Senin, 22 Juli 2013

Zano & Kawanan : Mengejar Impian Part-7

  Zano & Kawanan : Mengejar Impian adalah sebuah cerita dari title "Zano & Kawanan" buatan Leaper. Entah apa yang memotivasi Leaper untuk menulis cerita ini.

Part sebelumnya, Beberapa hari lagi perlombaan akan dimulai. Sementara gerakan dari kelompok dance Sesil masih banyak salah. Apakah mereka bisa menampilkan yang terbaik sementara waktu semakin sempit?

Happy Reading!



******
Zano & Kawanan
Mengejar Impian
Part-7
Bertemu kembali?!

  Gue berbaring di pos ronda lagi. Tumben belakangan ini suasana di pagi hari selalu seperti yang gue harapkan. Cerah, indah, sejuk, dan yang penting... Gak ada suara musik dangdut dari kampung sebelah. Oke, memang gak ada hubungannya sih.

Seharusnya hari ini gue mengantar Sesil ke sekolah tapi berhubung sekolahnya lagi libur, dia malah pergi ke rumahnya Andi. Tentu saja yang dicari bukan Iwan Falls. Dia mencari Stella... Adiknya Andi.

Jujur, gue sendiri masih heran kenapa gue baru tau kalau adiknya Andi itu rupanya mempunyai nama asli Rini... Hm...

  "Zano"

Terdengar suara perempuan. Gue noleh ke kiri-kanan, depan-belakang, dalam-luar pos ronda. Tapi gak ada orang. Suara ini gue kenal nih...

  "Zano"
  "Hoi kampret! Gue lagi coba menikmati suasana indah pagi ini! Daripada lu cuma ngomong doang, mending tunjukin deh wujud lu!" gue emosi
  "Di belakang"

Gue menoleh ke belakang...

  "Aaaah!" Gue kaget (sampe jatuh dari pos ronda).

Gue gak percaya ini.... Gue bener-bener gak percaya apa yang gue lihat. Seorang cewek cantik berambut panjang. Umurnya kira-kira 19 tahun. Memakai baju kaos kuning dan celana panjang berwarna biru tua serta sepasang sepatu remaja jaman sekarang. Perempuan itu hanya senyum ke gue.

  "MIRANDA?!" gue menunjuk ke muka cewek itu
  "Hai. Senang melihatmu lagi" sapa Miranda
  "Apakah mereka kembali lagi?!" tanya gue
  "Ah, tidak kok. Aku hanya ingin melihat-lihat kondisimu saja"

Urgh... Oke, sekedar pengingat aja. Miranda itu sebenarnya sudah meninggal. Bukan! Dia bukan penyanyi dangdut. Dia adalah... hantu. Kampret... Bikin kaget aja.

  "Kakak!"

Gue menoleh ke sumber suara lain lagi... Kali ini bukan hantu. Sesil... Tepat di sebelahnya ada adiknya Andi juga. Mereka berdua mendekati gue.

  "Kakak! Ayo!" Sesil menarik tangan gue
  "Lho? Kenapa? Ada apa?" gue bingung. Gue menoleh ke Miranda
  "Mereka tidak bisa melihatku atau mendengarku Zano" ucap Miranda. Gue merinding melihat tatapannya
  "Sesil sama yang lain mau latihan. Kakak tolong lihat ya?" tanya Sesil
  "Ses... Kakak gak tau dance" jawab gue
  "Yang nyuruh Kakak buat dance itu siapa? Sesil cuma minta Kakak lihat aja!"
  "Ah iya deh"
  "Ayo Kang!" Stella juga ikut-ikutan menarik gue

Gue merasa seperti jadi karung beras raskin yang lagi diseret di tanah. Miranda terus mengikuti kami bertiga. Tentu saja, hanya gue yang bisa melihat dan mendengar Miranda. Stella kadang-kadang menoleh ke belakang.

  "Ada apa Kak Stella?" tanya Sesil
  "Hm... Ada yang ngikutin kita. Tapi gak tau yang mengikuti kita dan yang jadi incaran yang mengikuti kita itu siapa" jawab Stella sambil melihat ke belakang

  Sebenarnya Miranda sedang melambai ke Stella dan Sesil sekarang. Tapi mereka berdua kan gak bisa melihat tuh anak. Gue pengen ngejelasin tapi mau ngejelasinnya kayak gimana. Kami bertiga naik mobil jemputan. Tau siapa yang nyetir? Screamer.

Gue jadi semakin ngeri. Gue pengen kabur nonton kasus pembakaran LP di TV. Screamer itu orang yang memang berbakat dalam nyetir tapi kalo dia udah ngebut... Gue rasa bahkan pesawat pembom pun bakal bisa dibuat pusing kepala. Syukur Screamer gak ngebut-ngebutan hari ini.

Kami sampai di tempat latihan yang sama. Sesil dan Stella segera turun dan bergabung dengan para cewek yang lain. Gue berdiri diam menonton. Screamer tepat berada di sebelah gue... Miranda juga ada di sebelah gue.

