siapa lagi yang lu ajak tanya Zan?" tanya Andi
  "Novi... Tapi gue gak tau apa tuh anak sudah ada di sini atau belum" jawab gue sambil ngupil

  Tiba-tiba terdengar suara (manusia) dari balik semak-semak. Dari suaranya sih... Ini suara Anton dan seorang perempuan.

  "Aduh, sakit!" keluh suara perempuan
  "Gak muat ya?" balas suara Anton
  "Iya gak muat... Ton!"
  "Ya udah... Kalo gitu..."

Andi langsung berlari ke semak-semak itu. Tak lama terdengar suara pukulan di wajah dan teriakan orang kesakitan. Gue bingung. Andi kenapa ya? Gue berjalan dengan santai menyusul mereka di balik semak-semak. Andi sedang mencekik Anton... Dan Andi dicekik Novi... Dan ada sebuah koper dekat mereka bertiga.

  "Anton! Lu ngapain tadi hah?!" bentak Andi
  "Gue cuma bantu Novi pake sepatu doang!" jawab Anton
  "Lepasin Anton!" bentak Novi
  "Ini.... Ada apa?" gue kebingungan melihat tingkah ketiga teman gue ini
  "Zano! Ini bukan waktunya untuk jadi bego!" keluh Andi
  "Ha?"

Gue malah makin bingung. Novi mencekik Andi... Andi mencekik Anton... Dan gue hanya diam berdiri menatap mereka bertiga. Gue sendiri gak tau mereka serius apa kagak. Tapi gue gak tega melihat teman-teman gue mencekik satu sama lain jadi gue memisahkan mereka bertiga.

  "Bentar! Ini ada apa woy?! Bisa jelasin kagak sih?!" keluh gue
  "Andi tuh! Orang lagi bantu Novi buat pake sepatu baru langsung main cekik orang aja!" jawab Anton
  "Iya tuh!" sambung Novi
  "Kagak ada sepatu = hoax" balas Andi
  "Ini apa?" gue mengangkat sebuah sepatu di tanah dan menunjukanya ke Andi
  "Itu se... Oh..." Andi melihat Anton dan Novi. "Ma-maaf kalau begitu! Kesalahan gue!"
  "Haaah... Enggak apa-apalah. Tapi lain kali jangan buruk sangka dulu" jawab Anton dan Novi kompak

  Gue sedikit mendapat petunjuk di sini... Anton pasti sedang membantu Novi memakai sepatu baru. Entah apa yang dipikirkan Andi, Andi langsung nyerobot dan menyerang dengan membabi buta. Syukurlah, teman-teman gue ini gampang baikan.

  "Oh iya, Kenapa kalian di belakang semak-semak?" tanya Andi
  "Novi malu kalo diliatin orang. Sepatu lamanya rusak di tengah jalan. Kebetulan gue bawa sepatu cadanganya dia, ya udah gue bantuin dia make" jawab Anton
  "Oh begitu" Andi menggaruk kepalanya yang penuh dengan ketombe
  "Eh, Nov... Lu mau gabung dengan kelompok dancenya Sesil enggak? Cewek-cewek yang lain sudah pada ngumpul di rumah gue" tanya gue
  "Boleh juga tuh! Ton, anterin aku ke rumahnya Zano!"
  "Sekarang?" Anton malah bertanya
  "Enggak, tahun depan! Ya iyalah sekarang!" jawab Novi

Gue jadi merasa heran... Dari tadi gue mengajak cewek-cewek di kawanan pasti gue harus menyelesaikan sesuatu dulu buat mereka. Tapi Novi langsung aja mau. Hm.... Konspirasi....

  "Eh.. Barang-barangnya gimana?" tanya Anton
  "Nanti Zano yang bawa" jawab Andi
  "Ha?! GUE?!"
  "Memangnya tidak apa-apa Zano? Badanmu tidak memungkinkan" ucap Novi
  "Santai aja Nov. Mungkin badan Zano seperti orang busung lapar abad ini, tapi dia kuat kok" jawab Andi
  "Kampret lu.... Badan gue ideal"
  "Tapi.. Koper yang ada di sana itu berat banget lho!" ucap Novi
  "Buktikan pada mereka kalau badan sepertimu bisa mengangkat barang-barang mereka!" kata Andi berusaha memotivasi gue
  "Tapi g-"
  "Zano... Anggap saja ini sebuah bukti kalau lu bisa melindungi adik gue"
  "Ya okelah..."
  "Gue akan bantu mengantar Novi" kata Andi

******

  "Kampret! Tadi itu melelahkan!" keluh gue
  "Hahahaha" Andi malah ketawa
  "Setidaknya bantuin gue dikit kek!"
  "Gue enggak kuat Zan! Hahahaha! Itu kenapa gue tadi bantu anterin Novi"

  Itulah gue yang lagi ngambek... Kopernya Novi berat amat. Gue mempelajari 1 hal, hati-hati saat berbicara dengan Andi. Lidahnya sangat lincah Bro!