  "Wah, Sesil benar-benar bekerja keras" puji Miranda (tentu aja cuma gue yang bisa denger)
  "Ya. Gue bangga punya adik yang begitu" bisik gue ke Miranda
  "Senang melihatmu lagi Miranda" kata Screamer sambil berjalan keluar
  "Hah?!" gue kaget. Gue menatap Miranda
  "Dia bisa melihatku?" Miranda sendiri kelihatan syok

Gue coba fokus ke latihan dari para cewek. Gue sendiri kurang tau kenapa gue diharuskan untuk melihat padahal gue sama sekali gak tau mau menilai gerakan mereka seperti gimana. Meskipun gue sendiri gak ngerti tapi gue bisa melihat bahwa masih ada gerakan yang kurang kompak.

Pada waktu perang sedang berkobar di suatu tempat di dunia ini, tiba-tiba Stella terpleset dan jatuh. Kaki kirinya bengkak. Gue tanpa ragu-ragu langsung ke kamar mandi... Gue cuci tangan dulu. Habis cuci tangan, gue langsung menghampiri Stella.

  Buset... Kok bisa bengkak gini ya? Kaki kirinya sama sekali gak bisa bergerak. Ini gawat... Mana lagi dia itu kiper eh, maksudnya dia itu pemain inti dari Timnas... Halah! Maksud gue, dia itu pemain inti dari kelompok dance ini.

  "Ini gawat... mana hari Senin kalian tampil lagi!" kata gue dengan kebingungan
  "Zan... Gimana nih? Apa lebih baik kita beri dia obat pembunuh rasa sakit atau kompres dia?"" tanya Novi
  "Mana gue tau?! Memangnya gue dokter?!" jawab gue
  "Enggak apa-apa! Aku bisa kok" Stella mencoba berdiri tapi gagal

Miranda menghampiri Stella. Tangan kirinya menyentuh kaki kiri Stella yang bengkak. Tangan kanannya memegang pergelangan tangan kirinya. Miranda menutup matanya. Berhubung cuma gue yang melihat... Gue pura-pura gak lihat aja.

  "Tidak ada yang bisa menandingi rasa sayang kalian berdua. Luka sekecil ini tidak akan menjadi sebuah penghalang untuk membuktikan rasa sayangnya padamu... Zano" kata Miranda

Gue menatap Miranda dengan tampang datar. Ya benar, gue gak ngerti dia ngomong apaan. Miranda membuka matanya. Pikiran gue hanya ada adiknya Andi doang.

  "Eh... Kakak lihat siapa?" tanya Sesil
  "Ah! Bukan siapa-siapa kok... Kakak cuma heran kenapa Kakak malah kepikiran kodok di saat seperti ini" jawab gue ngeles sambil melihat mata Stella
  "Rasa sakitnya...." Stella menatap gue. "Hilang..."
  "Yang benar Rini?" tanya Novi
  "Aku tidak bohong" jawab Stella
  "Ternyata memang benar kalau Kakak dan Kak Stella saling suka dari dulu. Ini adalah salah satu pertanda bahwa-" kata Sesil

Gue dan Stella kompak nutup mulutnya dengan tangan masing-masing. Pipinya Stella sedikit memerah. Muka gue sedikit lagi bakal hijau. Bukan karena gue mau berubah jadi Hulk atau karena gue satu species dengan Yoda dari Star Wars. Gue lagi merasa mules...

  "Cieeee" ledek para cewek (termasuk Miranda) kompak
  "Gue harus ke kamar mandi..." 
  "Oh iya, ini adalah hari terakhir kita latihan dan masih banyak sekali kesalahan... Untuk besok.... Kalian jangan terlalu memaksakan diri" ucap Silvia dengan putus asa
  "Tidak... Mereka pasti bisa" ucap Screamer yang baru masuk lagi. "Kita akan selesai... Sebelum matahari terbit"
  "Apa?! Berarti mereka bakal latihan sepanjang malam?!" gue syok. Obama juga ikut syok. Oke,  memang gak ada hubungannya dengan Obama
  "Hari H mereka adalah hari Senin. Ini masih Sabtu. Masih ada waktu..." Screamer melihat ke jam. "Silvia! Latih mereka seperti biasa... Kali ini, aku akan membantu. Zano, kau... Biasa-biasa saja"

Gue hanya diem... Gue menatap Miranda. Dia mengangkat bahu. Screamer.... Kalau dia bilang begitu... Berarti memang Sesil dan para cewek ada kesempatan untuk menang. Tapi apa maksudnya dengan gue harus "biasa-biasa aja"?!



Bersambung
***********

2 komentar:

  1. Oke sob, ane tunggu kelanjutanya.. Cerbungnya sangan menarik sob,

    salam kenal, visit back ya http://muif-aha.blogspot.com

    BalasHapus