Sekarang gue, Andi dan Anton ada di teras rumah gue. Kami bertiga (yang menurut gue mukanya mirip makhluk halus) sedang duduk-duduk sementara para cewek sedang berdiskusi di dalam rumah gue.

Gue gak tau konferensi meja kotak macam apa yang dilakukan para cewek di dalam rumah gue yang memakan waktu seharian.

  "Zan, katanya kalo Sesil dan kelompok dancenya menang di kompetensi adu domba... Eh, adu bakat ini mereka bakal langsung diambil sama salah satu perusahaan musik yang baru berdiri itu ya?" tanya Anton
  "Kayaknya" jawab gue sambil menyalakan laptop milik Sesil
  "Gue sih cuma berharap moga-moga mereka gak dikasih aturan gak boleh pacaran" sambung Andi dengan wajah gelisah
  "Setuju sama lu" kata Anton sambil mengacungkan jempol ke Andi. "Gimana dengan lu Zan?"
  "Lu gimana sih Ton? Zano sudah menyendiri seumur hidup. Pasti dia sama sekali gak peduli!" jawab Andi

Apa yang dibilang Andi itu benar. Gue udah dari kecil gak kenal sama yang namanya pacaran dan gue kurang begitu mengerti hal-hal yang berbau asmara. Selama ini, satu-satunya alasan kenapa gue masih mampu menjalani hidup itu karena Sesil.

  "Woy! Malah melamun... Gue tau member JKT48 semuanya cantik-cantik tapi gak usah sampe menghayati segitunya kali Zan!" kata Andi membuyarkan konsentrasi gue yang lagi nonton video JKT48 di laptopnya Sesil.
  "Gue lagi menghayati musiknya bukan membernya!" balas gue
  "Kakak"

Suara Sesil membuat gue, Andi dan Anton menoleh ke belakang. Oke, memang Andi dan Anton bukan kakaknya tapi mereka tetap menoleh ke belakang seolah-olah Sesil itu adik mereka...juga.

  "Ya? Kenapa? Gimana konferensi meja bundarnya tadi?" tanya gue
  "Iiih, Kakak ngelawak terus..." Sesil menunjukan tampang ngambeknya (yang ngegemesin).

Tak lama kemudian para cewek mulai keluar. Hiromi, Stella dan Novi. Mereka langsung duduk juga dengan kami di teras. Rumah gue belum pernah rame begini...

  "Tapi tadi lancar kok Kak. Kita udah semua udah bertukar pikiran tadi tentang kedepanya nanti kayak gimana" sambung Sesil
  "Tapi kita memutuskan untuk tidak membentuk kelompok dance" ucap Novi
  "APAAAAA?!" gue, Andi dan Anton kaget
  "Kita memutuskan untuk membentuk band!" sambung Hiromi
  "APAAAAA?!" gue, Andi dan Anton tambah kaget
  "Iya, Sesil tau nyanyi dan beatbox... Aku bisa main gitar sama nge-DJ, Novi bisa main piano, Hiromi bisa main drum" sambung Stella
  "APAAAAA?!"

Gue, Andi dan Anton kayaknya udah kena stroke sementara. Tiba-tiba kompak para cewek ketawa semuanya.

  "Ahaha, bercanda kok. Kita tetap jadi kelompok dance" ucap Stella sambil tertawa.
  "Tapi... Tidak seperti kelompok gilrband-boyband gitu kan?" tanya Andi
  "Tentu tidak Kak. Kita tidak nyanyi" jawab Stella
  "Tapi kita perlu orang yang bisa melatih kita buat dance. Ada saran?" tanya Sesil

Suasana menjadi hening sesaat... Semua orang berpikir keras kecuali gue yang terlalu keasikan menghayati musik dari laptopnya Sesil.

  "Mending hari ini sampai di sini saja... Nanti soal pelatih... Gue cari" kata Gue

Bersambung
******

  Part selanjutnya, Kelompok dancenya Sesil sudah terbentuk akan tetapi mereka memerlukan seorang pelatih untuk membantu mereka. Zano memutuskan untuk mencari pelatih... Dan mereka juga masih belum memiliki nama.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar